Namanya Park Sunghoon, usianya 27 tahun.
Dia tampan, wajahnya meneriakkan royalti layaknya pangeran-pangeran di negeri dongeng. Secara keseluruhan dia sempurna, tubuhnya juga tinggi.
Selain paras layaknya dewa Yunani, Park Sunghoon juga bukan orang sembarangan.
Terlahir di keluarga pebisnis membuat Sunghoon ikut terjun ke bidang tersebut. Saat ini telah menjabat sebagai pemimpin perusahaan menggantikan sang ayah, belum lagi ia juga memiliki darah biru dari ibunya yang berasal dari klan Yangban, keturunan dari Heung Gwang, pangeran ke-3 dinasti Silla.
Kemudian, apa yang kurang dari sosok Park Sunghoon ini?
Betul, tidak ada.
Satu pun tidak ada. Dia sempurna, tetapi mungkin untuk beberapa streotipe yang bukan penganut asas yang jarang bicara, diam, dingin itu idaman, Park Sunghoon asli mempunyai tabiat yang mengesalkan.
Setiap langkah kakinya cenderung meneriakkan keangkuhan berikut dengan wajah tanpa ekspresi serta dagu yang tak pernah turun, belum lagi pandangan yang menusuk tak pernah absen ketika netra setajam elang itu menatap sekitarnya.
Dia menakutkan, Park Sunghoon bernahaya.
Namun siapa sangkaㅡ
"Ah, Sunghoon-ssi. Selamat siang, ice americano seperti biasa?"
ㅡsaat ini si pria sempurna tengah megalami konflik batin.
Apalagi ketika netra setajam elang itu bersitatap dengan manik kembar sewarna amber yang menatapnya hangat.
"Ya, Sunoo-ssi. Seperti biasa, terimakasih."
Pemilik netra bertahta amber tersenyum tipis, matanya menyipit menambah kesan betapa hangatnya sosok di hadapan Sunghoon itu sementara birainya hanya membalas perkataan Sunghoon dengan kata, "sama-sama."
Lantas Sunghoon melangkahkan tungkainya menuju salah satu meja yang berbatasan dengan kaca berukuran besar, spot yang menurutnya sangat pas untuk memperhatikan si pemilik amber memukau.
Bagaimana netra layaknya rubah itu begitu serius saat meracik kopi atau bahkan bagaimana ketika surai pendek sewarna tanahnya ikut bergoyang mengikuti langkahnya dengan birai yang senantiasa menampilkan senyum menawan.
Diusianya, Sunghoon sudah seharusnya menikah.
Namun, tak satu pun orang yang menarik minatnya.
Tetapi, itu semua sebelum ia bertemu dengan si pemilik netra bertahtakan amber itu. Park Sunghoon dibuat tertarik, eksistensinya membuat Sunghoon terjerat, sukses mencuri atensi dari pemilik tahta kerajaan bisnis Park ini.
Namun, satu yang membuat Park Sunghoon sukses ingin membenturkan kepalanya pada tembok terdekatㅡ
"Ah Sunoo hyung! Meja delapan memesan coffe latte, apa kau telah selesai membuat pesanan sebelumnya?!"
ㅡKim Sunoo itu lelaki, yang sialnya memiliki paras secantik aphrodith dengan tingkah atraktif, begitu menggemaskan di mata Sunghoon.
Teriakan dari salah seorang pekerja di cafe itu sontak kembali menyadarkan Sunghoon bahwasanya, rasa yang ia miliki untuk Sunoo melanggar norma yang ada.
"Hah, yang benar saja," desis Sunghoon diliputi amarah.
Apa sekarang ia mendapatkan karma menjadi homoseksual karena selalu seenak jidatnya menolak pernyataan cinta orang-orang dengan kasar?
______________
Sunoo memijat keningnya pening, ia mendelik pada Ni-ki yang hanya memberinya cengiran lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trap [SunSun]
FanfictionTentang Sunghoon yang sedang mengalami krisis identitas kala bertemu pandang dengan si atraktif bernetra amber. Warn(!) +Au +Genderswitch +Fanon