Prolog

537 40 2
                                    

"Maaf jika saya lancang, tapi alangkah baiknya untuk Yang Mulia beristirahat dari permasalahan istana dan mulai menikmati waktu bersama Yang Mulia Ratu"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf jika saya lancang, tapi alangkah baiknya untuk Yang Mulia beristirahat dari permasalahan istana dan mulai menikmati waktu bersama Yang Mulia Ratu"

Ruang pertemuan yang di isi oleh beberapa orang penting kerajaan itu sekarang terasa hening. Perkataan spontan yang baru saja dilontarkan oleh Perdana Menteri tersebut tentu menimbulkan banyak tanda tanya dari beberapa pihak.

Sadar ataupun tidak, perkataan tersebut memang terasa sangat sensitif dan kurang pantas. Semua orang tau tentang maksud dari perkataan PM Andrew tersebut. Meskipun terkesan halus, namun sebenarnya perkataan tersebut mengandung makna tersirat agar Sang Raja segera turun tahta.

Dan hal tersebut tentu membuat semua yang ada di ruangan rapat menatap sengit ke arah Perdana Menteri, tak terkecuali Aron- yang menjadi Putra Mahkota.

"Ah maksudku hanya ingin yang terbaik bagi Yang Mulia. Sepengetahuan saya, belakangan ini kesehatan Yang Mulia terlihat kurang baik. Saya pikir hal tersebut terjadi di karenakan peliknya masalah kerajaan yang baru baru ini terjadi" PM Andrew kembali berkata ketika mendapati tatapan tak enak dari Aron

Sedang di sebrangnya, aura yang keluar dari Aron semakin tak enak dan berhasil mendominasi suasana yang ada di ruangan tersebut. Membuat 3 orang yang lainnya merasa penasaran dengan apa yang akan Aron katakan untuk merespon perkataan Perdana Menteri.

"Menurutku, kesehatan Yang Mulia Raja tidak seburuk itu untuk sampai turun tahta"

Dari nada suaranya, sangat terlihat jika Aron tidak senang dengan pendapat PM Andrew.

Namun berbeda dengan Aron yang langsung merasa tersinggung dengan perkataan PM Andrew, Raja Athur malah terlihat masih tenang di tempat duduknya. Dia mengamati situasi yang ada didepannya sambil menautkan kedua tangan di atas lutut.

"Lagi pula aku juga belum cukup materi untuk bisa naik tahta. Aku masih perlu belajar politik di universitas" lanjut Aron masih dengan nada sinis.

Raja Athur berdehem singkat, "Aku rasa, apa yang telah disampaikan oleh Pangeran Aron itu benar. Dia baru saja lulus SMA, jadi masih belum cukup materi untuk memimpin kerajaan ini"

Suara lembut namun tegas yang baru saja keluar dari bibir Raja Athur tersebut kini menjadi pusat perhatian semua yang ada di ruangan. Di samping pangeran, Lewis diam diam tersenyum tipis ketika mendengar respon raja. Merasa puas dengan sikap Raja Athur yang bijak.

Sedang di seberang Lewis, PM Andrew perlahan mendekatkan duduknya ke arah Raja, "Jika hal tersebut yang menjadi kekhawatiran Yang Mulia, maka Yang Mulia tenang saja. Kerajaan Aberdeen masih memiliki Duke Edward yang bisa menggantikan Yang Mulia selama menunggu Pangeran Aron menyelesaikan pendidikan."

PM Andrew menunduk sebentar, diam diam bibirnya tersenyum kemenangan.

"Selain itu, Pangeran Aron juga bisa ikut membantu Duke Edward dari belakang untuk menjalankan pemerintahan, sekaligus belajar bagaimana caranya memimpin sebuah kerajaan dengan baik."

Mendengar hal tersebut, wajah Aron langsung mengerut tak suka.

"Kenapa tidak sekalian saja aku yang naik tahta dan kalian yang membantuku dari belakang? Kurasa itu lebih masuk akal dari pada usulanmu tadi, Perdana Menteri Andrew." Jawab Aron menekankan katanya di akhir, seakan mengingatkan bahwa posisinya jauh lebih tinggi dari pada PM Andrew. Sehingga sangat tidak pantas jika PM Andrew berlaku kurang ajar kepada dirinya.

PM Andrew lantas mengeluarkan senyuman andalannya, "Maafkan saya Pangeran, tapi menurut peraturan istana, Yang Mulia masih belum bisa naik tahta. Untuk menjadi raja, Pangeran diharuskan untuk melakukan prosesi pernikahan terlebih dahulu"

Sial

Aron mengumpat kesal dalam hati. Dia ingat peraturan itu. Peraturan No. 2 yang terletak tepat di bawah peraturan bahwa seorang raja harus berasal dari keluarga bangsawan.

Aron diam tak menjawab. Dia melirik sekilas kearah raja yang masih duduk di singgasananya, meminta pertolongan. Namun naas, raja pun menggeleng pelan ke arah dirinya. Menyatakan dengan tegas bahwa peraturan itu mutlak adanya.
.
.
.
.
.

T B C
16102022

T B C16102022

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RENOWNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang