April terlihat kikuk duduk di samping Azel yang menyetir. Sesekali ia melirik mencari tahu pembahasan yang menarik tapi tak ia temukan di dalam benaknya.
Sedangkan Azel sibuk memperhatikan jalan yang lumayan ramai, mobilnya sebentar lagi akan berbelok ke dalam halaman perusahaan tapi Azel menginjak rem cukup kuat dan tangannya bergerak cepat menahan tubuh April.
"Maaf, kamu ga apa-apa?" tanya Azel pada April kemudian memperhatikan ke depan. Ia menghela nafas tak percaya karena tadi ada sosok arwah anak kecil yang lewat menyebrang di depan mobilnya dan mengangetkannya. Lagi-lagi ia salah membedakan. Ia menatap ke arah April yang masih tampak terkejut. Diujung matanya tepat di sebelah pintu mobil April duduk, ia menemukan sosok anak kecil yang ia lihat sedang memperhatikan April dan dirinya dengan tatapan penasaran.
Sial! Kenapa harus sekarang sih? batin Azel kesal.
"Kamu sendiri ga apa-apa, Zel?" tanya April menatap tangan Azel yang masih menghadang badannya dan wajah Azel yang terlihat gusar.
"Iya, sorry, tadi aku merasa ada kucing lewat makanya injak rem," ucap Azel cepat kembali ke posisi semula saat melihat mobil di belakang yang baru datang mau masuk ke dalam perusahaan.
"Yakin kan, kalau misal ga enak badan tukeran aja, aku pernah belajar mobil kok," ucap April yakin.
"Pernah belajar?" beo Azel tak percaya sedangkan April menganggukkan kepalanya yakin. "Dari siapa?" tanya Azel penasaran.
"El," ucap April santai membuat Azel ingat tentang teman kecil April yang cukup lama ia lupakan.
"Seseorang juga sering ajarin, karena aku ajarin dia naik motor gimana, " ucap April lembut. Azel melirik sekilas terlihat April tersenyum senang saat menyebut seseorang tesebut.
"Seseorang?" tanya Azel bingung.
April tampak gugup membuat Azel penasaran tapi karena sudah mendekati gedung. Ia memilih kembali fokus menyetir. "Udah sampai," ucap Azel menghentikan pembicaraan April.
April menghembuskan nafasnya lega. Azel tak terlalu banyak bertanya mengenai seseorang yang dia maksud. Ia tak mungkin mengatakan seseorang itu Airin kan.
Azel memberhentikan mobilnya di depan lobi perusahaan segera keluar tanpa mematikan mobil dan membuka jok belakang.
"Sore Pak Agus, ini saya antar makan dari ka Zora," ucap Azel sambil mengambil beberapa kantong dan menyerahkan ke satpam dihadapannya.
"Baik, nak Azel," ucap Agus mengambil kantong ditangan Azel dan membawa masuk.
"Ini banyak pak, mungkin ada kali 500 box, soalnya mau dibagikan ke semua karyawan, kalau misal lebih, nanti pak Agus ambil beberapa aja ga apa-apa," ucap Azel santai. Ia sudah mengenal security tersebut dari kecil dan terbiasa bersikap santai dan akrab.
April yang berdiri di samping Agus hanya menatap sekilas wajah Agus yang berterimakasih dan tersenyum senang membuatnya ikut tersenyum dan segera membantu Azel membawa beberapa kantong lagi.
"Kenapa kamu senyum?" tanya Azel mengerutkan keningnya menatap senyum tipis April.
April menoleh dan menggeleng pelan. "Aku tadi balas senyuman bapak itu, " ucap April santai menunjuk Agus.
Azel mendengus geli saat menyadari kebohongan April, tapi kemudian terhenti saat menatap sosok arwah anak kecil yang muncul didepan mobilnya tadi. Sosok itu berlari masuk ke dalam perusahaan membuat Azel penasaran. Ia mau segera melangkah tapi terhenti saat melihat April membawa 3 kantong yang lebih besar dari badannya.
"Sini kamu kelamaan, ga mungkin juga kamu bisa bawa 3 kantong besar ini," ucap Azel mengambil alih kantong ditangan April dan menekan tombol di pintu joknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Love (On Going)
RomanceKemampuan yang membuat ku sangat kesusahan. Apalagi ada arwah aneh yang selalu mengikutinya. Benar benar menyebalkan!