Masih dengan Cakra yang duduk di depan gerbang makam serta toyol yang memeluk lehernya erat.
"Cil anjir gua di kira bapak Lo ni ah" ucap Cakra.
"Papa" lirih anak tersebut.
"Heh Dudu nak aku dudu bapakmu" balas Cakra.
"Papa hiks"
"Dudu aku dudu bapakmu"
Suara tangisan kembali terdengar Cakra pusing sendiri mana motornya mogok sekarang ada toyol yang memanggilnya papa.
"Lo nyebelin banget dah siapa nama Lo?" Tanya Cakra sambil mengelus punggung pria kecil itu.
"Lalen" lirihnya.
"Hah laler?"
"Lalen"jawabnya agak keras serta kesal.
"Anjir nama lo laler bisa bisanya siapa yang ngasih nama Lo? Ngga jelas banget udah tau manusia di kasih nama laler" Cakra tetap menganggap bahwa Ralen itu bernama laler.
Ralendra Albara nama si kecil itu, dia berwajah tampan good looking sejak dini bunda,tapi sayang nasibnya tidak segood wajahnya tidak tau kenapa dia bisa ada di depan gerbang makam umum.
"Laler Lo ikut gua ya, gua ngga jahat tenang aja dan jangan anggep gua bapak Lo gua belum Nana nini masa udah dapet toyolnya" ucap Cakra lalu mengangkat Ralen yang menatapnya polos dengan hidung yang memerah dan mata yang sembap.
Dengan amat sangat keberatan Cakra membawa Ralen ke arah motornya, mendudukan anak tersebut ke atas motor yang bannya sangat miris.
"Diem di atas motor duduk jangan berisik oke" ucap Cakra.
Ralen mengangguk serta memberikan jempolnya tanda oke.
"Yeh sok iye lu cil" Cakra menoel sedikit jidat Ralen.
***
"Oy Cakra kok kaga sampe sampe" ujar Dylan.
"Mungkin mampir dulu beli cendol" sahut Aidan.
"Masa beli cendol selama ini"
Mereka diam dan terkejut melihat teman mereka yang baru saja di bicarakan datang bersama anak kecil di gendongannya.
"Cak nyulik bocah di mana Lo bego" ujar Aidan.
"Anak siapa Cak?" Tanya Galen.
"Brisik Lo semua diem dia lagi tidur budeg gua kalo ni bocah nangis lagi" jawab Cakra dengan suara lelah.
Cakra tidak memperdulikan teman temannya dia langsung menidurkan Ralen di atas pangkuannya, sambil mengelus punggung anak tersebut.
"HALLO GESS!" Triakan kematian dari Cusia menggelegar di seluruh ruangan.
Ralen yang kaget membuka matanya dan sudah bersiap untuk menangis, tapi belum sempat ralen menangis mulutnya sudah di tutup dengan tangan Cakra.
"Bocil setan" umpat Cakra.
"Haii" Cusia tersenyum tanpa dosanya, setelah itu dia memicingkan mata melihat anak kecil yang berasa di pangkuan Cakra.
"Itu siapa?" Tanya Cusia.
"Nemu gua di kuburan" jawab Cakra seraya mengusap punggung Ralen agar lebih tenang akibat kaget karena suara Cusia tadi.
"Ah yang bener" sahut Dylan.
Cakra melempar Dylan menggunakan bantal sofa, "iya setan, gua tadi Nemu dia di depan kuburan"
Dylan menangkap bantal sofa "kok iso? Seng tenan lah cak ojo maen maen ini masalah manusia" ucapnya campuran.
"Ga ngerti gua babi" umpatnya sambil menutup Kuping Ralen.
"Jangan main-main Cak ini masalah manusia, jujur aja kalo itu anak Lo" Dylan membenarkan katanya.
"Demi tikus nikah sama hamster Lan, gua Nemu ni bocah di depan kuburan serius ga bohong" balas Cakra sambil mengelus punggung Ralendra.
"Kok bisa" sahut Galen.
"Dia nangis di depan gerbang kuburan, gua yang berperikemanusiaan dan tidak sombong jadi gua samperin, gua tanyain lah dia eh taunya dia di buang sama ortunya, gua sebagai manusia merasa kasihan dan gua bawa ke sini" jelas Cakra panjang lebar.
"Ga mungkin Lo taro basecamp Cak" Alldric berucap.
"NAHH BENARR!" Sahut Aidan dengan suara keras.
Ralen terlonjak kaget dan bersiap untuk menumpahkan air matanya, tapi sebelum dia menumpahkan air matanya Cusia sudah mengambilnya dari pangkuan Cakra.
"Sini sama Kaka cia aja ya" ucap cusia seraya menggendong Ralen.
Ralen diam dan memeluk leher Cusia menenggelamkan wajahnya mencari kenyamanan di sana, Cusia tidak keberatan karena memang dia menyukai anak kecil.
"Thank cil" Cakra berterimakasih.
Cusia mengangguk dan tersenyum, Cusia menggendong Ralen sambil mengelus punggungnya dan menimang agar anak itu tidur.
"Gua bakal bawa dia pulang" Cakra kembali bersuara.
"Mami, sama papa Lo ?" Tanya Galen.
"Itu biar gua urus nanti, gua rasa Ralen titipan Tuhan buat gua" Cakra menjawab dengan serius.
"Keputusan ada di tangan Lo Cak, Lo bisa bawa bocah itu ke kantor polisi buat di tindak lanjuti siapa atau dia bisa ketemu keluarganya " Alldric kembali bersuara.
"Ngga Al orang tuanya udah buang dia gua ngga akan tega apalagi bawa ke polisi " Cakra menjawab sambil menatap Ralen yang mulai memejamkan mata di gendongan Cusia.
Albyan hanya diam dan menatap teman temannya, dia mengalihkan pandangannya ke arah Cusia dan merasa bahwa gadis itu sudah lumayan lama menggendong anak itu mungkin dia merasa pegal, dengan inisiatif Albyan berdiri dan mendekati Cusia serta anak yang ada di gendongan Cusia.
"Biar gua yang gendong" ucapnya mengambil alih Ralen ke gendongannya.
Cusia mengangguk dan membiarkan Albyan menggendong Ralen, Karna jujur tangannya sudah mati rasa karena lama menggendong Ralendra.
Aksi mereka tidak luput dari pandangan inti Crave, sedetik kemudian mereka kembali terdiam dan memikirkan sesuatu yang tidak harus di fikirkan.
"Gua mau balik, gua harus siap dapet Omelan Karna bawa pulang bocil" ucap Cakra, berdiri dari duduknya dan mengambil Ralen dari Albyan.
"Gua duluan ya" Cakra melambaikan tangannya dan keluar dari basecamp.
Mereka mengangguk dan mulai bersiap untuk pulang ke rumah masing masing juga.
"Anak anak yang mau nginep di basecamp, inget jangan ada yang bawa minum minuman apalagi ni tepat di jadiin tempat ah ah" tegas Aidan.
Anggota Crave mengangguk dengan serempak dan memberikan jempolnya, Aidan dan inti yang lain juga memberikan jempolnya tapi tidak dengan Cusia, dia malah memberikan jari tengahnya.
"Wa the pak menn" serunya lantang.
Mereka semua menatap cusia kesal serta geram, Albyan siap untuk.
_____________________________________
Aaaaa kangen gaa maaf ya guys baru up soalnya lupa kalo bikin cerita awogawog.
Jangan lupa di follow -aidangans
Btw Kasian di gantung HAHAHAH. Bye babe.
![](https://img.wattpad.com/cover/302725202-288-k244766.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBYAN
Randomupdate sesuai mood bisa 3 bulan 1 kali, 1 tahun 1 kali hahaahhahah!!!!!