PL 12~

100 15 2
                                    

Azel memberhentikan mobil dan mulai memarkirkan mobilnya mengikuti barisan mobil yang lain. Ia memperhatikan jam tangannya dan lega masih belum terlambat untuk mengikuti kegiatan karena pembicara yang seharusnya mengisi di waktu pagi, belum juga datang. Tentu saja Jay memaksanya datang karena sudah mendaftar.

"Masuk, Zel, itu tuh, aku lihat mereka kumpul di aula gede lagi main games," ucap Airin senang membuat Azel melangkahkan kakinya dengan malas mengikuti arah yang ditunjuk olehnya.

"Nah, ini, kita udah dapat ya pasangannya," suara seseorang dengan pengeras suara mengangetkan Azel yang baru saja masuk, apalagi ketika tarikan seseorang pada lengannya membawanya ke depan panggung menghadap semua orang yang sedang menatapnya.

Jay bahkan tertawa membuat Azel tampak kebingungan dan melirik seseorang disebelahnya. April. Gadis itu tampak terkejut menatapnya.

"Ini games terakhir buat kalian ya, yang menang akan dapat hak spesial," jelas gadis di depannya menggunakan mic.

"Games?" gumam Azel tak percaya.

"Saya ka?" tanya Azel bodoh pada kakak angkatan yang sedang memegang mic.

"Iya, sekarang kita main games terakhir yaitu sentuh pipi, kalau kalian bisa menebak barang tersebut, kalian punya hak spesial sampai besok."

Suara riuh terdengar mendengar hadiah yang diberikan pada games terakhir membuat banyak iri karena tak terpilih. Azel merasa enggan tapi ia tak mungkin menolak karena ada banyak kakak tingkat yang akan membuat masalah dengannya jika menolak. Manusia itu lebih menyebalkan dari arwah. Jadi ia tak boleh membuat masalah. Sudah cukup satu arwah yang selalu menempel dengannya.

"Tenang, aku bantu kamu!" seru Airin bersemangat. "Ini balasan kamu mau datang," Azel tersenyum samar. Ia akan memenangkan permainan ini.

"Awas saja kalau aku kalah," gumam Azel tapi Airin dan April bisa mendengarnya menoleh. Azel hanya mengidikkan bahunya tak perduli tatapan April.

"Kita mulai ya!"

April yang mendengar ucapan Azel sebelumnya merasa ragu karena ia tak yakin bisa membantu Azel menang, akhirnya berbisik. "Kalau kamu ga senang, tolak saja, ini hanya ice breaking kok, jadi mereka ga akan marah, ini juga bukan ospek, takutnya kita malah kalah," bisik April pelan.

Azel menghela nafas melirik tajam pada Airin. "Kamu meremahkanku ya, memangnya kamu kira aku ga bisa?" balas Azel kembali berbisik dan menatap April yang cukup dekat dengannya.

April memundurkan kepalanya sedikit terkejut menatap wajah Azel, bahkan kembali terkejut mendengar sorakan yang sepertinya tertuju pada mereka berdua.

"Oh, kalian udah saling kenal?" tanya kakak tingkat dihadapannya yang sedang menjadi pembawa acara.

"Wah, berarti saingan kalian berat, karena sudah ada yang punya chemistry yang kuat banget," ucap sang mc acara pada peserta lain membuat Azel dan April saling menatap sejenak dan kemudian memalingkan wajah.

Permainan berlangsung menyenangkan dengan dimenangkan oleh Azel dan April. Tidak semua dijawab oleh Azel karena April ternyata pintar bermain tebak barang dengan sentuhan pipi. Tentu saja dirinya, mendapatkan semua bantuan Airin yang selalu mengatakan barang yang sedang mereka sentuh dengan pipi mereka. Azel melirik Airin yang terkekeh, karena ia sudah punya hak istemewa karena bantuan Airin. Sepertinya ia harus mengikuti kemauan arwah menyebalkan dihadapannya.

~

Azel melepas jaketnya, entah mengapa ia merasa panas setelah bermain games dan memperhatikan pemandangan yang asri. Ia benar-benar ditempat seperti ini, ia sungguh benci tempat tenang seperti ini. Bagi orang biasa mungkin menyenangkan, untuknya, tidak, bahkan sejak tadi sebenarnya ia sudah merasa diikuti arwah lain lagi selain Airin.

Perfect Love (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang