PL 16~

69 17 2
                                    

April menatap figura foto yang terhias di meja bahkan di dinding. Wajah tersenyum Azel dan juga kakaknya membuatnya ikut tersenyum. Walau daripada wajah tersenyum, wajah cemberut banyak ia dapatkan di figura tersebut.

April tersenyum menatap satu foto. Dimana Azel terlihat terduduk di lumpur dengan wajah jijik sedangkan kakaknya tersenyum ceria sambil berkacak pinggang. Pigura tersebut menunjukkan keluarga yang bahagia dan harmonis membuat perasaan April menghangat.

"Dari kecil wajah Azel udah nyebelin kan?" tanya Zora memecah lamunan April. "Untung ke tolong wajah cakepnya, gen papa memang ga ada lawannya, lihat kan kayak fotokopi," tunjuk Zora pada wajah Azel dan Digo yang tergantung di dinding.

April tertawa sambil meletakkan pigura yang dipegangnya. "Ka Zora juga cantik," ucap April geli melihat Zora yang terlihat tersenyum menatap foto tersebut.

"Kelakuan dia juga mirip banget sama mama, galak tapi heran kalau sama Azel, mama tuh boro-boro marah, ngomel aja ga pernah!" elu Zora pelan tapi kemudian tersenyum menatap April.

"Maaf ngelantur ya," tawa Zora geli. "Makasih ya, kamu udah anterin Azel pulang dengan taksi, nanti kakak ganti ya biayanya," ucap Zora sambil kembali ke arah meja makan setelah asisten membawa beberapa piring keluar. Zora terlihat cekatan menyiapkan beberapa makanan untuk di bawa ke kamar Azel.

"Ehm, ga perlu diganti kok ka, sebenarnya tadi mau dibawa ke klinik tapi Azel ga mau, mau panggil Jay juga Azel ga mau," jelas April membuat Zora tersenyum.

"Masa, tapi sama kamu mau ya?" tanya Zora antusias membuat April kikuk. "Ehm, sebenarnya karena aku juga maksa Azel untuk pulang," ucap April ragu membuat Zora terkekeh.

"Azel itu kebiasa ditinggal sendiri, walau dia itu manja tapi gengsi bukan main, dia bisa ngomel kalau orang-orang lupa ulang tahunnya, dia bahkan bisa marah kalau rumah gelap apalagi kotor, kalau sakit dia sukanya tidur bahkan sifat yang dipendam bakal muncul semua," jelas Zora membuat April mengangguk antusias. Ia bisa lebih mengenal Azel  yang dulunya hanya sering ia lihat.

Suara tangisan Alinea membuat Zora bergegas melepas apronnya. Zora berjalan pergi kemudian kembali menatap April. "April bisa tolong makanan ini diantar ke kamar Azel ya, soalnya anaknya ga suka makanan dingin plus dia ga mau kalau asisten rumah tangga yang masuk kalau dia di kamar, cerewet kan, tahan-tahan ya."

"Iya?" tanya April terkejut dan bingung.

"Kakak harus diamin Alinea dulu, kalau Aksara bangun juga bisa gawat," jelas Zora meninggalkan April kebingungannya.

April akhirnya mengangkat nampan tersebut dan perlahan naik ke atas masuk ke kamar Azel.

"Permisi," cicit April pelan mendorong pintu tersebut dengan  lengannya.

April meletakkan di samping meja kasur. Airin dan Dimas yang berada di kamar Azel tampak senang melihat April yang sedang melepaskan ponsel yang digenggam Azel secara perlahan dan diletakkan di atas nakas.

April tampak memperhatikan interior kamar Azel yang menarik bernuansa hitam putih. "April beda banget sama kamu ya?"

Airin menoleh garang menatap Dimas. Ia berkacak pinggang menatap Dimas. "Lihat apa bedanya, wajah kita mirip!"

"Kalau diperhatikan lama, April bahkan lebih cantik dengan riasan naturalnya dan lembut, dia bahkan ga pernah bersikap kasar atau mukul kayak kamu, coba sekarang kamu berdiri di sebelah dia," ucap Dimas membuat Airin kesal.

"Dimas!" pekik Airin kesal. Angin yang berhembus  kuat menerpa April membuatnya terkejut. Jendela yang terbuka menerbangkan kain gorben pun membuatnya bingung. Cuaca terlihat cerah tapi mengapa tiba-tiba saja ada angin begitu kencang.

Perfect Love (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang