PROLOG ~

457 35 4
                                    

Azel bersiap keluar dari kamar tidak lupa menggunakan headphone dilehernya. Sekarang ia harus berangkat ke kampus. Ada yang lupa dengannya? Kalau begitu kuperkenalkan Naufal Azel Meschach. Lelaki berumur 18 tahun yang mempunyai kemampuan indera ke enam seperti mamanya. Sisi.

Azel keluar dari kamarnya berada di lantai 2.  Semenjak ia menjadi anak tunggal karena kakaknya telah menikah. Ia pindah kamar dilantai atas. Ia turun dengan santai kemudian menemukan mamanya yang sedang di meja makan bersama papanya. Sepertinya ia akan ditinggal sendiri lagi. Kemampuannya memang cukup menyebalkan.

Azel berjalan ke meja makan sambil menarik kursi dan mengambil roti kemudian Ia menyapa kedua orang tuanya sebelum berangkat.

"Pagi ma," Azel mengecup pipi mamanya.

"Papa jadi berangkat ke Singapore check up?"

"Jadilah, kenapa?" tany Digo bingung.

"Jangan sampai darahnya naik lagi, terus jangan kebiasaan order makan ayam goreng," ucap Azel cepat membuat Digo langsung melirik istrinya Sisi.

"Kamu mainnya adu-aduan ya!" seru Digo sebal. Azel tertawa menatap papanya yang kikuk menatap mamanya. 

"Tadi malam, papa order makan, pas mama tidur," ucap Azel santai menatap mamanya.

Digo sudah menatap horor Azel. "Balasan karena papa  bawa mama pergi, terus Azel sendirian," ucap Azel sedikit tak senang.

"Wah, kamu mau coba mengambil alih istri papa ya, papa itu ga bisa dipisahkan dari mama, mending kamu coba have fun, jalan-jalan sama teman kamu, jangan dirumah terus, emangnya kamu ga risih tinggal di rumah sebesar ini sendiri nanti?"

"Nah, itu tahu, makanya aku perlu istri papa!" ketus Azel membuat Digo menggeleng.

"Coba ajak temanmu ke sini, si kribo itu loh siapa namanya Jay ya, atau si Ronald, ya kan," ucap Digo tak mau kalah dengan Azel.

Sisi menatap kedua orang yang sama keras kepalanya membuat nya pusing. "Udah deh, kalian tuh kalau ketemu pasti aja adu mulut, pusing mama!" seru Sisi kesal membuat Azel cemberut.

Well, begitulah dari dulu dirinya selalu ditinggal. Memang hidup ini ga adil apalagi kemampuan nya yang satu itu sangat menganggunya karena dirinya selalu sendiran.

"Udah, males ngomong sama papa, pokoknya oleh-oleh Azel harus banyak, udah ya ma, Azel berangkat!" decak Azel malas sambil kembali mengecup pipi mamanya.

Sisi menatap kepergian anaknya dengan senyum tipis. Ia menatap punggung anak laki lakinya. Ia takut Azel akan menyendiri seperti dirinya. Anaknya itu sangat anti berdekatan dengan orang karena takut salah mengenali, dulu ada kakaknya yang ceria yang menemani tapi setelah kakaknya menikah. Ia merasa sikap Azel semakin tertutup untuk orang disekitarnya.

"Udah jangan khawatir sama Azel, dia pasti dapat hidup normal seperti kamu, setelah mendapatkan orang yang bisa mengerti dirinya," ucap Digo yakin menggenggam jemari istrinya.

****

Azel membawa motornya dengan kecepatan tinggi menuju kampusnya. Ia membelokkan motornya kemudian kembali menaikkan kecepatan motornya tapi secara mendadak ia menarik rem motornya.

Mobil dibelakang ikut menarik rem karena Azel menarik rem ditengah jalan. Azel berdecak kesal karena refleks menarik rem tersebut.

"Woy, gila ya!" pekik seseorang dari mobil membuat Azel segera menundukkan kepalanya meminta maaf.

Mobil tersebut pergi dan Azel menatap tajam arwah dihadapannya. "Udah aku bilangkan, aku ga mau bantuin!"

Arwah dihadapannya malah menyengir dan langsung pergi membuat Azel berdecak kesal.

"Gila tuh hantu, masih aja ngikutin!"

Arwah itu sudah mengikutinya selama 3 bulan. Entah bagaimana pun caranya menghindar arwah itu selalu muncul disekitar nya kecuali di rumah. Makanya belakangan ini dia jarang mau keluar.

Azel kembali menghidupkan motornya dan segera menuju kampus. Butuh waktu 10 menit sampai di kampus. Azel memarkir motornya melepas helmnya. Ia memasang headphone nya dan berjalan menuju kelasnya.

Seseorang melewatinya dengan parfum yang khas membuat Azel terdiam ingin mencari orang tersebut. "April!" suara seseorang memanggil entah mengapa membuat Azel ikut menoleh. Tapi bersamaan dengan hal tersebut, Azel menggeser badannya saat muncul sosok arwah yang lagi-lagi menganggunya.

"Hai Azel!"

"Ck!" decakkan terdengar membuat arwah itu menyengir padanya.

"Minggir aku ada kuliah pagi, jadi gangguin nya entar aja, sana kamu ketemu hantu yang lain, temenan sama kuntilanak kampus atau apa gitu, jangan gangguin pagi pagi!"

"Cih, aku juga ogah sebenarnya," cicit arwah tersebut kecil tapi masih dapat didengar Azel.

"Enggak kok Zel, yang penting kamu bantuin aku!"

"Aku udah bilang ga mau, ya ga mau, dengar ga sih, kamu mending cari yang lain saja sana!"

"Ga bisa, hanya kamu, denger dulu makanya permintaan aku tuh gampang loh, ga susah, bahkan kamu bakal bahagia dengernya!"

Azel menatap tajam arwah yang sedang mundur berlahan karena takut padanya. Ia kembali menatap jalanan kemudian menghela nafas berat.

"Ayolah, kalau bantuin arwah kayak aku, pahalanya banyak loh!"

"Bodo amat.. bodo amat.."

Orang orang disekitarnya pun memperhatikan nya tapi mereka tak merasa Azel aneh karena mungkin sedang menelpon mengunakan headphone.

Headphone ini adalah aksesoris nya agar tak dikira gila. Ia langsung berjalan tak perduli dengan arwah yang masih tetap memutarinya atau berdiri dihadapannya. Ia menabraknya bahkan membuang wajahnya malas.

~New Story

Upload ulang ya gaes... belum ada perubahan banyak kok tapi ya silahkan di baca ulang wkwkwkk

Perfect Love (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang