3

288 47 1
                                    

bunyi telepon berdentung saat Jimin masih berada di dalam kamar mandi. Membuat Lea sedikit was-was karena panggilan itu berasal dari managernya.


"Hallo ada apa?" dengan perlahan Lea berjalan menjauh dari kamar mandi. Membuka pintu kemudian menuju ke arah dapur.


"Ada job bagus," unjar sang manager itu dengan begitu semangat.


"Kau masih ingat 'kan jika sekarang aku terbatas dalam mengambil job?"


"Ayolah Lea, ini impian mu. Kau pasti tidak akan menyia-nyiakannya karena kali ini pemotretan akan dilakukan di Paris," terdengar suara manager itu menghembuskan nafas.


"Paris terlalu jauh . . ." Lea mengigit bibir pelan sambil melihat sebentar ke arah pintu kamar. "Jimin tentu saja tidak akan mengizinkan ku."

"Apa kau tidak bisa merayu atau membujuknya? ini proyek besar, sayang jika dilewatkan. Ngomong-ngomong kau kenal dengan model terkenal Kim Taehyung? dia juga ikut dalam proyek ini."

Mustahil bagi Lea tidak mengenali seniornya yang satu itu. Memiliki karir yang begitu cemerlang serta dikagumi banyak wanita, jelas Taehyung adalah pria yang sangat populer.

"Aku akan mencoba bicara dengannya," setelah itu Lea menutup telepon. Berjalan menuju ke arah kamar, membuka pintu dan mendapati jika Jimin sudah selesai mandi dengan handuk yang melilit pada pinggang pria itu.


Jimin tidak menoleh sedikitpun saat Lea membuka pintu, membuat Lea berjalan mendekat kemudian memeluk tubuh pria itu dari belakang. Aroma khas orang yang baru mandi tercium dengan begitu jelas. Bau segar khas mint, serta tetesan air yang menetes dipermukaan kulit ikut menyentuh pipi Lea.


"Kau belum ingin mandi?" tanya Jimin karena sepertinya Lea masih terlihat betah memeluknya.

"Mau membuat milik Jimin bangun dulu," ucap Lea dengan gamblangnya membuat Jimin sangat tidak percaya tentang apa yang sedang di dengarnya saat ini. Lagipula bagaimana bisa wanita polosnya berubah menjadi nakal seperti ini?


"Lea siapa yang mengajari kau menjadi jorok seperti ini?"



"Kau, kau yang mengajari aku Jimin."



Mendengar itu Jimin jadi lupa sendiri, jika istri polosnya jadi seperti ini karena dirinya sendiri, "Apa yang kau inginkan sayang? aku harus pergi ke kantor."


Rasanya memang sedikit aneh jika Lea tiba-tiba meminta untuk melakukan seks sepagi ini. Apalagi jika wanita itu sendiri yang memintanya.


"Tidak ada aku hanya ingin Jimin," mendengar itu Jimin dibuat menggeram, membalik tubuhnya untuk berhadapan langsung dengan Lea. Sambil melihat keseriusan wajah istrinya itu.


"Sayang aku harus pergi ke kantor," sebuah kalimat penolakan. Jimin memang sedikit terburu-buru, namun jika Lea berusaha lebih keras lagi mungkin Jimin akan benar-benar kalah (?)




"Jimin mau aku buat keluar dengan tangan atau dengan mulut?"



Melihat wajah Lea yang tampak begitu polos dan tidak berdosa ketika mengatakan itu membuat Jimin merasa gila sendiri. Sepertinya pertahan terakhir diri Jimin sudah runtuh dan jatuh berkeping-keping, karena kali ini mana mungkin lagi pria itu menolak.



"Kalau dua-duanya apa boleh?" tanya Jimin mulai merasa bodoh dengan rapat yang ada di kantornya, karena pagi ini yang paling penting Jimin harus mendapatkan Lea.



"Boleh, tapi dengan satu syarat."



Jimin menaikan alisnya, "Syarat apa?"


"Aku dibolehkan pergi ke Busan bersama teman-temanku, hanya selama seminggu," Lea merasa benar-benar bodoh, bagaimana bisa yang tadinya dia ingin izin ke Paris malah tiba-tiba melenceng ke Busan. Tapi mau bagaimana lagi, Lea juga terlalu takut untuk meminta izin secara terang-terangan jika dia ingin pergi ke Paris. Lagipula mungkin saja, jika Jimin tidak tau semuanya tetap akan aman-aman saja 'kan?



"Boleh sayang, pasti boleh."

𝐀𝐧𝐬𝐰𝐞𝐫 𝐌𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang