PL 8 ~

101 22 0
                                    

April berjalan masuk ke dalam kampusnya mencari Sivia tapi dirinya berhenti saat melihat Azel sedang duduk dikursi taman menutup wajahnya dengan buku tidak lupa menggunakan headphone. Walau tak melihat wajah Azel, ia sangat hafal kegiatan tersebut. Padahal hari ini mereka turun ke jalan untuk bersih-bersih tapi Azel selalu memasang headphone di kepalanya.

April mendekat kemudian mengeluarkan ponselnya dan memotret. Ia tersenyum melihat hasil foto tersebut. April terkejut saat Azel tiba-tiba menangkap tangannya dengan wajah masih tertutup buku. Ia pun bergerak cepat mengunci ponselnya.

Azel menurunkan bukunya dan menatap tajam April yang tersenyum kikuk padanya.Ia menghembuskan nafasnya sebal tanpa melepaskan cekalan tangan pada April.

"Ngapain kamu?" tanya Azel galak.

"Enggak ada," ucap April tersenyum manis menatap Azel.

Azel hanya menggeleng tak percaya. Kelakuan April kurang lebih kembarannya. Dalam bentuk manusia atau arwah keduanya benar-benar menganggu. "Bohong, kalau sedang berbohong wajahmu kelihatan banget," ucap Azel akhirnya melepas tangan April. 

"Kenapa di sini, gedungmu di sana kan?" tanya Azel penasaran.

"Ehm, hari ini semua yang bersih-bersih kumpul di lapangan kan, kita kan satu kelompok, kalau menunggu di sini lebih dekat," jelas April tapi Azel terlihat tak tertarik. April masih berdiri sambil memperhatikan ponselnya menunggu Sivia.

Azel menatap April yang berdiri dan tak lagi berbicara. "Kamu ga bisa duduk ya?"

Mendengar hal tersebut, April segera duduk di sebelah Azel walau canggung. Ia tersenyum sambil memikirkan pembicaraan yang harus dia bicarakan dengan Azel. Ia mengetukkan ponselnya ke dahi berharap ada sesuatu yang dapat dibicarakan.

Azel hanya menggeleng tak percaya, melihat kelakuan April. Gadis itu entah sedang memikirkan apa. Ia menatap April dalam diam sampai ketika Airin muncul membuat Azel memutar bola matanya tak senang. "Azel, udah fix banget bantuin aku kan?" goda Airin senang melihat keduanya bersama.

April memecah keheningan dengan mengajak Azel berbicara, akhirnya menemukan topik yang mungkin tidak bermasalah. "Kamu emang suka pakai headphone ya?" tanya April ragu karena sepertinya Azel selalu memakainya.

"Biar ga dengar orang yang ngomong terus kayak kamu," jawab Azel sambil menurunkan headphone merasa aneh karena April berbicara tapi ia menggunakannya.

April tersenyum walau terdengar ketus. Ia senang karena Azel menjawabnya, ia sering melihat kadang Azel mengabaikan orang yang mengajaknya berbicara. Tentu saja, Jay adalah salah satu orang yang sering ia lihat mendapati hal tersebut.

"Kamu mikir apa sih?" tanya Azel kesal melihat April terus tersenyum jika menatapnya. Memangnya dirinya ini pelawak ya? 

"Enggak ada, aku senang aja," ucap April santai kembali tersenyum pada Azel. 

Azel mengarahkan pandangannya ke arah lain, ia tiba-tiba merasa gugup. Airin yang melihat tingkah keduanya yang menggemaskan tertawa geli.

Azel yang mendengar tawa itu tentunya merasa sebal, karena merasa ditertawakan. "Kan, kamu suka juga kan sama April, udah sering berdua kan, getaran di dada ini udah ok banget kan," ucap Airin lagi membuat wajah Azel memanas.

"Kalau udah fix bantuin ga boleh mundur ya, bye," ucap Airin lagi langsung menghilang karena melihat Azel akan marah padanya.

April menatap Azel bingung, wajah lelaki dihadapannya sering kali terlihat memerah. Lihat saja telinganya. Entah dia menahan emosi atau sedang malu. April tersenyum geli dan membuka tasnya. "Kamu udah makan?" tanya April santai.

Perfect Love (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang