16. Menguak Kisah Lama

1.6K 155 5
                                    

Maaf buat keterlambatan update nya. Fiuh!!

Btw aku mau curhat dikit. Aku lagi cape mental banget. Ternyata jadi orang dewasa itu sulit, ya. Kalau diibaratkan puzzle, hatiku ini udah bolong-bolong. Kepingannya banyak yang hilang kemakan kecewa  🥺🥺

Udah curhatnya segitu aja hehe. Enjoy the story. Kasih tau aku kalo ada bagian ceritanya yg miss ato ga nyambung yaaa wkwk. Soalnya kalo udah agak lama mangkrak tuh jd lupa alurnya 😅

***

Makan malam usai sejak 2 jam yang lalu. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Safira sendiri sudah mulai mengantuk, tapi Rama yang tadi berjanji pergi hanya sebentar lalu kembali untuk mengantarnya pulang, masih belum terlihat batang hidungnya.

"Udah, tidur sini aja, Kak," ujar Shinta. Mereka kini tengah bersantai di ruang tengah sembari menonton series barat favorit Shinta, Bridgerton season 2. Sementara Hendra dan Rani sudah sejak tadi masuk ke kamar mereka untuk beristirahat.

Shinta sudah terlihat nyaman dengan pakaian kebesarannya menjelang tidur, sebuah set piyama dengan atasan kamisol dan celana panjang berbahan satin lembut. Sementara Safira masih mengenakan pakaian yang sama seperti saat Rama menjemputnya dari butik Shalom.

"Besok aku harus berangkat pagi-pagi, Shin. Dijemput sama temen."

"Buat project film Kak Rara, ya?"

Safira mengangguk, "Aku udah absen lama gara-gara sakit. Setelah sembuh juga masih disuruh bed rest dulu sama Mas Rama. Jadi nggak enak kalau nggak langsung kerja," Safira menghela napas, meski hanya mendapat peran kecil yang tidak banyak muncul di scene, tapi tetap saja Safira tidak boleh seenaknya. Apalagi ini project film pertamanya, dia sangat bersemangat.

"Kalau gitu temen Kak Rara aja yang jemput ke sini. Atau nanti biar diantar Mas Rama."

Safira menimbang saran Shinta. Sepertinya bisa diatur, Bara pasti tidak akan keberatan untuk menjemputnya di rumah keluarga Adipura.

"Ya udah, aku pinjam baju kamu ya, Shin."

"Sipp, ayo ikut ke kamar aku."

Mereka berdua melangkah masuk ke sebuah kamar bernuansa monokrom. Keadaan di dalam tidak terlalu padat oleh barang, terkesan minimalis.

"Ganti interior?" Tanya Safira saat memasuki kamar Shinta. Ia cukup sering masuk ke kamar Shinta jika bertandang ke rumah keluarga Adipura. Tapi kamar gadis itu biasanya tidak jauh dari warna-warna pastel yang aestetik.

"Iya, bosen banget jadi cewek kue, mau jadi cewe mamba," canda Shinta yang sontak membuat mereka berdua tertawa terbahak-bahak. Mengkategorikan perempuan berdasarkan warna pakaiannya memang sedang viral belakangan ini. Shinta dan Safira yang pada dasarnya satu frekuensi beberapa kali menjadikannya candaan sepanjang sisa hari ini. Karena bagi mereka mengkategorikan seseorang hanya karena pakaiannya itu konyol sekali.

Setelah membersihkan badan dan berganti baju di kamar Shinta, Safira menyusul gadis itu rebahan di atas kasur. Pakaian tidur mereka serupa, hanya saja celana safira hanya sebatas setengah paha.

"Mas Rama belum pulang, ya?" Tanya Safira. Ia mandi cukup lama tadi, mengira bahwa Rama akan pulang setelah ia selesai.

"Belum, Kak. Kalau udah, pasti yang pertama kali dicari ya Kak Rara. Orang tadi janjinya mau anter pulang."

"Udah jam setengah 12. Kok belum pulang, ya."

"Mas Rama udah biasa pulang larut, Kak. Apalagi kalau lagi ada project atau tender, bisa-bisa dia tidur di apartemen. Soalnya dari apartemen ke kantornya lebih dekat. Tapi di sini kan ada Kak Rara, nggak mungkin Mas Rama nggak pulang."

PULANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang