Hallo, semoga suka sama part ini. Jangan lupa dukungannya.
Tambahin ke perpustakaan + follow biar engga ketinggalan tiap cici update.
Selamat membaca!
"Rumah bukan hanya sebuah bangunan, tapi tempat mental pertama di bentuk" -Sasa
Sudah dua minggu, sejak aku terbangun dari koma. Kondisi badanku sudah stabil, tenggorokan sudah tidak sakit, bahkan aku telah kembali berjalan normal. Tentu saja harus melewati kemoterapi untuk melatih otot kaki, entahlah pertama kali melakukan kemoterapi, aku seperti lupa cara berjalan. Bukan lupa betulan, hanya, aku tau cara berjalan tapi kaki payah ini tidak bisa melakukannya. Tidak paham? Seterah!
Di samping itu aku semakin heran, akan pasangan Bagas, ibuku. Dia sama sekali tidak pernah memunculkan batang hidungnya, bahkan menanyakan kabar putrinya pun tidak! Hah.. Sepertinya ibuku itu sangat membenci putrinya sendiri.
Yang aku tau, Sasa adalah gadis baik dengan nilai cukup sempurna, bahkan dari cerita Merry. Pelayan, gadis ini sosok ramah dan tegas bahkan ada sisi lucunya. Lalu apa orang yang bertitle ibu itu benar membencinya! Ah, lupakan. Jika memang benar, abaikan.
"Dokter, apa aku boleh pulang?"
"Tentu, ayah nona sedang dalam perjalanan." Aku mengangguk mengerti, pandangan mataku tidak lepas dari suster yang melakoni perkerjaannya melepas jarum infus. Sedikit mengerikan, melihat jarum kecil panjang yang selama ini bersarang pada salah satu urat nadi ku. Semoga tidak akan terjadi lagi!
Setelah menunggu setengah jam, disinilah aku, duduk dalam mobil berdua dengan ayah. Ya, sekarang aku mengakui bahwa keluarga Sasa adalah keluargaku juga. Dan aku juga telah menerima takdir bahwa sekarang aku adalah Sasa geometri, bukan lagi Amelia santika, gadis 26 tahun.
Omong-omong aku kepikiran tentang alur novel ini, apa sudah berjalan atau belum? Aku sebagai figuran jelas tidak tau.
Aku menoleh ke arah ayah, "aku kelas berapa?"
"Kelas 11, kamu ingin sekolah?" Ayah menatapku sekilas, lalu pokus kembali ke jalanan.
"Ya, jika ayah mengijinkan."
"Tentu, lusa besok bisa pergi."
"Terima kasih yah.. " Bukan aku ingin mengulang pelajaran, hanya saja aku sedikit kepo dengan alur cerita ini. Hanya ingin menonton drama secara live, ayolah siapa yang akan tahan berdiam diri tanpa menonton, ketika terjebak dalam novel?
Menurutku melepas jabatan ketua osis, bukan ide buruk. Baik, akan aku pikiran ulang nanti.
Mobil ayah memasuki perumahan mewah, dapat aku lihat kiri dan kanannya hanya bangunan megah rata-rata bergaya Eropa. Decak kagum tidak bisa aku sembunyikan, wajar di kehidupan lama ku. Aku tak pernah melihat langsung rumah semewah ini.
Gerbang bercorak emas, menjulang tinggi di hadapan mobil ayah, setelah membuyikan klakson, gerbang tersebut terbuka lebar. Mobil memasuki hunian megah tersebut, bangunan gaya Amerika itu terlihat elegan dengan warna putih mendominasi. Tapi, untuk sebuah hunian. INI TERLALU BERLEBIHAN! APA SEMUA RUMAH DI DUNIA FIKSI MEMANG UNREAL SEPERTI INI! AH.. MEMBUATKU GILA!
Pintu mobil di buka oleh pelayan berjas. Astaga, pelayan saja setampan ini!
Aku keluar dari mobil, memandang sekitar dengan perasaan kagum. Jujur, aku jadi takut ketika jari tangan ku menyentuh itu akan menghilang layaknya pantulan di air.
"SELAMAT DATANG KEMBALI, NONA MUDA!" Sambutan serempak para pelayan. Hatiku menghangat.
Aku tersenyum lebar. Ya, ini rumahku sekarang dan tentu keluarga ku juga.
"AKU PULANG!"
*♡∞:。.𝐓𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚 𝐤𝐚𝐬𝐢𝐡!
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran tak penting! [End]
FantasiMengalami perpindahan jiwa hanya karena terbentur tembok. Konyol! Ya, kekonyolan yang terjadi pada ku. Awalnya aku hanya menganggap ini mimpi, tapi ketika seorang pemuda bernama Bagas mengaku-ngaku bahwa dia adalah ayahku. Oke, tolong yakinkan aku...