Sendok es krim di tangan Deru terjatuh begitu saja setelah ia mendapatkan jawaban dari Gisa.
"Gis.. maksud gue.." ucap Dery sedikit gagap
"Kak Dery lihat waktu itu?" Tanya Gisa
"Ee..."
"Kayanya kak Dery lihat"
Dery menarik nafas panjang, "Kenapa lo sama Jendra harus bohong"
"Jendra terlalu overthiking, mungkin dia gak mau jadi ribet. Kepemilikan senjata itu dilarang untuk warga sipil"
"Gisa, kenapa lo jadi punya itu" tanya Dery
"Officially, itu buka punya gue kak. Gue cuman di pinjemin"
"Lo minjam ke siapa Gis dan lagian buat apa juga?"
Sudut bibir Gisa terangkat, "Seseorang yang punya kuasa besar"
Gisa tidak bisa menceritakan semua secara gamblang, ia masih ingin menyembunyikan latar belakangnya selama mungkin. Ia ingin hidup bebas tanpa rasa takut.
Dery menghela nafas, dari jawaban Gisa ia tahu bahwa perempuan ini enggan bercerita lebih lanjut. "Gis lain kali lo harus minta bantuan ke orang lain, gimana kalau kabar itu sampai kedengaran sampai dekan. Kabar Jendra di keroyok aja sudah buat pihak kampus heboh"
Gisa tidak berpikir jauh soal apa yang ia lakukan ke depan, ia hanya ingin bisa cepat menolong Jendra yang tidak berdaya lagi. Jika ia hanya keluar dengan tangan kosong, keadaannya mungkin saja sama seperti Jendra atau mungkin lebih parah.
"Gue gak ke pikiran sampai ke sana, Jendra sudah parah waktu itu di pikiran gue cuman harus bisa nolong Jendra" ucap Gisa
Dery tidak dapat menghakimi Gisa seperti ini, bagaimana pun Jendra paling dirugikan di situasi itu. Apa yang kucay dan gengnya dapat gak sebanding dengan yang Jendra alami.
"Sorry. Gue cuman kepikiran itu beberapa hari ini"
Gisa menumpu dagunya dengan tangan sambil menatap lurus ke arah Dery, "Tapi kenapa Kak Dery gak nolong Jendra juga?"
Dery melebarkan matanya, "What?"
"Kak Dery lihat kan"
"Gimana bisa nolong, lo sudah nembak Kucay sampai pincang begitu."
"Kak Dery takut?" tebak Gisa
"Lo suka sama Jendra ya?"
"What?! Kenapa jadi tiba-tiba nanya begitu?"
Dery asal bicara saja, ia tidak ingin mengakui jika kala itu ia memang takut melihat Gisa.
"Lo kelihatan care banget sama dia"
"Oh ya?"
"Hm. Lo gak sadar" tanya Dery
Gisa terlihat berpikir sejenak, "Kalau gitu mungkin aja. Aku mungkin suka sama Jendra"