Park Namjoon kini paham benar mengapa anak bungsunya bisa terperangkap.
Sosok Kim Sunoo yang saat ini duduk dengan canggung dihadapannya memang terlihat sangat atraktif. Pun, Namjoon juga berpikir bahwa visual lelaki yang menarik perhatian Sunghoon ini sangat patut diberi pujian.
Tampan, ada gurat maskulin namun condong ke arah feminim, tubuhnya tinggi dengan bahu yang sedikit lebar; androgini vibe sosok Kim Sunoo benar-benar tak bisa ditampik, surainya juga sewarna tanah yang dipotong pendek.
Namjoon yakin jika Sunoo memanjangkan rambut, tak akan ada yang menyangka bahwa dirinya adalah seorang pria.
Kira-kira itu penilaian Namjoon pada Sunoo.
Ayah dari Sunghoon ini hanya tidak mengetahui saja bahwa Kim Sunoo seorang perempuan.
Kesalah pahaman yang sangat bodoh, jujur saja.
Bahkan Wonyoung yang baru tahu kenyataan bahwa Sunoo itu seorang wanita cukup kuat mengumpati dirinya sendiri dengan kata bodoh dan tidak peka.
"Sekretaris Jang, kau bisa meninggalkan ruangan ini," titah Namjoon kepada Wonyoung masih setia berdiri di belakang Sunoo.
Yang disebut namanya terdiam, ia menggigit bibirnya ragu dan melirik sejenak pada Jay yang duduk di sofa tunggal tak jauh dari Sunoo.
Jay hanya mengangguk, tak ingin memperpanjang masalah dengan membuat Wonyoung menentang perintah Namjoon. Setidaknya untuk mengulur waktu hingga Sunghoon dan Jaeyun menemui mereka, Jay sudah lebih dari cukup untuk menjaga Sunoo.
"Baik, saya permisi, pimpinan Park," pamit Wonyoung, tak lupa memberi Sunoo senyum manis yang dibalas senyum juga oleh Sunoo.
Dan saat Wonyoung tak lagi terlihat eksistensinya dalam ruangan yang Sunoo ketahui adalah ruang kerja milik Sunghoon; mengingat Sunoo melihat papan nama yang terbuat dari akrilik bening dan bertinta emas yang beraksara Park Sunghoon dengan keterangan CEO, Sunoo bisa menyimpulkan bahwa ruangan bernuansa elegan dengan warna hitam dan golden brown yang dominan ini adalah ruangan milik Sunghoon, Sunoo melirik pada Jay dengan pandangan penuh tanya.
Pun, Jay yang dilirik seperti itu hanya bisa menghela nafas, dengan berani ia buka suara untuk memulai perbincangan dengan Namjoon.
"Selamat siang Pimpinan Park, lama tak berjumpa. Bagaiamana kabar anda?" sapa Jay, cukup formal dengan air wajah yang tenang. Jay tak ingin Namjoon membaca apapun darinya, terutama emosinya.
Namjoon itu pebisnis, karena Jay juga diberi pendidikan khusus pewaris, putra tunggal dari pemilik Aircraft company ini sangat paham lengah sedikit saja ia akan terlahap habis oleh sosok hebat seperti Namjoon.
Alis Namjoon menukik tajam, namun ia tetap membalas sapaan Jay dengan hangat, "cukup baik, Jongseong. Kenapa formal sekali? Biasanya kau biasa memanggilku paman bukan? Sapalah dengan santai."
Obsidian Namjoon berkilat penuh tarik dan dalam hati membenarkan bahwa baik putra bungsunya dan sahabat putra bungsunya ini bukan lagi bocah ingusan. Namjoon tak buta untuk menyimpulkan bahwa Jay menyembunyikan emosinya dengan baik dihadapannya.
Sikap penuh waspada Jay benar-benar menghiburnya.
Jay hanya tersenyum tipis, "tentu paman, cukup sulit menyapamu dengan santai untuk saat ini," ujarnya.
Sunoo melongo, ia mengerjabkan matanya dan berpikir bahwa Jay benar-benar tak memiliki takut sama sekali terhadap sosok ayah dari Sunghoon yang kini berganti menatap mereka dengan tajam.
Barusan, Sunoo paham bahwa setiap perkataan yang di keluarkan Jay memiliki makna tersendiri dan Sunoo juga paham Namjoon pasti menangkap apa maksud dan tujuan Jay kemari dari perkataannya barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trap [SunSun]
FanfictionTentang Sunghoon yang sedang mengalami krisis identitas kala bertemu pandang dengan si atraktif bernetra amber. Warn(!) +Au +Genderswitch +Fanon