1. MBTI

4.5K 329 53
                                    

Populer, cantik, ramah, dan cerdas itu yang orang definisikan untuk Kasandra. Iya, Kasandra bukan Gisa. Mereka terlalu berbeda, walaupun keduanya cocok bersahabat. Kasandra punya banyak aktivitas di dalam dan luar kampus, perempuan ini sangat produktif setiap harinya. Berbeda dengan Gisa yang hanya mengisi waktu kuliahnya hanya dengan belajar dan kegiatan wajib yang diadakan ormawa di kampusnya. Selebihnya Gisa hanya berleha-leha di rumah atau bertemu teman-temannya yang lain. Bukan tidak ingin ikut banyak kegiatan tapi, ia hanya berusaha memilih jalur berbeda dengan Kasandra.

Perbedaan ini yang menjadikan Gisa selalu yang ke dua dalam hal apapun. Ini bukan salah siapa-siapa, bukan salah Kasandra atau dirinya sendiri. Ini tentang pilihan masing-masing, lagi pula menjadi yang kedua tidak buruk. Salah satunya hal baiknya Gisa gak harus menjadi yang terbaik, ini pastinya tidak membuat Gisa tertekan. Tapi ada kalanya, menjadi kedua sangat menyedihkan. Perbedaan yang pertama dan kedua selalu terlihat jelas, walau posisi satu dan dua selalu berdampingan.

"Gis" seru teman satu kelas Gisa ketika kelas mereka bubar

"Ada apa?"

Teman sekelas Gisa yang bernama Jihan memberi selembar leaflet padanya, "Duta kampus?" 

"Hm.. Kita perlu perwakilan dari jurusan"

"Terus kenapa?"

"Kasandra. Lo bisa bantu gue buat Kasandra ikutan pemilihan itu gak?"

Menjadi yang kedua juga berarti tangan kanan untuk nomor satu. Gisa selalu diminta untuk meyakinkan Kasandra untuk mengikuti atau menghadiri sesuatu.

"Kenapa gak langsung ke Kasandra?"

Jihan mendengus, "Kayanya Kasandra cuman mau dengar saran dari lo doang. Gue udah coba tapi dia gak mau"

Gisa melihat leaflet itu, "Kalau Kasandra gak mau, gue gak bisa maksa dia"

"Plis, bantu gue. Kasandra itu permata jurusan, kalau dia ikutan pasti jurusan kita yang menang"

"Ji, tapi gue gak janji"

"Gimana kalau lo ikut juga, siapa tau Kasandra juga mau"

Satu lagi Gisa selalu menjadi pemancing buat Kasandra. Kasandra bukan banyak mau, tapi terlalu banyak hal yang Kasandra lalukan. Tapi setiap Gisa memintanya Kasandra selalu saja mengiyakan.

"Gue gak ikutan"

"Kali ini aja Gis, lagian lo banyak waktu luang kan. Buat isi waktu dan 

Gisa tersenyum tipis, "Nanti gue sampein ke Kasandra. Gue duluan ya, gue masih ada kelas habis ini"

Jihan mengangguk, "Makasih ya"

Gisa bergegas meninggalkan kelasnya dan menuju ruangan lain untuk kelas selanjutnya. Hari-harinya hanya seperti ini, berpindah kelas untuk mata kuliah selanjutnya, lalu pulang ke rumah, dan jika agak sibuk biasanya hanya ada tugas kelompok. Hanya begitu, hidup Gisa sebagai mahasiswa kupu-kupu.

***

"Gis, gue duluan ya. Ada rapat" ucap Kasandra

"Oh, sudah mau rapat?"

Kasandra mengangguk, "Sorry, bye" 

Gisa hanya melihat Kasandra berlari meninggalkan kelas terakhir mereka. Ia melihat leaflet yang masih terlipat rapi dalam bindernya, ia belum sempat memberitahu Kasandra tentang ajakan Jihan untuk ikut duta kampus.

Kasandra terlalu sibuk, bahkan perempuan itu melewatkan kelasnya tadi pagi dan di kelas terakhir ini Kasandra harus bergegas pergi. Gisa membayangkan bagaimana jika ia berada di posisi Kasandra, ia mungkin akan stres berat.

"Gisa kan?"

Gisa sedikit terkejut, ketika tiba-tiba ada laki-laki yang duduk di sampingnya.

"Eoh.. Kenapa ya?"

Gisa agak familiar dengan wajah laki-laki ini, entah dimana ia bertemu atau melihatnya.

"Gue Joshua. Anak kelas B" ucapnya

Gisa langsung ingat siapa laki-laki sebelahnya, ia Joshua anak kelas B. Pantas saja Gisa familiar, mereka mungkin saja pernah bertemu di kelas gabungan ketika semester awal.

"Ooh iya. Gue tau kok"

"Kali aja gak tau"

"Ada perlu apa?" tanya Gisa

Wajah Joshua sedikit mendekat, refleks Gisa menjauhkan wajahnya. Gisa sedikit menegang dan terkejut dengan gerakan tiba-tiba dari Joshua.

"Lo si Lean itukan?"

"Hah? Maksudnya apa?"

Joshua mengeluarkan ponselnya, ia menunjukkan sebuah pada Gisa. Otomatis mata Gisa melebar, "Ini lo kan"

Gisa langsung menurunkan tangan Joshua yang memegang ponsel, "Terus kenapa?"

Joshua tersenyum lebar, "Lo mau ikut gue gak?"

Gisa mengerutkan dahinya, "Ikut apaan?"

"Gue punya proyek rahasia yang besar, gue mau lo juga ikut"

"Kenapa harus gue?"

"Karena orang terpilih" ucap Joshua

***

Gisa menggigit kukunya, penawaran Joshua masih terngiang-ngiang di otaknya. Ia takut tapi proyek itu juga cukup menarik untuknya. 

"Gisa lo kenapa?" tanya Kasandra

"Oh. Gak kok" jawab Gisa sambil menggelengkan kepalanya

"Kepala gue mau meledak, proker gue belum beres tugas juga" keluh Kasandra

Tiba-tiba Gisa teringat dengan Leaflet yang diberikan Jihan, ia buru-buru mengambil leaflet dari bindernya.

"Sa, dari Jihan" ucap Gisa 

Kasandra mengambil leaflet yang diberikan Gisa, "Apaan?"

"Jihan minta lo ikutan duta kampus" ucap Gisa

Kasandra mendesah, "Padahal gue sudah nolak, gue gak bisa ikutan."

"Gue cuman nyampein aja ke lo, sisanya terserah lo aja" jawab Gisa

Kasandra melirik pada Gisa, "Kenapa gak lo aja yang coba?"

"Gue? Lo mau nama jurusan jadi jelek?" ucap Gisa diakhiri dengan tawa sumbang

"Kenapa harus jelek? Lo bisa jadi kebanggaan jurusan kalau berhasil jadi duta kampus"

"Pilihan terbaik itu lo Sa"

"Lo mau buat gue mati muda, ayolah lo aja kan lo masih free" ucap Kasandra

"Gak bisa, gue ada proker sama Joshua"

Mata Kasandra melebar, "Tumben?"

"Makanya gue gak bisa ikut"

"Perkembangan yang bagus. Gue pikir lo bakal selamanya jadi ENFP gadungan" ucap Kasandra

Gisa tersenyum masam, Kasandra selalu saja mengejek hasil MBTI nya yang tidak sesuai dengan realita kehidupannya yang sangat tertutup. 

24 Agustus 2022

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

24 Agustus 2022

Another cerita giselle selanjutnya, semoga kalian gak bosan karena 3 cerita terakhir main casting nya Giselle. But, hope you all  will love this story

SECONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang