CHAPTER 30

61.1K 6.8K 259
                                    

Welcome new readers🌚💃🏻



HAPPY READING

"Dulu, gue sahabatan sama Lavender. Pandangan gue ketika pertama kali liat dia pas masuk SMP tu polos dan baik"

"Kita selalu main bareng, ngerjain tugas bareng, kemana mana selalu bareng pokoknya. Gue seneng sekaligus bersyukur banget punya dia sebagai sahabat gue..." Risty menjeda ucapannya.

"Nggak terasa, persahabatan yang kita jalin udah hampir tiga tahun, bahagia? Tentu aja, gue bahagia banget waktu itu"

Risty terkekeh kecil melihat wajah antusias Vreya dan Nata "gue tuh dua bersaudara, punya adek cowok, waktu itu umurnya baru lima tahun. Selesai ujian sekolah kelas sembilan, gue ngajakin Lavender buat nginep sekaligus party. Dia setuju, dan kita pun party malamnya..." Risty meminum kembali jusnya.

"Kita party di kamar gue, lantai dua. Namanya juga anak SMP party keluar rumah belum di izinin. Tiba tiba dia bilang mau kebawah, pengen ngambil tasnya yang ketinggalan di atas sofa"

"......gue ngangguk aja, belum lama dia pergi, gue denger suara orang jatuh, keras banget, gue lari dari kamar buat ngecek siapa yang jatuh. Sampai di sana....gue ngeliat adek gue sendiri yang jatuh dari atas tangga, darah keluar deras dari kepalanya......" mata Risty berkaca kaca, melihat itu, Vreya dan Nata dengan sigap menggeser kursi mereka lebih dekat dengan Risty, tangan mereka menepuk nepuk lembut punggung Risty yang bergetar.

"Gue liat Lavender yang posisi dia natap shock ke bawah, tangan dia yang abis ngedorong adek gue masih tetap bertahan di posisi itu. Mama Papa datang, mereka segera ngebawa adek ke rumah sakit....."

"tapi naas nya, dokter bilang adek gue nggak selamat. Mama terpukul banget, Papa marah ke gue. Gue berusaha jelasin kalo gue ngeliat Lavender yang ngedorong adek, tapi dia malah nuduh gue......dia bilang gue yang ngedorong adek gue sendiri, karena gue iri sama dia yang selalu mendapat kasih sayang dari Mama dan Papa"

Risty mengusap air matanya yang turun membasahi pipi "gue kaget, shock, sahabat gue sendiri ngefitnah gue, padahal selama ini, Mama sama Papa nggak pernah ngebedain kasih sayang antara gue dan adek gue, dan dia ngarang cerita kek gitu"

".....Papa ngedenger bantahan Lavender, dia ngusir gue dan Lavender dari rumah, Mama sama Papa nggak ngangep gue anak mereka lagi. Gue sedih banget, orang yang gue kira baik ngelakuin hal itu. Gue paksa dia buat ngaku, dan yah. Dia ngaku, sengaja ngedorong adek gue, terus nuduh gue sebagai pelaku biar gue di usir dari rumah"

"Alasannya....karena dia iri sama gue yang dapet kasih sayang utuh dari Mama maupun Papa, sedangkan dia cuma punya Ibu, itupun nggak terlalu perduli sama dia."

Risty menarik nafas, mencoba menetralkan suaranya yang serak "gue marah, gue nampar dia. Lalu mutusin persahabatan yang konyol itu, gue mutusin buat tinggal di apartemen milik Mama yang udah jadi milik gue. Di jalan, gue liat ibunya Lavender yang lagi tengkar sama seseorang, gue denger dia bawa-bawa nama Lavender, dan bilang kalo Lavender anaknya orang itu"

"Lo liat siapa orang itu?" tanya Nata

Risty mengangguk "dia tuan Aditama, ayah kandung Lavender"

Mata Vreya dan Nata melotot tak percaya, Aril Aditama ternyata Ayah kandung dari Lavender.

Vreya terdiam plot twist apa lagi ini, Aril?, Ayah kandung Lavender. Jadi Lavender, Daniel, dan...Vano saudara beda ibu. Vreya terkekeh miris.

"Itu sebabnya gue benci banget sama dia, dia Pembunuh. hati dia penuh dengan rasa iri, karena ke irian dia, adek gue pergi dan gue juga kena imbasnya"

mata Risty menyorot tajam "beruntung, Mama sama Papa masih ngirim uang setiap bulan, walupun jumlahnya dikit, tapi gue bersyukur" lanjutnya sembari menghela nafas.

"Emang di rumah lo nggak ada CCTV?" celetuk Nata dengan kening mengernyit.

Risty menggeleng "CCTV ada. Tapi cuma di ruang tamu, sementara tangga kelantai atas di ruang keluarga" Nata mengangguk paham

Senyum miring tercetak di bibir Vreya, kali ini, ia tak ragu lagi untuk memberi pelajaran kepada benalu itu.

Selama ini, jujur, Vreya masih sedikit ragu, ia takut bagaimana jika Lavender dan ibunya benar benar baik seperti isi novel itu, setiap tindakan yang selama ini ia lakukan pada Lavender diam-diam masih Vreya sendiri yang menyelesaikannya.

Alerginya yang kambuh, diam-diam Vreya memasukkan obat dari dokter kedalam minuman Lavender.

Ia yang meninggalkan Lavender di gang sepi, itu diam-diam ia juga mengirim seseorang yang berpura pura lewat, agar Lavender bisa bertanya, sekaligus orang itu juga yang memantau agar Lavender sampai dengan selamat ke sekolah.

Pembullyan di toilet, Vreya juga yang menyuruh seseorang mengantar Lavender pulang.

Kecuali peneroran, itu murni karena Vreya sudah hilang simpati kepada keduanya, cerita dari Arham dan Nita membuatnya kesal dan marah.

Ditambah lagi, Nata bercerita tentang Risty yang sangat membenci Lavender, dan cerita Risty barusan, semakin membuat nya tak ragu lagi.

Heyy, Vreya memang jahat, tapi ia masih mempunyai rasa simpati. Sejahat jahatnya Vreya, ia tak ingin menjadi penjahat untuk orang baik, kesimpulannya Vreya menjadi jahat untuk orang jahat.

"Kita tidak punya bukti untuk menjebloskan dia ke penjara. Tapi kita bisa membuat mentalnya hancur secara perlahan lahan, hingga dia lebih memilih mati di banding hidup" ujar Vreya dengan senyum manis, matanya menatap Nata dan Risty bergantian.

Kedua orang itu pun tersenyum licik "kuy lah, enak juga main ala ala psycho ngejar mangsa" kikik Risty

...

"Lo ngapain bawa gue ke rofftoof?"

Tak mendapat jawaban Vano menatap malas ke arah Daniel "apa lagi?, gue udah keluar dari rumah itu, gu--..."

"Gue minta maaf" perkataan Vano terpotong

"gue bener bener minta maaf, gue banyak salah sama lo, gue nggak becus jadi Abang yang baik buat lo." suara Daniel bergetar "ian kangen Kio, pengen main kayak dulu lagi, pengen peluk Kio sampe Kio ngambek lagi. Ian kangen, kangen banget..." Daniel memeluk tubuh Vano dengan erat.

"Gue uda nggak tahan sendirian"

Vano melepaskan pelukan itu dengan paksa "lo kan nggak sendiri!" sinisnya.

Daniel menggeleng "gue sendiri, sama kayak lo. Kasih sayang, keluarga harmonis semuanya cuma akting, akting di depan lo maupun di depan publik"

Vano menatap Daniel sayu, ia juga merindukan Kakaknya ini "lo tau kan Bang....gue sendiri semenjak Nenek pergi, gue sakit Bang......" Daniel kembali memeluk Vano, kali ini cowok itu tak memberontak.

"Sendirian, di lecehakan, makan makanan sisa, tolong jelasin Bang, ada yang lebih menderita dari gue, biar gue nggak ngangep tuhan itu nggak adil ke gue" Vano membalas pelukan Daniel, menumpahkan segala kerinduan selama bertahun tahun ini.

"Maafin gue maaf.....sekarang lo nggak sendiri, ada gue. Persetan dengan semuanya, yang terpenting, gue pengen ngelindungin lo secara terang terangan" keduanya menumpahkan segala sesak dan rindu yang selama ini mereka pendam di dalam diri masing masing.

Jujur, sebesar apa pun rasa benci Vano pada Daniel, tapi, rasa sayang dan rindu itu mengalahkan semua rasa bencinya.

√√√


TBC

Jngn lpa tinggalin jejak

Ily buat kalian



DIA, ANTAGONIS! (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang