03. Hukuman

4.5K 404 13
                                    

Pintu rumah utama terbuka, Jevano baru saja pulang dari Kampus setelah melakukan rapat dan melengkapi properti untuk ospek hari kedua para Mahasiswa Baru yang dilaksanakan besok. Dengusan nafas lelah terhembus seakan membuang rasa capeknya beraktivitas sepanjang hari.

Langkah kakinya menghampiri sang buah hati yang sudah di ambil oleh Naren sore tadi. Kondisi tubuh yang sudah wangi membuat Jevano semangat kembali dan melupakan rasa lelahnya tadi.

"Mam pappaaa!! Papaa mam!!" Ujar Narapati yang terus menarik-narik tangan Jevano menuju meja makan. Jevano pun mengikuti langkah si kecil menuju ruang makan tersebut. Jarak meja makan dengan dapur tidak terlalu jauh, sehingga Jevano pun bisa melihat Naren yang sedang memasak semur daging dan ikan goreng.

Pemandangan keluarga kecilnya ini sangat membantu Jevano mengumpulkan energi yang hilang. Wajah cantik rupawan milik Naren pun membuat jantung Jevano tidak aman.

"Jenan, udah berapa jam main HP-nya?" Tanya Jevano pada Jenantara yang duduk disebelahnya.

Bukannya menjawab, Jenantara malah mengeluarkan tiga jarinya sebagai jawaban kalau ia sudah bermain handphone selama 3 jam.

"Tadi anaknya gue tinggal masak, terus nangis. Jadinya gue kasih HP dulu biar diem."

"Jangan suka alihin perhatian anak pake HP, nanti malah jadi kecanduan, Na."

"Iya, iya, ga ulangin lagi!"

Naren segera berjalan menuju meja makan dengan membawa beberapa piring berisi hidangan makanan yang sudah ia masak tadi. Sesuai permintaan Jevano kemarin, semua menu makanannya sudah terhidang rapi di atas meja. Sangat sederhana, tetapi mampu membuat Jevano senang karena bisa memenuhi kebutuhan sang anak dengan menghadirkan kehangatan keluarga yang tidak ia dapatkan ketika SMA dulu.

"HP-nya di taro dulu. Sini, papi suapi, dek." Tangan kekar Jevano bergerak mengusap kepala Naren seperti biasa, Naren selalu mendapat apresiasi tentang kerja kerasnya di rumah dari Jevano.

"Persiapan buat besok jangan sampe ada yang ketinggalan lagi. Guntur bakal lebih keras besok. Gue ga bisa selalu mantau lo kan?"

"Harusnya gue marah sekarang. Tapi, karena gue laper, marahnya gue tunda." Gerutu Naren dengan mengunyah daging yang ia masak.

"Marah kenapa?"

"Carina. Gue liat lo gandengan sama dia tadi. Ga tau apa gue cemburu?!" Bukannya menjawab, Jevano malah tertawa kecil melihat ekspresi cemberut Naren. Selucu itu suaminya.

"Carina emang gitu anaknya. Suka kurang kerjaan gandengin tangan orang. Lagian dia kayak gitu waktu papasan sama mantannya aja." Jawab Jevano. Naren percaya saja dengan ucapan Jevano, toh kalau Jevano selingkuh pun, kendali nafsu Jevano sudah Naren pegang.

Ting... Ting!

Beberapa pesan dari handphone Jevano terus menerus membuat suara yang cukup mengganggu waktu makannya. Tangannya dengan sigap membuka pesan tersebut seraya masih menghabiskan makanannya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Asmaraloka || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang