PL 20~

153 18 0
                                    

April tersenyum menemukan Azel yang sedang tertidur di taman. Ia berlari kecil kemudian berjongkok memperhatikan Azel yang tertidur sambil menyandarkannya badannya dibatang pohon besar. Sedangkan Azel yang merasa diperhatikan membuka matanya perlahan kemudian tersentak dan bagian belakang kepalanya tak sengaja membentur pohon.

April meringgis dan tanpa sadar membantu Azel menggosok pelan kepalanya. "Kamu ngapain sih," elu Azel tak senang pada April. Ia terkejut bukan hanya karena April dihadapannya tapi karena Airin dan Dimas yang berada tepat dibelakang tubuh April sedang tertawa.

"Aku tungguin kamu bangun!" seru April tak perduli dengan suara kesal Azel.

"Kenapa ga kamu bangunin aja?" tanya Azel makin kesal mendengar jawaban ajaib April.

"Hmm, kamu galak Azel, nanti kamu marah gimana?" balas April sambil tersenyum membuat Azel makin menggeleng tak percaya. "Memangnya sekarang aku ga marah?" ketus Azel malas dan April hanya terkekeh.

Azel mendengus dan menepuk pelan kening April pelan. Airin mendengus saat Azel memberikan pelindung untuk dirinya dan Dimas tak bisa mendekati April.

April menggosok keningnya pelan. "Aku memimpikan sesuatu tentang Ronald, Elisa dan aku, sepertinya yang kulupakan pada hari itu berhubungan dengan mereka," ucap April serius menatap Azel.

Azel tampak menaikkan sebelah alisnya dan kemudian menatap April. Kenapa selalu berhubungan dengan Ronald? Sebenarnya apa yang Ronald lakukan pada Airin dan April waktu itu? Dan Elisa juga? Azel menggelengkan segala pemikirannya yang sudah ke mana-mana.

"Ronald itu sebenarnya ada hubungan apa denganmu?" tanya Azel penasaran.

"Hmm, sejauh ini dia pikir aku Airin," jawab April yakin.

"Kamu yakin?" tanya Azel tak percaya.

"Memangnya kenapa?" tanya April bingung.

"Kalian," ucap Azel malas menatap Airin. "Kalian terlihat beda, dari segi apapun, sejauh ini, itu yang ku sadari, bahkan hampir sebagian orang mengatakan hal tersebut," lanjut Azel lagi.

Dimas yang mendengar terkekeh geli. "Tuh benarkan ku bilang!" seru Dimas cepat menggoda Airin yang cemberut.

Jay berdecak saat melihat Azel dan April yang sedang bersama membuat keduanya mengangkat kepalanya saat mendengar decakkan tersebut. "Kalian berdua pagi-pagi udah mojok aja, kalian ga sadar ya, aku tuh lagi patah hati?" tanya Jay tak terima sambil duduk di tengah-tengah antara April dan Azel.

"Pergi ga?" usir Azel galak tapi Jay bersekukuh duduk diantara mereka.

Azel mencoba melepaskan rangkulan Jay dilengannya. "Ck, aku masih belum putusin Mentari, tahu gak, aku bodokan?" tanya Jay sedih dan April yang awalnya tertawa memilih diam dan menepuk pundak Jay.

"Sabar ya," ucap April bingung.

"Emang kamu bodohkan, udah sana sih!" seru Azel kesal mendorong kepala Jay kemudian menarik lengannya.

Azel berdiri kesal memperhatikan Dimas dan Airin yang tertawa melihatnya yang diganggu oleh Jay. "Gimana kalau aku maafkan saja, pura-pura ga tahu yang terjadi," cicit Jay membuat Azel menepuk pundak kemudian meremas pundak Jay kuat.

"Akh, akh, sakit!" pekik Jay kesal tapi Azel masih meremas pundaknya.

April bahkan berdiri panik melihat hal tersebut. "Azel, kasihan," ucap April panik melihat Jay meronta sampai wajahnya terlihat merah karena menahan sakit. Azel melepaskan remasannya saat April memaksanya melepaskan cengkramannya.

"Sakit Zel, kamu mau buat cedera pundakku?" tanya Jay marah sambil memijat pundaknya.

"Udah sadar?" tanya Azel membuat Jay menatapnya. "Kalau masih belum sadar, kamu bisa cari aku nanti dan aku siap menghajar wajah kamu itu," ucap Azel dingin. Ia sudah malas meladeni sikap Jay. Ia tahu Jay hanya mencari-cari alasan untuk menghindari masalahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perfect Love (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang