Mohon dukungannya!
Selamat membaca ❣"Manusia yang tau diri, paham arti kebaikan walaupun tanpa sengaja di lakukan." -Sasa
Aku menatap jenggah ke arah Gentari, ini sudah satu minggu. IYA SATU MINGGU! Antagonis kurang kerjaan yang bernama Gentari membututi ku, hanya karena aku terkesan membelanya, ketika kejadian di Koridor sekolah waktu itu. Padahal jelas, aku hanya menjalankan tugas osis!
"Berhenti, apa kamu engga capek? Aku saja capek, kamu buntutin terus-menerus!" Aku betulan lelah, lelah dengan sifat Gentari, dan juga Alan. Manusia dua ini selalu merecoki hidup damai seorang Sasa, apa sebaiknya aku pindah sekolah bahkan kota, jika perlu? Tidak, terlalu lebay.
Gentari, menatap antusias ke arah ku, benar-benar antagonis sinting "Terima pemberian gua, gua bakal berhenti ganggu ketua!" Ucap Gentari ngotot.
"Kita ada kesalahpahaman disini."
"Engga ada, gua engga mau punya utang! Gara-gara lo bantuin, gua kemarin" Aku heran dengan gadis antagonis ini, kepercayaan dirinya terlalu tinggi bukan?
"Gentari, dengerin saya! Saya engga ada niat bantu kamu apalagi belain, jika Ardian melakukan itu di luar sekolah, saya akan mengabaikan. Yang aku lakuin kemarin murni tugas sebagai osis!" Maafkan aku, aku tidak berniat kasar, ini terpaksa agar Gentari pergi.
"Gua engga peduli, mau tugas atau engga. Ayolah, hanya ucapan terima kasih!"
Dasar! Gentari keras kepala, aku bukan sombong, tapi memang tidak butuh hadiah. Jika mau aku bisa membeli, ayah Bagas kaya 12 turunan tau!
"Oke, kirim saja ke kediaman Casablanca, sudahlah. Aku pergi, dan jangan ikutin!" Endingnya, aku menyerah lagi, ini kedua kalinya aku mengibarkan bendara putih. Yang pertama Alan waktu itu, Gentari si keras kepala dan Alan dengan es baloknya. Tolong jauh-jauh!
Akhirnya bebas, dari antagonis seperti Gentari, aku jadi tau menjadi Adrian yang risih dengan seorang Gentari, maksudku, gadis gila itu tidak banyak bicara hanya mengikuti kemana pun targetnya pergi, seperti stalker dadakan. Siapapun yang mendapat perlakuan ini pasti terganggu!
Morgan terlihat berdiri di depan kelas ku, satu tangannya di masukan ke kantung celana abu-abu miliknya, sedangkan tangan yang bebas, memainkan ponsel dengan santai. Apa dia tidak merasa risih dengan para murid yang terlalu jelas memandangnya? (Berapa kali aku menyebutkan kata risih hari ini?) Abaikan, bukan urusan ku.
"Sasa," Suara bariton milik Morgan terdengar, telinga aku yang budek atau memang iya seorang Morgan memanggil? Pasti salah, untuk apa memanggilku, kita berdua tidak ada urusan apa-apa!
"Sasa geometri, bisa berbicara sebentar?" Ternyata kupingku masih normal, syukurlah. Aku mengangguk ragu, dengan enggan menyetujui permintaan Morgan. Ingat dia antagonis, aku masih sayang nyawa!
"Kenapa Morgan?" Tanyaku pada intinya, aku tidak ingin terlalu terlibat pada tokoh penting. Harus sesuai pada rencana awal!
Morgan mengeluarkan tiket bioskop, menjulurkan padaku "Untuk ucapan terima kasih, jangan nolak. Ini gua maksa soalnya! Jam 7, gua jemput dan jangan coba-coba kabur!"
Kebiasaan tokoh fiksi, pergi tampa pamit datang tanpa permisi. Tidak sopan, apa orang tua mereka tidak pernah menegur tentang tata krama sebagai manusia?
Tiket bioskop dengan film bergenre horor, aku menatap tiket itu dari tadi dengan perasaan gusar, bukan gugup karena jalan dengan tokoh sesempurna Morgan! Tapi lebih ke... Aku takut dengan horor! Apa Morgan ada dendam pribadi? Pasti ada, jika tidak mana mungkin memilih gendre horor.
MORGAN AKU TIDAK AKAN MENERIMA MAAF KAMU, TITIK!
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran tak penting! [End]
FantasiaMengalami perpindahan jiwa hanya karena terbentur tembok. Konyol! Ya, kekonyolan yang terjadi pada ku. Awalnya aku hanya menganggap ini mimpi, tapi ketika seorang pemuda bernama Bagas mengaku-ngaku bahwa dia adalah ayahku. Oke, tolong yakinkan aku...