14

1.5K 117 5
                                    

***

Bibi datang mendekati tuan mudanya setelah sang dokter selesai membalut luka Riel.

"Bagaimana, dok? apakah luka tuan muda parah?" Tanya Bibi.

"Tidak, saya rasa ini akan segera sembuh." jawab dokter Cha sembari mengemasi peralatannya.

"apakah orang itu cantik?" celetuk Riel

Dokter Cha menoleh, dan tersenyum tipis. "Tentu, anda akan menyukainya."

***
Brakkk..  Suara pintu terbuka kasar, membuat terkejut semua orang yang merada di dalam mansion. Sehingga Kiel dan Ziel yang tadinya di lantai dua, segara turun ke bawah.

"Mana Riel?" teriak sang kepala keluarga.

"Apasih daddy, bikin kaget aja." ucap Kiel yang masih berada di dekat tangga.

Riel menghela nafas, "Bukanya daddy ada di luar kota?"

"Daddy langsung pulang, karena daddy dengar kamu terluka." jawab Harry.

"Daddy..." Ziel berlari ke arah Harry.

Harry menyambut Ziel dalam pelukannya, "Apa kau menangis lagi? Kenapa jagoan ini menangis?"

"Riel terluka, berdarah sangat banyak. Pasti sangat sakit." ucap Ziel.

Harry berjalan mendekati Riel bersama Ziel.

"Apakah lukanya parah, Dokter Cha?"

"Tidak, tuan. Seperti biasa tuan muda Riel, akan mengalami pemulihan dengan cepat." jelas dokter Cha.

"Dengarkan? kau tidak perlu khawatir lagi." ucap Harry sambil mengusap kepala Ziel.

Riel menatap Harry dengan mata berbinar, membuat dirinya menaikkan satu alisnya.

"Daddy, daddy.. Dokter Cha berkata dia akan membawakanku orang yang cantik."

Harry langsung menatap dokter Cha dengan tajam.

Dokter Cha membungkuk, "Dengan izin tuan."

Harry melihat mata penuh harap Riel lagi, lalu menghela nafas.
"Dokter Cha." dengan nada berat, "apa kau paham dengan definisi cantik dari Riel?"

"tentu saja, tuan." jawab dokter Cha.

"Apa kau tau konsekuensinya jika, orang itu tidak masuk dalam kriteria cantik dari Riel?"

"tentu, tuan. Saya sangat paham akan hal tersebut."

Harry bersandar pada sofa, "kau sepertinya sangat percaya diri, dokter

Cha. siapa orang itu? apa dia budak? hingga kau dengan gampang menyerahkannya dengan konsekuensi yang besar."

"Tidak, tuan. Bagaimana mungkin saya memberi tuan muda seorang budak. Anak ini sebelumnya adalah murid ku tuan, namun keahliannya sangat hebat bisa melampaui saya. Anda dapat mengujinya tuan."

"Aku tidak perlu mengujinya, karna Riel sendiri yang akan memutuskan." Harry sambil meletakkan tangannya di kepala Riel.

Riel senang mendengar ucapan Harry. "Kapan kau akan mengirimnya?"

"Saya usahakan dalam waktu dekat tuan." Balas Dr. Cha

flashback off

****

"lalu aku memintanya untuk membunuhmu. begitu mengejutkan bahwa ia benar-benar ingin melakukannya. setelah tau ini kau ingin percaya mommy tulus mencintaimu?"
- chp. 12

Kepala Ziel kosong, dunia serasa berputar, potongan demi potongan ingatan masa lalu muncul. Ziel memegang kepalanya, sembari mengerang kesakitan. "Agghh."

Kiel merasa kasihan melihat adiknya yang mengerang kesakitan. Ia mendekati tubuh Ziel. Menghentikan Ziel yang ingin membenturkan kepalanya ke lantai.

"kurasa cukup sampai sini saja, El." ucap Kiel kepada Riel.

Ziel menggigit bibirnya untuk menahan sakit, hingga membuat bibirnya di penuhi darah.

Riel menghela nafas. Kedua tangannya merangkup wajah Ziel. Jarinya mengusap darah di bibir Ziel. Dan menatap mata Ziel. "Oke, Ziel. Lihat aku. untuk  saat ini sampai disini saja. Tapi, kau harus ingat El. Kita tidak bisa memperlihatkan sebuah kelemahan. Jangan pernah lengah. Kita adalah seorang Marshellino. Kita simbol kekuatan dan ketakutan."

Ziel mengangguk. Tak lama kemudian, Ziel tidak sadarkan diri.

"Apa aku sangat berlebihan?" tanya Riel.

Kiel mengangguk, "Sangat."

"Tapi, kau memukulinya terlebih dahulu. Mungkin itu yang membuatnya pingsan." ucap Riel

"Mana ada, dia sangat sehat saat ku pukul." balas Kiel mengelak.

Mereka keluar dari ruangan itu dengan Ziel yang dibawa oleh seorang bodyguard.

"Oh, Kevin. Ternyata kau masih disini?" Kiel saat melihat Kevin diluar ruangan.

"Yang lain juga masih ada kok." ucap Kevin.

Riel mengerutkan kening. "Kenapa?"

Kevin tersenyum miring. "Seorang peng-hi-a-nat."

Kiel dan Riel terkejut, penghianat?

"Ahahahahhh.. sangat mengejutkan. Tapi aku sedang malas. simpan saja dulu." titah Riel. Ia berjalan pergi meninggalkan Kiel dan Kevin dengan ekspresi yang berubah.

"Apa dia masih marah padamu?" Tanya Kevin

Kiel terdiam, seharusnya Riel tidak lagi marah padanya. "Mungkin, Riel mengingat orang itu."

*****
Maaf  untuk part ini pendek

tp next chapter aku usahain cepet up kok
jangan lupa banyakin vote dan comment
biar aku semangat updatenya

Kalian yang sehat yaa, jangan sampe sakit..
lagi musim soalnya

SEE YOU NEXT CHAPTER GUYS
🤍

Mafia TripletsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang