PL 14~

87 22 0
                                    

Azel duduk sambil sarapan, ia menatap Airin yang duduk di sebrang menatapnya dengan tampang mengejek. Azel memilih meneguk jus yang baru saja dituangkan kakaknya.

"Enakkan?" tanya Zora melihat Azel meminum jus yang dituangkannya.

"Iya," jawab Azel sekenanya dan Zora hanya menghela nafas pelan.

"Kamu udah baikkan dengan April, gimana saran kakak bergunakan?" tanya Zora bersemangat.

"Baikkan sih, tapi saran kakak ga berguna tuh."

"Masa sih, ka Ano kalau marah tinggal ka Zora baik-baikin luluh tuh!" balas Zora tak terima jawaban Azel tersebut. Azel hanya bisa menatap kakaknya tak percaya. Ia tak percaya pria galak bernama Diano sekarang penurut dengan kakaknya.

"Palingan kamu aja yang ga tahu baikkin orang gimana kan?" tanya Zora lagi tepat sasaran membuat Azel berdecak.

"Aku mau berangkat dulu," ucap Azel segera menyambar tasnya tapi segera ditahan oleh Zora.

Zora tersenyum penuh arti membuat Azel mengerutkan kening tak mengerti. "Karena kakak udah bantuin kamu, beberapa hari ini kamu temenin anak-anak ya, kakak mau jalan-jalan, belanja terus ke salon dengan ka Lanny," ucap Zora santai.

"Eh, udah dulu, ka Zora mau telepon my devillish dulu, takutnya ngamuk kalau ga diteleponin" lanjut Zora berlalu sedangkan Azel yang mau mengatakan sesuatu memilih menghela nafas.

"Bodohlah," gumam Azel sambil menyeret tasnya. Ia memilih memakai headphone daripada mendengar tawa mengejek dibelakangnya. Siapa lagi kalau bukan arwah menyebalkan yang menganggunya.

"Kamu jangan mengikutiku!" seru Azel pada Airin sebelum pergi meninggalkan rumahnya.

****

April memperhatikan rambutnya khawatir, ia sudah berkali-kali membasahi rambutnya dengan air di botol minumnya tapi permen karet yang melekat diujung rambutnya tidak bisa terlepas malah semakin menyangkut di rambutnya.

April menghela nafas mengingat ulah Elisa ini. Gadis itu mengeluarkan permen karet yang sedang dikunyah dan langsung menempel ke rambutnya kemudian tertawa.

"Sepertinya kamu perlu memotong pendek rambutmu kan?"

"April!" pekikkan Sivia mengangetkan April. "Rambut kamu kenapa?" tanya Sivia bingung.

"Permen karet, pas duduk ga sadar di sandaran ada permen karet," ucap April masih berusaha melepaskan permen karet.

"Kayaknya ga mungkin deh, bohong ya?" tanya Sivia curiga. "Via mending kamu bantuin aku, ini ga bisa lepas," ucap April melihat rambutnya acak-acakan.

"Bener juga," ucap Sivia sambil berdiri dan berlari pergi.

Seseorang kembali berjalan mendekat. "Via, rambutku!" seru April gemas tapi menemukan Azel yang menatapnya bingung.

"Eh, Azel?" ucap April pelan.

"Temanmu ke mana, tadi mendadak pergi gitu saja setelah suruh aku temenin kamu di sini," ucap Azel sambil duduk di sebelah April dan menurunkan headphone ke lehernya.

"Alasan deh kamu Zel, bilang aja kamu senang aja duduk di sini, mumpung ada April kan," ucap Airin yang sebenarnya mengikutinya walau sudah diperingatkan untuk tidak mengikuti.

"Kamu tuh, gangguin mereka terus, tanpa kamu kemarin, Azel sukses baikkan kok," ucap Dimas mendapatkan pelototan dari Airin.

Airin segera menarik rambut Dimas sampai sang empunya menjerit kesakitan.

"Sivia maksud kamu?" tanya April tak percaya kelakuan Sivia. "Kalau kamu ada urusan, ga apa-apa kok, Sivia ga usah didengerin."

"Oh, iya, memangnya kamu berani sendirian, tapi kamu ga sendirian sih, banyak kok yang temanin kamu," ucap Azel sambil tersenyum mengejek membuat April memperhatikan sekitar yang sepi.

Perfect Love (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang