keesokan harinya.
Riel menyiapkan dirinya untuk berangkat ke kampus. ia menuruni tangga dengan santai, lalu menuju ke ruang makan yang di dalamnya sudah terdapat Kiel, Ziel dan Harry.
"selamat pagi.." sapa Riel kepada penghuni ruangan.
"pagi juga el." jawab mereka serentak.
Riel mendudukkan tubuhnya di kursi, memulai kegiatan sarapannya. hening di antara mereka.
"Ziel kemarin kau kemana?" pertanyaan Kiel membuat Ziel sedikit tersentak.
Ziel mencoba menetralkan dirinya "ah itu seperti biasanya aja."
Kiel sedikit mengkerut kan kening heran. namun, ia tak mau ambil pusing dan hanya ber oh ria.
"oh ya tolong panggilkan Daniel dan Tian." titah Kiel kepada seorang pelayan. Riel memandang Kiel dengan wajah penuh tanya.
tak lama, pelayan tersebut kembali membawa 2 orang tersebut. "anda memanggil kami, tuan" ucap Daniel. Kiel mengiyakan.
"Riel, mengingat semakin banyak yang mengincar mu saat tidak ada Kiel dan Ziel. daddy memutuskan memilih satu bodyguard mu untuk ikut menjaga mu di kampus." jelas Harry.
Riel menampakkan raut wajah tidak setuju. "ha? apa-apaan. aku tidak suka rencana mu dad."
Harry menggelengkan kepala. "bukan aku, Kiel yang memutuskan itu."
mendengar pertanyaan itu, Riel langsung menatap ke arah Kiel untuk menyampaikan rasa tidak senangnya.
"pilih saja yang kau suka." ucap Kiel dengan datar.
saat Riel ingin mengeluarkan suara nya, tiba-tiba terpotong oleh suara Kiel. "atau kau ingin aku mengikuti mu sepanjang waktu?"
"sialan, kau selalu memutuskan seenaknya." kata Riel sedikit menekan suaranya. hening.
Daniel dan Tian hanya bisa berdiam diri menyaksikan sedikit konflik pagi hari ini dengan gugup.
masih dengan keheningan Riel mendorong piringnya, ia sudah tidak berselera. lalu menyilangkan tangannya. "baiklah, Tian. Daniel terlalu tua untuk bersekolah." ucap Riel final.
Daniel yang mendengar kata tua, hatinya sedikit tertohok. kalau saja itu bukan tuannya, ingin sekali ia menyela. namun, di sisi lain ia juga bahagia karena kuliah hanya akan menambah beban pikirannya.
"baiklah, Tian mulai hari ini kau akan ikut kami ke sekolah." ucap Kiel.
Tian mengangguk menurut tidak membantah.
***
setelah menyaksikan perdebatan di meja makan, Tian digiring untuk bersiap ke sekolah. Tian memang sempat putus sekolah hingga sekarang, namun ia tidak bodoh. Tian memiliki otak yang cukup jenius.
Tian melihat ke cermin, merapikan seragamnya, tersenyum kecil. ia senang, karena memiliki kesempatan menempuh pendidikan lagi. ia semakin membulatkan tekadnya untuk selalu di sisi tuan mudanya.
Tian bergegas keluar dari ruangannya agar para tuannya tidak menunggu lama. Tian keluar dengan penampilan sangat rapi, baju terkancing sampai atas. itu kebiasaan saat menjadi bodyguard dengan seragam yang rapi.
saat keluar beberapa langkah dari ruangan miliknya, ia bertemu dengan tuan mudanya Riel di lorong.
Tian terkejut melihat Riel yang berada di wilayah untuk para bawahan seperti pelayan, bodyguard, sopir, dll.
"maaf tuan, kenapa anda berada disini?" ucap Tian.
Riel memicingkan matanya saat melihat Tian. menurutnya itu terlihat culun. lihat bagaimana rambut pemuda itu juga di tata rapi. jika ditambah kacamata mungkin pria itu benar-benar akan menjadi bahan bullying.
"kenapa? ini rumah ku?" jawab Riel.
Tian menundukkan kepalanya takut menyinggung tuan mudanya itu, walau mungkin sedikit tidak berpengaruh karena Tian sangat tinggi.
"bukan begitu tuan, maksud saya ini tempat para pelayan dan disini sedikit berantakan." ucap Tian. tempat ini tidak kumuh, hanya saja memang berantakan karena mereka (para bawahan) tidak terlalu memikirkan tempat mereka karena mengurus mansion dan tuan mereka sudah sangat melelahkan.
"tcihh, ini memang berantakan. dan bisakah kau mendekat." perintah Riel.
Tian bingung dengan perintah Riel sedikit mendekat ke arah Riel beberapa langkah.
"haishh, lebih dekat." ucap Riel sambil menarik bagian depan baju milik Tian hingga sedikit tertunduk dan wajahnya berada dekat di depan sang tuan muda.
Tian membulatkan mata terkejut, jantung nya berdegup sangat kencang. segera ia menundukkan kepalanya agar tidak melihat wajah tuanya.
"bisakah kau diam." kesal Riel. Riel memegang wajah Tian dengan kedua tangannya agar berhadapan dengannya. ia mencoba menata rambut Tian agar terlihat maskulin, dan itu sangat cocok untuk wajah Tian. puas dengan karyanya pada rambut Tian, Riel beralih pada seragam yang melekat pada tubuh Tian. ia membuka dua kancing atas seragam Tian, lalu ia menarik tangan Tian dan menggulung bagian lengan seragam itu.
setelah selesai dengan kegiatannya, Riel melangkah mundur. memandang Tian dari atas hingga bawah.
"perfect." ucap Riel. "ayo cepat pergi." lanjutnya.
Tian berdiri menatap punggung Riel yang akan menjauh, bingung. meletakkan tangannya ke bagian jantung. itu masih berdegup dengan cepat.
"hey, apa yang kau lamunkan. kubilang cepat." teriak Riel. segera Tian sadar dari lamunannya menyusul tuannya.
****
hallooo semuaaa..
kangen ngga sama aku?
ato malah kangennya sama Riel? Kiel? Ziel?
untuk chp ini cukup sekian dulu ya guyss..
jangan bosen² sama kisah para kembar ini
yang terpenting juga
jangan bosen buat dukung aku ya guyssklo aku di dukung semakin semangat buat update
makasih banget buat yang udah vote dan juga komen.
makasih juga buat yang udah ngasih aku masukanpokoknya makasih banyak buat dukungannya.
🙏🙏🙏mungkin itu dulu
sampai jumpa lagi di next chapter guysss
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Triplets
General Fictionjika Kiel dan Ziel adalah iblis, maka Riel adalah monster yang tidak berperasaan bromance. yang suka cus mampir. MAAF typo bertebaran tidak akan pindah ke K*** selama kalian suka sama cerita imajinasiku yg awalnya iseng ini...