11

169 31 2
                                    

Beberapa kali Jimin harus menjawab panggilan masuk, decakan bibir pria itu begitu terlihat seperti sedang marah akan satu hal. Membuat Lea tidak berani untuk menegur Jimin sampai beberapa saat. Namun dari yang Lea dengar Jimin sedang berbicara dengan seorang pria yang sepertinya adalah asisten suaminya.




Sampai pada panggilan itu dimatikan, barulah Lea berani untuk bertanya, "Jimin, apa ada sesuatu yang buruk terjadi?"





Anggukan pelan Jimin berikan, terlihat bagaimana pria itu sedikit menarik nafas frustasi menandakan jika ada masalah yang berat sedang terjadi. "Saham perusahan mengalami penurunan drastis."


"Kalau begitu kita pulang saja, kita juga sudah lama berada disini," ajak Lea tidak masalah jika mereka harus pulang, lagipula dia juga sudah sangat merindukan kampung halamannya. Selain itu Lea juga khawatir dengan pekerjaan Jimin, karena untuk sampai dititik saat ini Jimin sudah banyak mengorbankan banyak hal.


"Tidak masalah, asisten ku bilang dia masih bisa mengatasi masalah ini," ucap Jimin menyakinkan Lea.



"Kau serius?"



"Kau tidak suka?" tanya Jimin mendadak dengan raut wajah tidak suka.



"Bukannya tidak suka, tapi aku sudah bosan berada disini," jelas Lea tidak mau Jimin salah paham. "Apalagi semejak kejadian kemarin saat kita kecopetan, hal tersebut membuat aku merasa tidak enak untuk jalan-jalan."



"Jika kau mau kita bisa pergi berlibur ke negara lain," jawab Jimin santai membuat Lea menggelengkan kepalanya tidak setuju.



"Bukan begitu maksudku . . . aku hanya ingin pulang, aku sudah rindu negara kita," jujur, meskipun jalan-jalan dan liburan menyenangkan. Namun terkadang hal tersebut membuat Lea kelelahan, karena setidaknya Lea butuh satu hari atau lebih untuk berada di dalam rumah. Dia bahkan juga sudah merindukan makanan Korea.




"Hanya kali ini saja Lea, kau sendiri tau jika kita jarang memiliki waktu berdua seperti ini," ucap Jimin membuat Lea tidak mampu untuk mengatakan apa-apa lagi. Sepertinya ini juga bukan saat yang tempat untuk membantah Jimin. Mungkin apa yang dikatakan oleh Jimin ada benarnya, apalagi kesempatan seperti ini jarang untuk terjadi.



"Ada beberapa list negara bagus, kau bisa pilih malam ini aku akan memesan tiket."



"Aku lelah jika harus terus berpergian, jadi kita tetap disini saja," tolak Lea, jangankan untuk berpindah negara. Untuk sekekar berpindah hotel saja Lea bahkan terkadang merasa kelelahan hanya karena harus mempacking barang-barangnya.


Mendengar tidak ada sanggahan lagi dari Lea, Jimin terlihat menarik nafas lega. Wajahnya jauh lebih terlihat santai daritadi, "Kau ingin pergi keluar?"



"Tidak tau, sebetulnya aku sedang malas ingin keluar tapi disatu sisi aku ingin," sejenak Lea berpikir, "Sepertinya aku ingin memakan ratatouille."



"Ratatouille?" ulang Jimin yang merasa tidak asing dengan makanan yang Lea sebutkan itu.



"Kau ingat tidak kartun yang pernah kita tonton dulu tentang tikus yang bisa memasak, aku ingin memakan itu," jelas Lea panjang lebar.



"Kau ingin memakan tikus?"



"Bukan! kau serius tidak mengingatnya?"


"Oh, aku ingat kartun tentang tikus yang memasak terong di iris kecil-kecil itu bukan," meskipun penjelasan Jimin masih tidak terlalu rinci namun Lea menganggukan kepalanya saja biar cepat. Setelah itu keduanya mulai bersiap-siap untuk mencari restoran yang menyediakan makanan yang ingin Lea makan.


𝐀𝐧𝐬𝐰𝐞𝐫 𝐌𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang