CHAPTER 16

71.8K 7.2K 118
                                    

HAPPY READING

Vreya pulang dengan wajah lesu, ughh ia benar benar lelah sekarang. Tangannya terangkat membuka pintu, kakinya mulai melangkah menuju kamar. Namun ketika hendak memasuki lift suara bena- ah Lavender menyita pendengaran nya.

"Nona baru pulang?" tanya Lavender

Vreya berbalik menatap wajah Lavender dengan kesal, pertanyaan bodoh macam apa itu?

"iya" jawabnya ogah ogahan

"Nona dari mana saja?, bukannya sekolah pulang tidak terlalu sore, tapi nona pulang kerumah ketika hari sudah gelap" pernyataan beruntun itu membuat Vreya mengeram kesal, tidak ingin membuat image anak baiknya ternodai, dengan senyum semanis mungkin, ia menatap Lavender yang menampilkan wajah lembut penuh perhatian "iya, tadi gue kerumah teman, gue udah izin sama Bang Ion. Jadi lo nggak perlu khawatir" ujarnya "udah ya, gue capek, mau istirahat"

Vreya berbalik, memasuki lift menuju kamarnya. Di sepanjang perjalanan berbagai umpatan keluar dari bibir mungil itu. Sepertinya ia harus memberi pelajaran lebih kepada Lavender.

Ceklek!

Pintu kamar itu terbuka, Vreya melangkahkan kakinya menuju kasur, cewek cantik itu menghempas kan tubuhnya "kok gue hari ini capek banget ya?, badan gue pegel pegel, anjir emang, keknya dulu ni tubuh jarang olahraga. Makannya baru jalan dikit aja udah pegel semua"

Vreya memandang langit langit kamarnya "mending mandi dulu deh" cewek itu beranjak, memasuki kamar mandi guna membersihkan diri.

...

Vano memasuki rumah berkedok neraka, cowok itu terpaksa datang karena ancaman dari Aril, mantan ayahnya.

Ketika sampai di ruang keluarga, cowok itu segera mendudukkan dirinya di sofa singel tepat di hadapan aril, Hana, dan juga Daniel. Mereka terlihat sangat rukun dan harmonis, lihatlah Daniel yang menyenderkan kepalanya di bahu Hana dengan tangan Hana yang mengelus rambutnya, di samping Hana ada Aril yang nampak fokus dengan Tab di tangan kanannya sementara tangan kirinya memeluk posesif pinggang Hana. Lima menit mereka sibuk dengan kegiatan masing masing tanpa memprdulikan kehadiran Vano.

"Jika tidak ada yang ingin anda bicarakan, saya permisi tuan dan nyonya Aditama" tutur Vano, kakinya hendak melangkah. Namun suara berat Aril menghentikan nya "siapa yang menyuruhmu pergi?"

Vano menatap Aril "kalian sepertinya sedang sibuk, jadi, lebih baik saya pergi. Dari pada nanti saya menganggu acara keluarga harmonis kalian" jawabnya

"Duduk!" perintah Aril dengan nada tidak ingin dibantah

Vano kembali duduk, cowok itu menatap tiga orang didepannya yang juga tengah menatapnya "jadi...apa yang ingin kalian bicarakan?" tanyanya

"Surat surat kafe dan resto mamah ada di kamu bukan?, saya ingin kembalikan itu!" jawab Aril santai

Vano mengeram "tidak!, kafe dan resto itu sudah menjadi hak milik saya"

"Kamu sudah keluar dari keluarga Aditama, itu milik ibu saya, berarti itu juga hak milik saya, karena saya adalah anaknya" berang Aril menatap tajam Vano

Hell tidak tau malu sekali pak tua ini, dia yang menyerahkan kafe dan resto itu dan sekarang, ketika kafe dan resto itu berkembang dia memintanya kembali. Benar benar orang yang tidak tau malu!.

Vano berdecih "sampai kapan pun saya tidak akan pernah menyerahkan hak kepemilikan kafe dan resto itu kepada anda!" geramnya

"KAMU...." Aril bangkit tangannya menunjuk wajah Vano dengan kesal "anak yang tidak tau di untung, saya sudah membiayai hidup kamu selama 16 tahun ini" desisnya dengan mata menghunus Vano tajam

DIA, ANTAGONIS! (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang