22

204 49 22
                                    

Sekitar tiga jam pergi, akhirnya Jimin pulang dengan membawa satu kantong plastik yang berisikan makanan untuk makan siang. Lea terlihat begitu sibuk menonton film dan langsung tersenyum dengan riang saat Jimin datang.




Bungkusan makanan itu Jimin buka di atas meja ruang tamu apartemen. Uap dari makanan yang terjebak dalam tutup plastik bungkusannya langsung menghembus keluar, bau tersebut langsung tercium memenuhi luang lingkup mereka.




"Hoek—," Lea buru-buru menutup mulutnya tidak tahan saat bau harum makanan tersebut sampai ke hidungnya.



"Lea kau baik-baik saja?" tanya Jimin khawatir sambil memegang pelan punggung wanitanya.



"Tidak mau," ucap Lea dengan masih memegang hidungnya, "Aku tidak mau memakan chiken katsu, baunya amis sekali," lirih Lea tidak mau.






"Amis darimananya, ini bahkan bukan ikan," tanya Jimin heran.





"Pokoknya tidak mau!"




Dengan sabar Jimin mengalah dengan membuka bungkusan makanan yang lain, yang berisi soup dan nasi putih. Soup dan nasi sangat terlihat sangat normal seperti nasi dan soup pada umumnya. Bahkan tidak ada campuran ikan sama sekali di dalamnya. Namun lagi Lea semakin terasa mual membuat Jimin menghembuskan nafas pasrah.



"Kita tidak bisa pergi ke dokter jika kau tidak makan," sahut Jimin membuat Lea semakin cemberut.



"Tapi aku tidak mau makan-makanan itu."




Mendengar hal itu Jimin dengan cepat memutar otaknya. Persediaan makanan di apartemen tidak ada, Jimin sendiri juga tidak bisa memasak. "Ayolah Lea kau harus makan, atau kau mau kita makan di restoran di dekat apartemen?"



"Aku mau makan daging panggang," jawab Lea berharap dirinya akan dibolehkan.



"Setahuku ibu hamil tidak terlalu disarankan untuk memakan daging panggang," ucap Jimin yang sedikit demi sedikit mengetahui larangan apa saja yang tidak boleh dilakukan oleh ibu hamil. Tidak banyak, dan semua itu dia ketahui saat Chaerin hamil dulu.




"Tapi aku belum tentu hamil," ucap Lea mendadak jadi sensi sendiri dilarang banyak hal.



"Kalau kau tidak hamil, coba sekarang kau habiskan makanan mu," ucap Jimin kemudian berjalan untuk mengambil air ke dapur. Lea memang tidak suka dengan makanannya, membuat wanita itu hanya menatap malas ke arah makanan-makanan di atas meja itu.




Membiarkan Jimin balik melihat jika makanan-makanan itu sama sekali tidak disentuh. "Baiklah, kita akan makan di restoran barberque," pasrah Jimin tidak mau memeprburuk keadaan. Melihat Jimin yang menurutinya Lea kemudian tersenyum dengan senang.



***


Coba bayangkan semarah apa Lea saat ini saat Jimin ternyata menipunya. Lea kira Jimin benar-benar akan membawanya ke restoran barberque. Tapi ternyata dugaannya salah, pria itu malah membawanya ke restoran lain yang menjual makanan-makanan biasa. Yang perlu di garis bawahi tidak ada daging panggang dan hanya steak dan itupun harus di masak sampai well done.


Tadi saat masih di restoran Lea bahkan sudah beberapa kali mengeluh. Mengingat daging yang dimasak well done jelas tidak seenak daging yang dimasak dengan tingkat kematangan medium rare.



Dokter paruh baya itu tersenyum kepada Jimin dan Lea secara bergantian. Namun Lea hanya bisa merasa meringis karena darahnya sehabis di ambil. "Selamat istri anda sedang mengandung dan usia kandungannya sudah berusia satu bulan, di hitung dari masa haid pertama."


Jelas hal tersebut tidak bisa menahan senyuman bahagia dari Jimin. Pria itu benar-benar tampak bahagia sambil menggenggam tangan Lea dengan sangat kuat.

"Tapi ada beberapa hal yang perlu kalian berdua ketahui," sejenak dokter tersebut menarik nafas dengan dalam, membuat kondisi ruangan jadi tampak hening.

"Dari hasil pemeriksaan, Lea di diaknosis menderita hiperkoagulasi atau darah kental," Jimin tidak tau sebahaya apa penyakit tersebut, tapi saat ini jantungnya berdebar dengan sangat cepat.


"Apa itu sangat berbahaya?" tanya pria itu dengan raut wajah yang terlihat tegang.


"Dalam istilah medis darah kental berarti sel darah yang memiliki kecenderungan untuk membeku dan menggumpal yang dapat menyebabkan sumbatan dalam pembuluh darah."



"Ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi, seperti keguguran dan kematian janin di atas 14 minggu. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin, kelahiran prematur, dan tentunya ini bisa membahayakan nyawa jika tidak ditangani dengan cepat terutama saat melahirkan," kemudian dokter tersebut tersenyum ke arah Lea, membuat Lea sendiri bukannya merasa lebih tenang malah merasa semakin ketakutan.


"Oleh karena itu Lea harus diberikan obat pengencer darah dalam berupa suntikan," jelas sang dokter tersebut.


"Berapa kali suntikan itu diberikan?" tanya Lea yang penasaran, karena saat pengambilan darah tadi saja Lea sudah merasa kesakitan. Jadi dirinya merasa lebih was-was lagi dengan segala sesuatu yang menyakut jarum tersebut.

"Sembilan bulan secara teratur tanpa berhenti," mendengar itu seketika Lea merasakan kakinya melemas.


"Untungnya penyakit pengentalan darah ini sudah terdekteksi sejak awal, jadi kita bisa mengantisipasi keguguran," ucap sang dokter tersebut memberikan semangat.

Lea tidak pernah menyangka jika mengandung akan seberat ini. Dirinya benar-benar terlihat sangat pucat dan lemas sekarang. Untungnya Jimin yang berada di sebelahnya memegang pundaknya untuk menenangkan dirinya.



***

bagusnya sampai dua season atau satu season aja ini cerita?

jan lupa komen xixi

𝐀𝐧𝐬𝐰𝐞𝐫 𝐌𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang