15

529 58 3
                                    

"Mungkin, Riel mengingat orang itu." Kiel menghela nafas.

"Dia menghukum Ziel dengan kejam karena kelemahannya, sedangkan dia sendiri memiliki kelemahannya sendiri. Aku sungguh tidak tau harus bagaimana, kematian orang itu sangat berpengaruh besar pada hidup Riel. Aku harus apa Vi? begitu musuh mengetahui kelemahan Riel ini akan sangat mempengaruhi organisasi. Kematian orang itu pun sangat janggal. Dan fakta lucu tentang orang itu itu, berapa lama lagi aku harus menyembunyikannya." Kiel melihat Kevin dengan tatapan sendu, tidak seperti Kiel pada umumnya.

Kevin tersenyum, tangannya terangkat untuk mengelus pundak Kiel. "Kau tau, El? kau adalah orang paling hebat yan pernah ku temui. Aku senang saat kau mau mengutarakan semua keluh kesah mu padaku. Dan menurutku kau tidak perlu khawatir, kau tidak sendiri, ada kami semua yang siap melindungi kalian. Dan Riel pun pasti akan kuat ketika disuguhkan oleh fakta. Di antara kalian Riel paling ahli dalam menggunakan logikanya, dia tidak akan terpengaruh dengan hal itu. Mungkin Riel menghukum Ziel dengan kejam, tapi disisi lain setidaknya Ziel akan menjadi lebih kuat dan tidak ceroboh lagi."

"Vi, kau berbicara sangat panjang. Aku terharu." celetuk Kiel.

Kevin menyikut lengan Ziel, "Ngaca dong, nih cermin." sambil menunjukkan layar handphone.

Kiel tertawa tipis, "Vi"

"Hm?" Kevin menatap mata Kiel

"Aku tidak tau apa yang dirasakan oleh Riel. Tapi, apa aku akan seperti dia juga jika itu kau yang pergi?"

heningg...

"Tolol.." Kevin meninju perut Kiel ringan. "setidaknya bayangkan kalau yang pergi itu Riel bukan aku. Aku yakin kau akan tantrum 7 hari 7 malam atau lebih." lanjutnya sambil membalikkan badan berjalan meninggalkan Kiel.

"Tapi Vi, jika itu sungguh kau, aku juga akan sangat sedih." ujar Kiel saat menyusul Kevin.

"Lo doain gue mati?? Ngeselin banget sih, gue tonjok mau?" Geram Kevin

Kiel menyatukan telapak tangannya "Hehe, jangan Vi, ampun."

***

Tian yang melihat tuannya keluar dari ruangan itupun langsung berjalan mengikuti nya. Riel sadar bahwa Tian mengikuti dirinya, entah kenapa dia tidak mempermasalahkan hal itu.

Riel pergi ke sebuah ruangan lain yang memiliki penjaga. Tian berhenti dari langkahnya karna berfikir ruangan itu pasti sangat penting dan dia tidak akan diijinkan untuk masuk. Dengan kesadaran penuh, ia memilih untuk menunggu di luar.

Riel menghentikan langkahnya saat Tian berhenti mengikutinya. "Apa yang kau lakukan Tian? ikutlah."

Tian dengan sigap melanjutkan langkahnya untuk mengikuti Riel.

Di tengah ruangan tersebut, mata Tian terpaku pada sebuah mobil yang sudah hancur.

Riel berjalan mendekati mobil tersebut, "Tian berapa banyak yang kau ketahui tentang mobil ini?"

"Yang saya ketahui adalah, mobil ini mobil kesayangan tuan muda Riel." jawab Tian.

"Hanya itu?" Riel mengangkat sebelah alisnya.

Tian mengangguk, "Benar tuan, hanya itu yang saya ketahui."

"Kau tau Tian? saat aku pertama kali melihatmu, kau begitu mirip dengannya. Add semua yang ada pada dirimu sangat mirip dengan Add. Ah, mungkin ada beberapa part yang berbeda. Dimana daddy menemukanmu Tian? aku memiliki anggapan bahwa daddy dan Kiel sadar akan kemiripan kau dengan Add." Riel berjalan mendekati Tian, dan menyentuh wajahnya. "Apa kau yakin Add bukan saudaramu? aku selalu berfikir apakah aku bisa melihat mata ini lagi." Riel menatap mata Tian lalu mengusapnya dengan ibu jari tangannya. Riel selalu menyukai manik mata hazel itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mafia TripletsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang