Hyuuga Hinata Sensei

3K 162 3
                                    

Seluruh siswa kelas XII A mendesah kecewa bahkan ada yang hampir frustasi. Eits, tidak bagi siswa yang pandai belajar. Mereka berharap nilai yang terbaik, bahkan ada yang wajahnya biasa saja pasrah dengan kemampuan sendiri.

Pasalnya sensei cantik nan lembut, meski memiliki tubuh mungil tapi di beberapa bagian tertentu sangat menunjang penampilannya itu, bisa saja berubah menjadi menyeramkan ketika memberi soal ujian atau sekedar kuis dadakan yang bikin serangan jantung siswanya. Mereka tak menyangka di kelas akhir ini tetap akan berjumpa lagi dengannya bahkan menjadi wali kelas.

Meski di puja-puja oleh khalayak sekolah, tetap saja jika siswa yang ketahuan nakal akan terkena dampaknya. Setidaknya, Hinata sensei akan memberikan pilihan, dia akan mempertanggung jawabkan semua yang di perbuat atau dia sanggup menerima tugas 'istimewa' dari sensei cantik tersebut. Tentu saja tanpa kata, mereka memilih opsi yang pertama.

"Waktu sudah habis. Simpan kertas kuis kalian dan silahkan untuk istirahat." Ucapnya tegas. Anak-anak di kelas bersorak riuh, saat kuis tersebut selesai. Tak sedikit mereka mengumpat walau dalam hati atau sekedar menghentakkan kakinya.

Hinata hanya bisa menggelengkan kepalanya. Seharusnya ujian atau kuis dadakan seperti ini hal biasa. Beruntung dirinya tak pernah memberikan tugas dalam bentuk PR, ya walaupun kata mereka sama saja karena sekali memberi tugas, tentu saja tidak main-main.

Setelah dirasa seluruh siswa keluar kelas, guru muda berusia 24 tahun tersebut berjalan pada setiap bangku untuk  mengumpulkan kertas kuis. Namun, antensinya harus berhenti pada satu sosok yang berada di bangku paling pojok. Dia tahu, siswa itu bernama Uzumaki Naruto. Siswa pendiam, dingin dan wajah yang terlampau datar. Bahkan saat kelas X pun ia jarang bergaul dan lebih suka menyendiri. Tentu saja Hinata tahu itu, karena hanya dia satu-satunya murid yang mencolok seperti tidak punya semangat hidup jika di sekolah.

"Naruto-kun, kau tidak pergi beristirahat?" Tanyanya tanpa melihat siswa berambut pirang tersebut. Saat Hinata masih kuliah, ia sudah magang di sekolah ini. Hingga setelah lulus, ia berkesempatan menjadi guru karena prestasi yang ia raih. Setidaknya ia sudah tahu beberapa watak siswa, termasuk dia. Tak banyak berubah,  sebetulnya dia salah satu siswa pintar, hanya saja potensinya tidak di kembangkan.

"Tidak" Jawabnya dingin.

Hinata menghela nafas pelan. Sejujurnya ia sangat sulit mendekati satu siswa tersebut. Jika yang lain, mereka selalu bersemangat untuk menentukan mimpi mereka. Hinata memang selalu menjadi tempat berkeluh kesah siswanya tentang pencapaian prestasi. Karena keramahan dan juga kelembutannya para siswa nyaman dengan guru bersurai indigo tersebut. Tapi jangan salah paham, meski begitu ia sama sekali tidak menerima toleransi bagi mereka yang membuat kesalahan.

"Jika kau ada waktu, temui saya nanti pulang sekolah. Tidak akan lama, apa kau bisa?" Kini Hinata berada tepat di depan bangku Naruto. Tangannya tengah memegang tumpukan kertas kuis.

"Aku tidak bisa."

Selalu seperti itu, jika bukan urusan tugas ia pasti akan menolak. Hinata menatap wajah lelaki berkulit tan tersebut. Mata ametisnya tak sengaja bersibobrok cukup lama dengan mata biru tersebut. Hinata hampir saja terpana, ia akui Naruto mempunyai pesona yang luar biasa. Namun ia segera tersadar dari keterpesonaannya.

"Begitu ya. Naruto-kun, setelah kau lulus apa yang akan kau lakukan?" Hinata masih mencoba menjadi teman untuk siswanya itu. Bukan tanpa alasan, ia ingin anak didiknya meraih mimpi yang mereka inginkan.  Yah, harapan seorang guru. Ia berharap dirinya bisa memberi jalan pencapaian prestasi bagi siswa.

"Aku tidak tahu." Lalu ia meraih botol termos kecil  dari dalam tasnya, ia juga membawa sebuah cup ramen. Sepertinya ia akan menyeduh ramen tersebut.

Apa-apaan jawaban itu! Batinnya. Hinata kali ini menyerah dulu untuk berteman dengannya. Mungkin saat pertemuan nanti dengan orang tua siswa ia bisa bicara dengan orang tuanya.

I LOVE BRONDONG [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang