CHAPTER 12

110 15 9
                                    

'ini kalo gua makan perut gua nangis kalo ga gua makan harga diri gua di pertaruhkan, setan emang Aidan dasar manusia terkutuk 'batinnya.

Setelah di aduk Cakra memasukannya ke dalam mulut dan mulai mengunyah, dia juga memasang wajah yang tersenyum sangat manis/terpaksa.

"Enak? Pas apa kurang?" ledek Aidan.

"Enak" balasnya dengan paksa.

"Pasti rasa cabe, mau nyoba dong" sahut Cusia.

"Sini ni kalo mau coba dengan senang hati" balasnya.

"Asiik ba.." belum selesai Cusia berbicara mulutnya sudah di sumpal dengan sebuah bakpao.

Cusia mendengus kesal tetapi tetap mengunyah bakpao itu, sementara Cakra menatap byan dengan cengiran.

"Kalo mau nyari penyakit kagak usah ngajak orang" ucapan datar Albyan.

"Maaf yan lagian si buntut minta sebagai orang yang baik hati dan tidak pelit jadi harus di kasih" Cakra kembali menyengir.

Albyan menatap Cakra dengan tajam, ia seperti melihat mangsa yang akan ia terkan habis hingga tak berdaya.

"Iya Yan iya jangan liatin begitu, ga usah minta cil pawang Lo jadi reog" Cakra kembali menyantap sambal rasa bakso tersebut.

Kring!

Bel berbunyi Cusia Vanya serta milea pun meminta izin untuk menuju ke kelas terlebih dahulu.

'Aduh ini perut gua kok gini ya, panas banget lagi ini perut gua, aduh mana kuping gua juga panas' batin Cakra.

"Oy gua ke toilet dulu ya" tidak mempedulikan yang lain, langsung saja berlari dengan secepat mungkin.

Sesampainya di toilet Cakra bersemedi di kamar mandi membuang semua dosa yang telah menumpuk.

"Anjir pedes bool gua" gumannya setelah menyelesaikan acara pembuangan dosa.

"Gila si ini gua jalanya ngangkang gini kaya abis di perjakain" gumamnya lagi.

Cakra langsung ke kelas karna temannya sudah pasti meninggalkan dia di kelas, sesampainya dia di kelas dia menduduki bangku kesayangannya, tapi anehnya semua mata tidak ada yang menatapnya hanya bunyi desiran seperti ular.

'ini pada kenapa si ya kok stth gitu' batinnya bingung.

Tidak ambil pusing karena guru sudah datang Cakra hanya menganggap itu angin lalu, mungkin mereka iri dengan kegantengan yang tiada Tara ini.

Setelah pelajaran selesai seisi kelas berebut untuk keluar terlebih dahulu, Cakra makin merasa aneh dia mengemasi barangnya dan menaruh di tas.

"Oy cok itu pada kenapa dah" tanya Cakra kepada inti Crave.

Mereka semua diam sambil memperhatikan Cakra dengan seksama,Cakra tambah curiga pasti ada apa apanya.

Cakra berdiri tapi anehnya dia tidak bisa, pantatnya menempel pada kursi, dia mengernyit dan masih berusaha untuk melepaskan kursi dari pantat sexynya.

"Apa apaan ini, ngga lucu njing mainannya begini" Cakra teramat kesal.

"Ayo gua bantu cok" sahut Aidan dan memegang kursi itu dari belakang.

Cakra menari badannya ke depan dengan sekuat tenaga, tanpa di duga.

Prepet! Bruk! Brak gubrak!

Celana yang ia gunakan cobek dan apesnya dia jatuh menabrak meja sekaligus kejatuhan meja.

"Emm tripel kill tinggal maniac terus seveg"ringis Dylan.

Cakra meringis kesakitan, dia mendorong meja agar menjauhi tubuhnya, mulai berdiri dan merasakan udara AC menusuk pahanya, meraba merasakan bahwa paha mulusnya sudah tidak di bungkus kain.

"CELANA GUA BAJINGAN!" Triaknya nyaring.

"Maaf cak Kitakan cuman niat ngebantu lagian ini ulah Bianca sekertaris kelas, dia tadi mau ngelem itu jadwal yang Segede gaban eh taunya ember isi lemnya tumpah ke kursi Lo " jelas Dylan.

"Terus gua gimana anjing" Cakra frustasi.

"Pake celana gua aja gua bawa celana lepis item" kata Aidan memberikan membuka tas dan memberikan celananya.

Cakra menerimanya, dan mengganti celananya di kelas dia memakai kolor angrybird.

"Udah ayo balik" ujar Galen.

"Ayo lah gua dan cape dan frustasi berat" balas Cakra.

Mereka berjalan beriringan menuju parkiran, sesampainya di parkiran Cakra lebih dahulu menaiki motornya dan menunggu yang lain.

"Oy Cak tumben cepet Lo jalannya" Aidan menyusul Cakra dan menaiki motor miliknya sendiri.

Cakra hanya diam moodnya hari ini benar benar hancur, Aidan melihat itu pun memaklumi karena dia juga saksi dan pelaku di mana ke apesan Cakra terjadi.

"Udah lah galau galau bae ngopi ntar di basecamp" Aidan mengusap punggung Cakra.

"Oy brangkat cok" ucap Dylan, ternyata yang lainnya sudah sampai dan menaiki motornya.

"AYOO GAS!" Girang Cusia yang berada di boncengan Galen.

"Duluan aja gua mau hiling-hiling cari angin" ucap Cakra.

Mereka hanya mengangguk dan menancapkan gas meleset pergi menjauhi area sekolah, Cakra menyalakan mesin motornya dan menarik gas dengan santai.

"Kalo di rasa rasa ini enak juga ya bawa motor pelan sambil menikmati jalan" Cakra membuka kaca helmnya dan menghirup udara segar.

Ciittt duar!

Tiba tiba Cakra oleng dan hampir jatuh, Cakra melihat ban depannya pecah. Cakra menghela nafas kayanya ini hari punya dendam tersembunyi terhadap Cakra.

"Apalagi ini tuhan" Cakra memegang keningnya pusing, mana sudah lumayan jauh dari sekolah dia turun dari motor, memarkirkan motornya di pinggir jalan lalu membuka ponselnya. Kesialan kembali menghampirinya karena batre di hpnya ternyata habis tak tersisa " hoalah bajingan" umpatnya membanting hp tersebut saking pusingnya.

Setelah merenung beberapa saat mau tak mau Cakra harus mendorong motornya, jarak menuju bengkel lumayan jauh dan melewati pemakaman yang banyak di bilang angker.

Cakra sudah tidak peduli dia sudah pening dan ingin cepat cepat istirahat, mulai mendorong motornya dan tepat saat melewati pemakaman Cakra mendengar suara tangis pria kecil, Cakra merinding dan mengedarkan pandangannya ke sana kemari mencari asal suara, matanya menangkap sesosok kecil memeluk lututnya di balik rumput yang panjang bisa di bilang hanya terlihat rambut hitamnya.

"Anjir toyol" kagetnya dan menyetandar motornya.

Cakra memberanikan diri menghampiri anak kecil tersebut, memandangnya Lamat Lamat dan menoel anak tersebut.

"Heh cil ngapain lu di kuburan" bisik Cakra.

Pria kecil tersebut mendongak dengan mata yang berkaca kaca hidung yang memerah dengan suara yang masih sesenggukan.

"Lo kenapa di sini di buang?" Cakra memandang anak tersebut, tiba tiba anak tersebut berdiri dan memeluk Cakra erat.

"Beneran Lo di buang?" Tanya Cakra lagi.

Anak kecil itu hanyak diam dan tetap menangis sesenggukan, Cakra merasakan pundaknya basah dia meringis.

"Diem woy ingus Lo nempel di baju gua" Cakra menepuk punggung anak tersebut.

"Aduh mas kalo ngga bisa ngurus anak jangan di buang di kuburan dong kasian, masa mau berbuat ngga mau bertanggung jawab" tiba tiba datang seorang ibu ibu mungkin dia ingin berziarah makam.

"Ini bukan anak saya Tante saya juga Nemu dia di sini" Cakra mengelak.

"Aduh anak muda jaman sekarang"

________________________________________

Nexs ga guys?







ALBYAN  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang