PL 1~

181 28 0
                                    

Perkuliahan selesai Azel segera menutup bukunya dan kembali memasang headphone di kepalanya. Jay, sahabatnya, yang duduk di sebelahnya menatap Azel sambil menggelengkan kepalanya. Dari masuk di kelas sampai kelas selesai, wajah Azel tertekuk dengan aura yang mengerikan. Jangankan manusia, arwah saja mungkin tak akan berani mendekatinya.

"Zel, kamu tuh kenapa sih, perasaan sewot banget, berasa dimarahin aku dari tadi!"

Azel melirik Jay dan menurunkan headphonenya. "Hah, apa?"

"Halah, pura-pura mulu, kagak ada musiknya tuh headphone, kagak usah akting!" seru Jay membuat Azel berdecak sebal. Dirinya kesal tapi saat melihat wajah sahabatnya entah kenapa ia jadi bertambah kesal sampai rasanya mendidih kepalanya.

"Kamu habis ngapain dah?"

"Kenapa?"

"Kamu kok bisa diikutin arwah gitu?" tanya Azel bingung sambil menatap Jay sedih. Ia menepuk pelan bahu Jay dan berjalan pergi.

Jay memperhatikan sekitarnya yang sudah kosong. Ia meneguk salivanya takut. Sialan Azel batin Jay sebal.

Perlahan Jay berdiri mengambil tasnya yang sempat-sempatnya tersangkut. "Misi...aaa.. Azel! Jangan Tinggalin!" pekik Jay panik keluar dari kelas tersebut mengejar Azel yang sudah pergi.

Azel menjatuhkan bokongnya kasar di kantin kampus. Ia sedang dalam mood yang tidak baik. Hari ini dia menaiki bus untuk menghindari arwah gadis yang selalu mengejarnya tapi yang menyebalkan adalah ia menemukan arwah tersebut juga di dalam bus tersebut tanpa menyapanya hanya menatapnya sesekali. Ia menghembuskan nafasnya sebal.

Azel kembali membayangkan wajah arwah tersebut. Arwah tersebut cantik dan amat sangat familiar seperti pernah ia temui entah di mana.

Di mana? Dirinya juga tak mengingatnya.

"Gila ya nih anak, habis ngomong seram gitu, bengong di sini, kesambet yang ada!"

Azel menatap Jay dengan tatapan kosong membuat Jay sedikit parno. "Beneran kesambet ya?" tanya Jay membuat Azel akhirnya tertawa.

Azel menurunkan headphone nya dan menatap geli Jay. "Harus banget tuh kamu ngaca tadi!"

"Sialan!" seru Jay mendorong kepala Azel kuat.

"Azel!" panggilan tersebut membuat nya menoleh dan menemukan arwah tersebut sedang tersenyum padanya.

Azel menatap arwah tersebut. Ia sangat merasa pernah bertemu tapi tak ingat sama sekali.

"Udah mau bantuin?"

Azel menggelengkan kepalanya. Tapi kalau dipikir-pikir dia tak tahu nama arwah ini.

"Bengong lagi, woy!" pekik Jay sambil duduk di sebrang memperhatikan Azel.

Sahabat nya kemungkinan sedang bertemu arwah penasaran kembali. "Gak perlu teriak, aku ga budek!"

"Kali aja budek pakai headphone terus, mau makan apa biar mamas Jay pesenin."

"Terserah yang penting jangan kacang," ucap Azel kemudian Jay segera berlalu.

"Azel, udah mau bantuin?" tanya arwah itu kembali membuat Azel menghela nafas berat.

Arwah tersebut sepertinya mengerti dengan sikap Azel yang sepertinya kesal akhirnya memilih pergi.

"Ck, Ya udah deh, aku pergi dulu ya, selamat makan sekalian sampe meledak," ucap arwah tersebut kesal. Azel yang awalnya merasa tak enak hati kemudian kesal bukan main memukul mejanya dan berdecak.

"Kamu memang tak perlu kasian Zel," gumam Azel kesal.

****

"Sorry nih, brader, cewe gue telepon mulu, cabut ya!" seru Jay membuat Azel menggeleng.

Perfect Love (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang