PL 6 ~

100 21 0
                                    

April memegang kepalanya yang berdenyut. Mengapa ia bisa sampai ditempat seperti ini. Ia duduk di bawah pohon, terhadang oleh rumput yang tinggi, yang tidak dapat oleh orang lain lihat. Tak ada yang tahu, ia disini kalau duduk. Ia memegang pelipisnya kembali dan mencoba bangun, kemudian memantau sekitar.

"Itu," gumam April melihat seseorang yang ia kenali berjalan ke sebuah ruko. Lelaki itu yang ada di dalam ingatan wanita bernama Chacha itu.

Tapi ini sebenarnya di mana ya? batin April memperhatikan sekitarnya yang terasa asing. Terakhir sepertinya ia sedang di rumah membuat makanan untuk bundanya karena hari ini jatah libur kerjanya, kemudian ia yakin pergi ke kamar dan tidur.

Pertokoan ini, sepertinya tak pernah ia datangi. Apa dia sedang bermimpi ya? April tersentak saat badannya tidak bisa digerakkan dengan perintahnya sendiri. Badannya berlahan bergerak sendiri mengejar lelaki yang ia lihat tadi. April berjalan cepat dan menyentuh lengan lelaki itu.

"Kamu kenal Chacha?" tanya April. April mengerutkan keningnya tak mengerti, badannya bergerak sendiri dan bukan dirinya yang berbicara. Seperti ada yang memakainya.

Wajah lelaki dihadapannya tersenyum ramah padanya. "Di mana Chacha, bawa aku bertemu Chacha," pinta April lagi-lagi mulutnya kembali berbicara sendiri.

Lelaki itu kembali tersenyum dan meminta April mengikutinya. April berjalan mengikuti. Kenapa ia tidak bisa menggerakkan badannya sendiri. Apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa ia malah mengikuti lelaki ini?

~

"Kamu mencari Chacha kan?" Lelaki tersebut mengajak April berbicara. "Tunggulah," ucap lelaki itu.

April duduk di bangku usang. Sekarang di sinilah dia. Gudang tak terpakai. Ia duduk manis tanpa ketakutan sedikit pun.  Padahal sebenarnya ia benar-benar ketakutan. Ia ingin segera pergi tapi badannya benar-benar terkunci. Ia bahkan berusaha berontak tapi badannya tidak mau bergerak sama sekali.

"Sepertinya kamu sudah boleh pergi."

Suara seseorang di dalam kepalanya membuat April tersentak. Ia menoleh dan kembali terkejut karena badannya bisa bergerak sesuai kemauannya. Ia memeluk tubuhnya dan memegang kedua lengannya kemudian wajahnya. Ia kembali bisa bergerak sesuai dengan maunya. Ia bergerak cepat berdiri tapi tarikan di lengannya membuat April kembali terduduk.

"Mau ke mana?"

"Aku ada urusan."

"Bukannya kamu mau bertemu Chacha?"

"Tapi Chacha tak mungkin ada ditempat seperti ini kan?" tanya April melirik sekitar yang gelap hanya diterangi lampu tradisional yang sudah usang.

"Chacha tentu di sini, bersama dengan temannya yang lain."

April menyentuh celananya. Ia sama sekali tak membawa apapun. Uang? Ponsel? Mengapa badannya bisa bergerak sendiri sampai ke sini tanpa membawa apapun. Ia menghela nafas panjang.

"Mas, siapanya Chacha?" tanya April pada akhirnya melihat lelaki itu tersenyum padanya.

"Bukankah seharusnya aku yang bertanya, dari mana kamu tahu, aku mengenal Chacha, siapapun bahkan tidak ada yang tahu," ucap lelaki itu penasaran membuat April merinding.

Bukankah di dalam ingatannya, lelaki ini tersenyum begitu manis pada wanita itu. Tapi kenapa sekarang menyebut nama wanita itu. Lelaki ini terlihat berubah menyeramkan bahkan tadi masih tersenyum hangat.

"Siapa kamu?" tanya lelaki itu kasar sambil mencengkram lengan April.

"Sakit," rintih April pelan saat kekuatan lelaki tersebut semakin kuat mencengkram kedua lengannya.

Perfect Love (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang