Detik berganti menit, menit berganti jam, bahkan hari pun berlalu begitu saja.
Seminggu setelah kejadian di koridor itu, Sunoo kini sedang duduk di pinggiran sungai Han ditemani minuman kaleng dan beberapa cemilan yang ia beli di mini market.
Waktu telah menunjukkan pukul 12 malam, namun kota Seoul tidaklah sunyi. Masih ada saja yang berlalu kalang walau hari kini baru saja terganti.
Menurut Sunoo, cara menenangkan diri yang baik adalah duduk di pinggir sungai seperti saat ini dan melempar kerikil-kerikul kecil yang berada tak jauh darinya.
Hatinya gundah bukan main, memikirkan ucapan Jay tentang betapa kasihannya Park Sunghoon yang ia tinggal begitu saja membuatnya tak tenang.
Pun Sunghoon juga tak kunjung memunculkan diri di cafe. Entah pria itu sibuk atau menghindarinya.
Sunoo tak tahu, sungguh.
Padahal sebenarnya Sunoo tak tahu saja Sunghoon justru pusing karena mengira Sunoo adalah pria.
Sungguh kisah cinta yang tragis.
Kesalah pahaman mereka jika ada satu pihak yang mengetahuinya, maka ini akan menjadi puncak komedi yang spektakuler.
"Sunoo-ssi?"
Panjang umur, yang baru saja diperdebatkan batin Sunoo kini justru muncul tepat dihadapannya, menatapnya dengan ekspresi datar walau ada gurat terkejut pada wajah berpahatan bak dewa itu.
"Selamat malam Sunghoon-ssi," sapa Sunoo, sebisa mungkin tak terlihat gugup dihadapan Sunghoon.
Sunghoon mengangguk, dengan canggung mengambil tempat tepat di sebelah Sunoo.
Setelahnya hening menyapa mereka, keduanya sama-sama canggung. Walau sebenarnya kedua orang ini berusaha keras memecah keheningan canggung yang terjadi di antara mereka, namun lidah mereka seolah kelu.
Perkataan yang akan mereka katakan tertahan di ujung tenggorokan.
Hingga Sunghoon yang sedari awal memang memiliki niat untuk berbicara pada Sunoo berdeham sebentar. Sebenarnya Sunghoon tak menyangka akan bertemu Sunoo di tempat ini.
Bertemu Sunoo di sini seolah memberi Sunghoon petunjuk agar cepat menyelesaikan semuanya; memastikan yang harus dipastikan dan mengakhiri yang harus diakhiri.
"Sedang apa?" tanya Sunghoon pelan, manik kelamnya menatap lurus pada Sungai Han.
Sunoo terkekeh, Sunghoon berusaha sebaik mungkin untuk tidak canggung dan Sunoo menghargai itu.
"Entahlah? Mungkin kau bisa menyebutnya menenangkan diri atau menghilangkan stress," jawab Sunoo.
"Apa yang membuatmu stress? Kau tahu, aku selalu merasa kau ini bola matahari," tutur Sunghoon, senyumnya merekah merasa bahwa omongannya barusan benar adanya.
"Penuh semangat maksudmu?" tanya Sunoo geli, ia tak menjawab pertanyaan Sunghoon. Merasa walau pria di sebelahnya ini tak menangkap apa yang membuatnya stress, cukup memalukan jika Sunoo mengatakan bahwa ia dibuat pening oleh Sunghoon.
Ia malu.
Sunghoon mengangguk membenarkan, "kau terang."
"Sunghoon-ssi kenapa pilihan katamu selalu aneh?" bisik Sunoo geli, toh bisikannya cukup terdengar oleh Sunghoon.
Dengan tawa yang ikut mengudara, Sunghoon hanya membalas, "aku juga tidak tahu. Kau tidak menyukainya?"
Sulung keluarga Kim itu menggeleng, "aku tidak membencinya," Sunoo memberi satu minuman kaleng yang masih tersegel pada Sunghoon dan balas bertanya, "Sunghoon-ssi sendiri? Tengah malam begini apa yang membuatmu keluar dari rumah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Trap [SunSun]
FanfictionTentang Sunghoon yang sedang mengalami krisis identitas kala bertemu pandang dengan si atraktif bernetra amber. Warn(!) +Au +Genderswitch +Fanon