PL 10 ~

124 18 0
                                    

Airin duduk di atas meja sambil memperhatikan sekitar. Ia melirik saudaranya, April, kemudian mendengus malas. Ia meremas rambutnya kesal sambil kembali menatap April yang sedang kerja part time. Ia menatap saudara kembarnya dengan perasaan bersalah dan juga kesal. 

"Akhhhh, Azel pasti bakal bantuin kan, awas kalau dia bohong, dan cuekin kamu lagi, Pril," elu Airin kesal sambil berteriak frustasi.

"Kenapa harus Azel yang kamu suka?" tanya Airin malas.

"Pria itu menyebalkan Pril, sangat-sangat menyebalkan, sebenarnya apa yang menarik dari dia sih?" tanya Airin kesal.

"Kenapa kamu bisa suka sama dia?" tanya Airin frustasi.

Airin kembali mendengus sebal sambil menggoyangkan kakinya. "Pril, aku ngaku-ngaku yang menolong Azel dulu, kamu pasti ga marahkan?" tanya Airin tetap berbicara walau tahu, tak akan ada tanggapan dari April.

"Aku harus buat dia percaya, aku pernah menolong dia, agar dia mau bantu kita, kamu jangan salah paham ya," ucap Airin mendesah malas sampai pintu masuk berbunyi pertanda ada pembeli.

Airin tertengun menatap lelaki yang masuk yang tersenyum menatap April.

April tersenyum balik. "Selamat datang."

"April, kamu lupa denganku?"

April mengerutkan keningnya menatap lelaki dihadapannya. Berusaha mengenali lelaki dihadapannya.

"El, kamu kok bisa di sini?" tanya April bingung melihat teman kecilnya.

"Kamu ga kangen aku?" tanya El menatap April senang.

"Kangenlah, tapi bukannya kamu di Paris?" tanya April bingung.

"Aku bosan, jadinya pulang, kamu kerja sampai jam berapa?" tanya El santai.

"Bentar lagi."

"Ok, aku antar ya, tenang aja aku udah bilang ke nyokap," balas El senang. April hanya tersenyum. Ia bekerja di bakery milik ibunya El. Makanya El langsung tahu ada di mana dia sekarang. 

April kembali menatap El yang mengharapkan jawabannya. Akhirnya ia mengangguk saja dan tersenyum membalas senyuman El.

Airin tersenyum tipis menatap El. Lelaki tampan yang baik hati yang sangat ia sukai dulu. Sayangnya El menyukai April, tapi mau bagaimana lagi. Dia juga tak bisa bersama dengannya.

****

Airin kembali muncul dihadapan Azel yang sedang membaca bukunya di kantin. Azel sedang sendirian mengerjakan tugas, sesekali Azel melirik Airin tapi tak terlalu perduli dan kembali mengambil stabilo dan mengarisnya ke buku yang sedang dibaca. "Azel, ayo ketemu April!" seru Airin gemas.

"Kapan bantunya, katanya kamu mau dekatin April secara alami?"

"Ini alami apanya, ini udah lewat 3 hari kalian ga ketemu loh, kamu tahu gak, El, cowo yang dulu dekat banget sama April balik dari Paris! Terus tiap hari dia datang jemput!" seru Airin gemas walau tentu saja dia melebihkan tiap katanya.

Azel menurunkan headphonenya dan menatap Airin kesal. Ia sebenarnya bingung harus mendekati April bagaimana, karena memang dia tidak pernah mendekati seseorang lebih dulu. Ia tak punya alasan apapun. Apa ia harus bersikap akrab begitu saja?

"Kamu mau April direbut El atau Ronald? Saingan kamu itu banyak, jangan belajar terus!" seru Airin membuat Azel menghela nafas kesal menatap sengit padanya.

Sedangkan April yang memperhatikan dari jauh tersenyum. Azel terlihat entah menatap apa. Apa Azel benar-benar bisa melihat hal yang tak kasat mata ya? Berarti lelaki itu tidak bercanda padanya kemarin?

Perfect Love (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang