"Katakan saja padanya bahwa Jay Park ingin bertemu," ucap Jay kalem, matanya hanya menatap wanita yang menjadi sekretaris Sunghoon itu datar.
Jang Wonyoung tak bisa menolak, ia mengenal Jay Park namun tak akrab dengannya.
Mereka satu sekolah, pria yang saat ini meminta untuk bertemu Sunghoon juga salah seorang sahabat akrab Sunghoon yang Wonyoung ketahui telah berteman dengan Sunghoon jauh sebelum Wonyoung mengenal Sunghoon, namun tetap saja mereka tak akrab.
Sunghoon memiliki circlenya sendiri.
Jemari lentik wanita berusia 27 tahun itu meraih gagang telepon dan menyambungkannya pada Sunghoon yang saat ini berada di ruangannya.
Entahlah, mood bosnya itu sedang baik. Buktinya Park Sunghoon tidak lagi mengerang frustasi sembari menjambak surai silvernya, artinya memang masalahnya telah selesai bukan?
Saat Sunghoon mengangkat teleponnya Wonyoung tanpa basa-basi mengatakan bahwa ada yang ingin bertemu Sunghoon berikut menyebut nama Jay dan bosnya itu langsung menyetujuinya, memerintahkan Wonyoung agar membiarkan tamunya masuk ke ruangannya.
"Sajang-nim sedang ada di ruangan, anda bisa langsung masuk," tutur Wonyoung sembari membungkuk sopan.
Jay mengangguk, tanpa mengatakan apapun pria yang berprofesi sebagai pilot ini langsung berjalan memasuki ruangan milik Sunghoon yang di dominasi warna hitam dengan sentuhan gold.
Sangat elegan, beberapa furnitur juga ada yang berwarna marun dan cokelat gelap.
Khas Sunghoon, pikir Jay. Ruangan yang tak membuat mata perih.
"Jay, bagaimana kabarmu?" Sunghoon menyambutnya dan menggiring Jay untuk duduk di sofa yang memang tersedia di sana.
Jay hanya terkekeh jemarinya terangkat memberi gestur agar mereka bersalaman dan saling menepuk punggung, sapaan khas sejak mereka sekolah menengah atas.
"Baik, kau sendiri?" tanya Jay balik. Ketika jabatan tangannya dengan Sunghoon terlepas, ia mendudukkan dirinya di salah satu sofa panjang sementara Sunghoon memilih duduk di sofa tunggal yang sangat dekat dengan tempat Jay duduk.
Sunghoon hanya tersenyum tipis, ia pun menjawab, "cukup baik, walau sangat stress beberapa hari belakangan."
Netra setajam elang milik Jay bersinar penuh humor sementara alisnya yang memang telah menukik kini kian menukik, main-main Jay bertanya, "apa yang bisa membuat Park Sunghoon stress? Maksudku, kau saat stress juga tak akan kau katakan dengan jelas seperti ini."
"Ada sedikit masalah dengan diriku," tandas Sunghoon, ia menggaruk dahinya dengan jari telunjuk sementara tangan kirinya terlipat di tangan.
Pria yang lebih tua beberapa bulan dari Sunghoon itu terkekeh geli, "bukannya kau ini memang selalu bermasalah?" tanyanya.
"Jay, kau ingin ku pukul?"
"Dan kau pikir aku takut pada ancamanmu?"
Pun, tawa keduanya lantas meledak. Merasa konyol dengan perdebatan singkat yang terjadi di antara mereka.
"Serius, kau bisa stress juga ternyata," kata Jay, sorot matanya berubah serius meskipun dalam hati sepertinya Jay sangat tahu apa yang membuat Sunghoon resah.
Tidak, ini hanya prasangka.
Jika memang benar alasan, ia menerka Park Sunghoon mengalami krisis identitas.
Ya lagi pula siapa yang akan menyangka Sunoo itu wanita dengan tubuh tinggi mencapai 177 cm, bahu yang sedikit lebar, rambut yang terpotong pendek, belum lagi wajahnya androgini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trap [SunSun]
FanfictionTentang Sunghoon yang sedang mengalami krisis identitas kala bertemu pandang dengan si atraktif bernetra amber. Warn(!) +Au +Genderswitch +Fanon