April bergegas melepas seatbelt dan tanpa menoleh ke arah Azel. Ia kikuk jika hanya berdua dengan lelaki yang dingin ini.
Azel menoleh sejenak menatap Airin yang menempel pada April. Ia menatap jengah kemudian mendorong Airin. Airin berdecak langsung menghilang tapi karena hal tersebut, Azel hilang keseimbangan posisinya jadi terlalu mendekat pada April karena Airin menghilang begitu saja. April memindahkan bokongnya merasa Azel tiba-tiba mendekat.
"Kenapa?" tanya April tegang.
"Kamu jangan kebiasaan melamun ya," ucap Azel kesal kemudian menyentil kening April.
April tersentak dengan sentilan tersebut. Badannya kembali nyaman jika Azel melakukannya. Sepertinya Azel mempunyai kekuatan yang hebat membuat mata April tiba-tiba berbinar.
Azel berarti punya kekuatan? Wuaa keren! batin April bersemangat. Azel mengerutkan keningnya tak percaya melihat binar mata April. Ia segera menjauh melihat tingkah April yang aneh.
"Kamu sedang mikir apa sih?" tanya Azel ketus membuat April segera melenyapkan senyumnya dan mencoba tersenyum tenang menatap Azel.
"Makasih ya Zel," ucap April cepat membuka pintu dan keluar dari mobil tersebut.
"Sekali lagi makasih ya Zel, buat jemputan dan sentilan kamu tadi, sekarang aku merasa segar," ucap April bersemangat. Azel mengerutkan keningnya. Ia tak menjawab hanya melirik April yang tersenyum saat menutup pintu. Mobil melesat pergi dan April menghembuskan nafasnya berkali-kali. Nafasnya tidak teratur di dalam mobil sedari tadi. Rasanya debaran di dadanya dan juga nafasnya membuat ia kebingungan.
April memegang dadanya. Wajah Azel memang mematikan, bagaimana lelaki dingin itu bisa berwajah datar saja selama perjalanan tapi tetap terlihat sangat tampan. "April, apa yang kamu pikirkan?" tanya April bodoh pada dirinya sendiri.
Sadar April! batin April dengan menepuk kedua pipinya dan memilih segera beranjak untuk berkeliling mencari Sivia. Karena ia tak membawa ponsel ataupun buku. Tapi ia ada kuliah pagi hari ini, jadinya ia harus segera masuk.
"Airin."
Sapaan seseorang membuat April mengerutkan keningnya menoleh. Ia menatap lelaki tersebut dengan mundur beberapa langkah. Ronald. Lelaki ini sepertinya masih sangat menyukai Airin. Apa ia jujur saja bawa dia bukan Airin ya? Tapi janganlah biarin aja batin April ragu.
April terkejut saat Ronald memegang pergelangan tangannya. "Oh, iya hai," sapa April ramah sambil menarik tangannya.
"Kamu kuliah pagi?"
"Ehm, ya," jawab April cepat.
"Itu Azel kan, dia antar kamu?"
"Ehm, bisa dibilang begitu, tapi kita ketemu di jalan," tawa April garing.
"Dia kasi kamu tumpangan, tumben, ga pernah ada yang naik kendaraan dia loh, kamu akrab ya dengan Azel?" tanya Ronald bingung.
"Hahaha, iya," ucap April canggung. Sepertinya ia terlalu banyak basa-basi. Ronald tersenyum bingung menatap April. "Kamu agak beda ya hari ini?" tanya Ronald menatap April penasaran.
"Hmm, o,iya, kayaknya sama saja," ucap April cepat berusaha merubah nada bicaranya menjadi tegas seperti Airin.
"Itu Sivia!" seru April menunjuk ke belakang Ronald. Ronald menoleh dan April bergerak cepat berlari pergi. Ia harus menghindar sekarang.
Airin yang sedari tadi menemani April terkekeh dengan tingkah April yang lucu. Gadis itu tetap saja polos dan suka berbohong.
****
Azel masuk ke dalam kelas dan duduk di dalam kelas sambil menurunkan headphonenya. Jay segera mendekatkan tempat duduknya dan menyenggol lengan Azel melihat temannya itu terus menguap sedari masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Love (On Going)
RomanceKemampuan yang membuat ku sangat kesusahan. Apalagi ada arwah aneh yang selalu mengikutinya. Benar benar menyebalkan!