19

213 50 13
                                    

Rasanya begitu rilex saat bagian-bagian tubuhmu dipijit dan diiberikan minyak harum, yang membuat indra penciuman semakin engga untuk bangun. Sendi-sendi tulang digerakan sampai membuat orang yang diberi pelayanan spa itu hampir tertidur lelap sebelum seseorang mengajaknya bicara.




"Satu minggu lagi Jimin akan menikah," beritahu orang itu membuat Lea membukakan matanya.




Wajahnya sudah lebih duluan mendapatkan perawatan, membuat Lea sedikit susah membuka matanya karena wajahnya seperti terasa ditarik. "Bisa kau siapkan aku baju, aku ingin bertemu dengan Jimin malam ini."




Asisten pribadi Lea yang bernama Anne menatap Lea tidak percaya. Setelah sekian lama Lea ingin bertemu dengan Jimin lagi? namun bagaimana caranya, bukannya itu sulit karena Jimin sekarang selalu berada di dekat Chaerin.




"Tapi Jimin selalu berada di dekat Chaerin," ingati Anne membuat Lea malah tersenyum.





"Justru itu bagus, biar aku cium saja Jimin di depan Chaerin langsung," jawab Lea terdengar sudah seperti pelakor tingkat kakap.



"Kau terlihat seperti wanita selingkuhan," cibir Anne tidak menyangka jika selama menghilang kurang lebih satu tahun lebih, Lea menjadi seperti begini. 




"Apa benar begitu?" tanya terdengar polos, tapi entah kenapa Lea sedikit bangga dipanggil demikian, "Aku hanya ingin menunjukan kepada Chaerin bagaimana cara menjadi wanita selingkuhan yang seutuhnya."



"Lakukan sesuatu Anne aku ingin bertemu dengan Jimin," suruh Lea membuat Anne menghembuskan nafas pasrah.



"Kau ini," geram Anne sudah pusing sendiri, Anne bahkan tidak tau harus melakukan apa agar Lea bisa bertemu dengan Jimin. Mereka tidak memiliki koneksi apapun dengan Jimin maupun orang-orang pria itu. Jadi mustahil rasanya untuk mengatur sehuah pertemuan agar Lea bisa bertemu dengan mantan suaminya itu.


***


Gelas-gelas berisi minuman berakohol dan cerita Jin yang sebetulnya sedikit menambah emosi Jimin. Pria itu hanya ingin berada di tempat tenang, namun Jin dan Hoseok malah membawanya ke tempat yang seperti ini. Sangat jauh dari sebuah kata ketenangan. Entah mengapa rasanya Jimin merasa seperti terkena investasi bodong, karena ajakan untuk pergi makan-makan di restoran malah berakhir di tempat penuh dosa seperti ini.





"Hyung aku duluan pulang," ucap Jimin yang sudah menyerah duluan.



"Ayolah Jimin, kau sebentar lagi akan menikah kenapa hanya sebentar saja?" protes Jin yang masih belum puas berkumpul dengan teman-temannya ini.



Mendengar kata pernikahan disebutkan, entah kenapa itu semakin membuat Jimin kesal sendiri. Dimana Jimin ditepatkan pada sebuah posisi yang membuatnya tidak bisa berkutik sama sekali.



"Aku khawatir anakku menangis hyung, maaf aku duluan pulang," Jimin tidak berbohong soal anaknya, karena malam-malam menjelang ingin tidur anaknya memang sering menangis terutama jika tidak ada Jimin di rumah.



Kondisi club yang mereka datangi tidak terlalu padat dengan orang yang berjoget-joget. Kumpulan orang-orang seperti itu hanya berjoget di depan panggung. Selebihnya hanya ada beberapa meja-meja yang lumayan padat yang harus Jimin lewati untuk sampai pada pintu keluar.





𝐀𝐧𝐬𝐰𝐞𝐫 𝐌𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang