Azel menggerakkan badannya melakukan pendinginan setelah olahraga pagi. Ia kembali mengingat gadis yang bernama April. Ia menghela nafas dan tak mengerti mengapa April mengakui dirinya juga Airin. Mereka adalah kembar tapi mengapa April harus menjadi Airin juga. Apa dia menyembunyikan kematian Airin? Untuk apa?
Kenapa dia penasaran? batin Azel sebal.
Airin muncul tepat di depan muka Azel kemudian mengitari halaman rumah tersebut santai. Azel mendelik menatapnya. Ia bahkan memincingkan matanya curiga.
"Hai Zel!"
"Hmmm..."
"Ck, irit banget kalau ngomong, bisa-bisanya April..." Airin menghentikan ucapannya saat Azel menatapnya seakan ingin membunuhnya.
"Nggak mau, aku ga mau deketin April!"
"Idih, siapa yang minta itu!" seru Airin membuat wajah Azel merona malu.
"Ck, jadi kamu ngapain ke sini, bukannya kamu bilang permintaanmu aku deketin April," elu Azel sebal.
"Yah, kalau soal April kayaknya itu tergantung kamu kan mau deketin atau gak, kalian juga udah temenan kan, April tuh anaknya baik banget, mau dimarahin kayak apa tetap aja baik, terus semenjak ga ada aku, dia tuh kasian tahu, sering dibully," ucap Airin bohong menunggu reaksi Azel.
Azel tampak berfikir. Memang gadis itu terlihat sebelas duabelas kakaknya yang naif. Walau terlihat lebih pemalu dan kalem. Tapi tetap saja dia tidak mau mendekati April untuk memenuhi keinginan Airin. Enak saja mengabulkan keinginnya.
"Ck, ga usah meracuni otakku, terus dia juga kayaknya ga mengakui kamu tuh!" seru Azel sebal.
Airin mendengus sebal. "April itu suka bunga Lily loh, di rumah kamu banyak bunga Lily kan, kalau ke sini dia pasti senang banget," ucap Airin senang membuat Azel mendesis sebal.
"Azel!" panggilan Zora membuat Azel masuk.
Azel menutup matanya sebentar saat mendengar benda-benda jatuh. "Aksa Ale, jangan nakal," elu Azel melihat ruang tamu yang berubah seperti taman bermain. Airin hanya tertawa melihat wajah kesal Azel.
Zora masih menyiapkan sarapan. Dan Azel menatap kakaknya yang menyiapkan segalanya dengan cekatan. "Ini rotinya di makan, Zel," ucap Zora memberikan piring yang sudah dirinya pakaikan selai strawberry.
"O,iya, kemarin kakak ketemu Airin loh, dia ternyata part time di toko kue langganan kakak, pantes mukanya kayak kenal, ternyata kami udah sering ketemu," ucap Zora bersemangat. Sedangkan Airin menatap Azel sejenak kemudian menatap Zora. Ia tertarik dengan pembahasan ini.
"Airin?" tanya Azel bingung. "Jangan panggil Airin, panggil dia April," ucap Azel menarik kursi duduk di meja makan.
"Airin, orang dia bilang dia Airin."
"April, dia itu April, pokoknya ka Zora panggil dia April bukan Airin!" seru Azel sebal.
"Ih, kamu aneh banget sih, ya deh, April, April!" dengus Zora sebal melihat kelakuan adiknya. "Kayaknya udah dekat banget kamu sama dia, sampai sampai marah gini hanya karena namanya ga boleh dipanggil Airin! berarti kamu beneran udah kenal dia kan kemarin!" tuduh Zora sebal membuat Azel cemberut.
"Nggak ya, siapa juga kenal atau dekat sama dia!"
"Terus kenapa melarang-larang panggil Airin, terus kenapa harus April, awas loh ya jatuh cinta!" seru Zora geli melihat wajah Azel yang merona jika digoda.
Azel memakan roti tersebut kasar sambil menatap tajam Airin yang terkekeh menatapnya. Airin segera menghilang kemudian Azel menghela nafas berat. Ia hanya tak suka gadis bernama April itu harus dipanggil Airin. Yang nyatanya adalah saudara kembarnya yang sudah meninggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Love (On Going)
RomanceKemampuan yang membuat ku sangat kesusahan. Apalagi ada arwah aneh yang selalu mengikutinya. Benar benar menyebalkan!