Tawa nyaring Sunoo terdengar pada rungu Sunghoon. Pun, pria dengan tinggi menembus 180 cm itu hanya bisa menatap Sunoo geli sembari tersenyum.
Menurut Sunghoon, tawa Sunoo itu menular.
Buktinya Sunghoon yang saat ini moodnya sangat jelek dibuat tersenyum hanya karena tawa Sunoo.
"Hidupmu masalahnya sangat berat, Sunghoon-ssi. Setiap kali aku menemuimu pasti kau tengah merengut entah marah karena apa dan pada siapa," ujar Sunoo.
Saat ini mereka berada di kediaman Sunoo.
Terhitung telah nyaris seminggu rapat memuakkan yang ujung-ujungnya hanya membahas sexsualitas Sunghoon terjadi, semuanya full akan kontra dan sebagian tidak peduli.
Toh Sunghoon sangat profesional, namun menurut para tetua dan pemegang saham yang berada pada sisi kontra, sexsualitas Sunghoon yang melenceng bisa menyebabkan citra perusahaan mereka hancur.
Mereka semua kompak menyembunyikan hal ini dari media hingga tak terendus kabar apapun tentang Sunghoon, pun karenanya mereka juga semakin gencar mengenalkan putri-putri mereka pada Sunghoon untuk dijadikan istri.
Ini yang membuat Sunghoon stress.
Sudah dilanda berkas-berkas memuakkan yang anehnya tak kunjung habis juga Sunghoon kerjakan, kini ditambah dengan wanita-wanita menyebalkan yang mengejarnya entah karena memang ingin dan diperintah oleh ayah mereka.
"Haha," Sunghoon tertawa canggung merespon perkataan Sunoo dan beralih, "kemana Jungwon dan Riki?" tanyanya.
"Jungwon sedang pergi bersama kekasihnya dan Riki ke game center," jawab Sunoo, ia berjalan pelan menghampiri Sunghoon yang duduk di meja makan dan meletakkan sepiring pasta sementara ia mengambil duduk tepat dihadapan Sunghoon.
"Maaf jarang mengajakmu jalan-jalan," Sunghoon berkata sembari meringis. Toh karena disibukkan dengan ini itu ia jadi tak pernah ada waktu untuk sekedar mengajak Sunoo untuk kencan.
Berbeda dengan Jay yang belum sepenuhnya mengambil alih perusahaan milik ayahnya mengingat Sunghoon sangat tahu bahwa Jay memiliki jiwa survive yang tinggi, Sunghoon hafal benar bahwa Jay lebih memilih mencari banyak pengalaman terlebih dahulu sebelum mengambil tanggung jawab tersebut sedangkan Sunghoon telah diberikan tanggung jawab lebih awal hanya karena keegoisan ayahnya.
Pantas saja Sunghoon sangat sering dibuat kesal.
Sunoo menggeleng pelan, ia meraih garpu yang ia letakkan tepat disebelah piring berisi pasta dan menyuapkan pasta pada Sunghoon, "bukan masalah, aku cukup mengerti kau sedang sibuk. Sepertinya ada masalah hingga ke cafe pun kau jarang berkunjung."
Dalam hati Sunghoon lagi-lagi meringis. Sunoo tak tahu saja masalahnya itu karena ia menyukai Sunoo dan dicap memiliki sexsualitas yang melenceng karenanya.
Setelah selesau mengunyah pasta yang disuapkan Sunoo, Sunghoon membalas, "ya, cukup menyita waktuku. Terima kasih karena telah mengerti."
Senyum Sunoo merekah manis, iris sewarna madunya menatap Sunghoon dengan intens sementara dagunya tertumpu oleh tangan kiri, "sama-sama, apa pastanya enak?" tanya Sunoo lagi.
Tangan wanita berusia 25 tahun bermarga Kim ini kembali menyuapkan pasta ke mulut Sunghoon.
"Enak," Sunghoon menjawabnya sebelum menerima suapan Sunoo.
"Aku sangat senang jika ada yang memuji masakanku walau aku tidak sepandai Jungwon," ujar Sunoo, ia melepas garpu dan meletakkannya di piring.
"Masakanmu enak, sungguh," puji Sunghoon namun tiba-tiba ia dibuat terpaku kala jemari Sunoo kini beralih menyusuri garis rahangnya, bahkan netra bertahtakan amber memukau itu begitu intens memperhatikan rahangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trap [SunSun]
FanfictionTentang Sunghoon yang sedang mengalami krisis identitas kala bertemu pandang dengan si atraktif bernetra amber. Warn(!) +Au +Genderswitch +Fanon