20

207 53 25
                                    

Nafas Lea terasa memburu, mengigit bibirnya dalam sambil terpejam sedikit lama sambil merasakan cairan itu mengalir di dalam dirinya. Kondisinya saat ini sudah sangat berantakan, tali bajunya sudah lepas dengan ujung dress yang sudah naik sampai ke atas paha. Dengan nafas yang masih berdebar kuat, Lea dibuat mengadah karena Jimin yang kini menciumi bagian lehernya.




Hubungan intens keduanya harus terpaksa terhenti sejenak saat handphone Lea berbunyi. Sudah terlalu malam normalnya untuk menerima panggilan, membuat Lea awalnya hanya ingin melihat nama sang penelpon. Jika orang itu tidak penting, mungkin Lea akan memilih mematikan panggilan. Dan jika sebaliknya terpaksa dia harus mengangkat panggilan tersebut.



"Dari siapa?" tanya Jimin yang menyadari raut wajah Lea yang berubah sedikit tegang.





"Jungkook Oppa . . . " Lea mencoba mengatur nafasnya agar tidak terlihat panik, namun sialnya kejantanan Jimin masih menyumpal miliknya. "Jangan bergerak," peringati Lea kemudian mengangkat panggilan dari Jungkook.





"Hallo Oppa ada apa?" tanya Lea dengan nada bicara yang sudah berhasil dibuat sebiasa mungkin. Namun entah kenapa Lea tetap merasa tubuhnya panas dingin. Karena nyatanya diamnya Jimin malah membuat dirinya terasa tersiksa.



"Kau dimana?" tanya Jungkook ingin memastikan keberadaan adiknya. "Kau tidak pulang?"





"Aku di tempat Anne, dan sepertinya aku tidak akan pulang. Ini sudah terlalu malam dan rasanya sudah terlalu malas untuk menyetir," Lea mengigit bibirnya kuat, demi apapun miliknya terasa berkedut. Membuat dirinya semakin merasa frustasi berharap Jungkook segera menutup panggilan.




"Kau tidak izin kepada eomma jika kau ingin menginap?"




"Oppa aku sudah besar, lagipula tadi sebelum pergi aku sudah izin ingin pergi keluar," ucap Lea entah kenapa mendadak merasa kesal, habisnya Jungkook malah menghujaninya dengan banyak pertanyaan.




"Aku tau, tapi lain kali beritahu orang rumah jika kau tidak pulang."





"Mianhae, aku mengerti," sebelum panggilan ditutup kini giliran handphone Jimin yang berbunyi. Membuat Jungkook hampir melayangkan pertanyaan untungnya Lea lebih duluan memotong pembicaraan, "Oppa sudah dulu aku ingin tidur, bye."




"Jimin angkat," suruh Lea membuat alis pria itu sedikit terangkat. Lea sudah merasa terlalu berisik dengan nada panggilan telepon yang menganggu mereka daritadi. Sebetulnya Jimin sendiri tidak masalah untuk mengangkat panggilan tersebut, yang jadi masalah hanya dia yang tidak enak dengan Lea. Terlebih panggilan tersebut adalah dari Chaerin.



"Kau serius ingin aku mengangkat panggilan ini?"



"Memangnya itu panggilan dari siapa?"





"Chaerin," mendengar itu Lea sempat terdiam.




"Tidak apa-apa angkat saja," mendengar persetujuan dari Lea, Jimin mulai mengangkat panggilan tersebut. Menempelkan handphonenya pada telinga, "Hallo Chaerin ada apa?"



"Jimin move please," pinta Lea hampir tidak terdengar tanpa suara. Dengan menurut, Jimin mulai menggerakan pinggulnya maju mundur. Sampai bunyi penyatuan tubuh mereka hampir terdengar dengan sangat jelas, jika pria itu bergerak dengan lebih cepat lagi.



"Jimin kau dimana? kenapa kau tidak pulang? kau bilang tadi jika kau ingin pulang?" tidak tanggung-tanggung Chaerin langsung memberikan tiga deretan pertanyaan. Membuat Lea yang mendengar hal tersebut entah kenapa ingin tertawa saja rasanya.





"Aku tidak bisa pulang," putus Jimin membuat Lea mengembangkan senyum kemenangan.




"Apa?!"





"Bisa kau telpon nanti pagi saja? aku sedang sibuk," tanpa perduli dengan protes Chaerin, Jimin terus bergerak membuat Lea benar-benar tidak tahan untuk tidak bersuara.



"Tapi kenapa? apa teman-teman mu melarang kau untung pulang?" tuduh Chaerin membuat Jimin merasa kesal. Pria itu tidak suka jika teman-temannya dijelek-jelekan, mengingat selama ini  jika Jimin mendapatkan masalah. Teman-temannya itulah yang selalu ada untuk membantunya.





"Jimin nghh," pusing mendengar ocehan tidak jelas dari Chaerin. Dengan sengaja Lea mendesah dengan sangat kuat sampai membuat Chaerin yang mendengar suara Lea dari seberang sana membulatkan matanya tidak percaya.


Chaerin memang tidak mengenali suara Lea, ditambah suara yang didengarnya tadi hanya suara desahan. Membuat wanita itu mulai menuduh Jimin tidur dengan wanita lain.






"Jimin apa yang kau lakukan?!"





"Kau dengar 'kan jika kami sedang sibuk, jadi bisa kau diam sekarang?" Jimin sudah mulai masa bodoh jika Chaerin tau apa yang sedang dia lakukan sekarang. Mematikan panggilan secara sepihak, menonaktifkan handphonenya. Lalu membuang benda pipih itu ke sembarangan arah.





"Kau marah aku berisik?" tanya Lea dan langsung dibalas Jimin dengan gelengan kepala.





Melihat itu Lea segera melingkarkan tangannya pada leher Jimin. Membuat keduanya memilih untuk melanjutkan kegiatan mereka saat ini. Tanpa tau jika diseberang sana Chaerin sudah mengamuk dengan menghempaskan beberapa barang.

𝐀𝐧𝐬𝐰𝐞𝐫 𝐌𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang