01. Ospek

6.2K 472 13
                                    

Dering alarm terus berbunyi ketika jam menunjukan pukul 4 pagi mengusik dua orang laki-laki yang tengah sibuk dengan kedua anak kembarnya yang terus menangis sejak pukul 2 tadi. Mata sayu yang dilingkari warna hitam pucat masih berusaha menahan kantuknya dengan iming-iming ia bisa tidur setelah ini. Namun, sepertinya Jenantara tidak mengizinkannya untuk tidur.

Pintu kamar terbuka. Jevano kembali setelah mengajak Narapati keluar rumah guna menenangkan anak itu dari tangisnya. Sebuah permen bertangkai terus dihisap oleh anak itu setelah bersusah payah memberi kode pada sang ayah untuk membelikannya pagi ini juga.

"Pappaa, Nana mau bobo~!" Tubuh kecil anak berusia dua tahun itu berpindah tangan pada Naren. Ia posisikan Narapati untuk tidur di pahanya seperti yang dilakukan Jenantara.

"Kamu kalo mau permen tinggal bilang sama papi dek. Papi punya banyak di kulkas kalo kamu mau makan permen. Ga usah pake acara nangis tersedu-sedu kayak abis di sentil papi! Kan papi jadi ga bisa bobo tau!" Omel Naren kepada Narapati. Jenantara hanya bisa mendengarkan omelan itu seraya menghisap buah dada Naren dengan tatapan mengantuk.

"Namanya juga anak kecil, Na. Maklumi ajalah. Daripada kamu pusing sendiri." Ujar Jevano sembari berjalan mengambil handuk yang tergantung di sudut kamarnya.

Naren yang melihat itu mengernyit heran, "Mau ngapain bawa handuk? Ngigo ya lo?"

"Mau mandi. Gue ikut serta jadi panitia ospek nanti. Semoga nanti gue dapet bagian ngecek kelengkapan atribut maba, biar kalo ada kesalahan sama atribut lo, gue bisa bantu." Mendengar cibiran dari Jevano membuat mata Naren memicing. Jevano pikir ia ini akan melakukan kesalahan di hari pertama? Hoho tidak mungkin!

Tidak lama kemudian Jevano pun keluar menggunakan lilitan handuk pada area bawahnya. Asupan pagi seperti ini sudah menjadi hal rutin dan tidak aneh sama sekali.

Pintu lemari pada bagian bawah Jevano buka menggunakan tangan sebelah kanannya. Manik tajamnya menelisik memilih pakaian apa yang akan ia pakai hari ini.

"Bagusnya gue pake baju apa hari ini?"

"Pake celana panjang aja itu yang warna hitam, sama kaos biasa yang kemarin abis gue setrika. Ga usah ganteng-ganteng, gue tau niat lo pilih outfit buat ganjen sama maba kan!" Ucap Naren tanpa peduli Jevano mengabaikannya.

"Semua keperluan ospek udah siap semua?" Naren mengangguk, "iya udah"

"Nanti di cek lagi. Jangan sampe ada yang ketinggalan. Jenan sama Nara dititipin ke rumah orang tua lo aja biar banyak temennya, nanti berangkatnya bareng gue."

"Terus gue?"

"Pake motor sendiri bisa kan? Motor lo udah gue service kemarin."

"Ya udah deh. Gue ngantuk banget. Gue mau tidur sebentar deh. Lo kalo mau berangkat nanti berangkat aja ya. Kepala gue pusing kalo ga dibuat tidur."

Jevano menyetujuinya. Sebenarnya, Jevano pun juga mengantuk sama seperti Naren. Semalaman mereka turut meladeni kemauan kedua anak kembarnya itu bermain hingga pada pukul 00.00 tiba. Hanya memiliki waktu sekitar dua jam mereka tidur sampai Narapati terbangun karena gigitan nyamuk dan berlanjut menangis kencang hingga membangunkan seluruh anggota keluarga.

Setelah memakai bajunya dengan rapi, Jevano langsung memanaskan mobil dan mengangkat tubuh kedua anaknya untuk dibawa masuk ke dalam mobil dengan keadaan yang masih tertidur. Wajahnya mendekat untuk berbisik kata pamit kepada kekasihnya.

"Babe, aku pergi duluan. Anak-anak udah aku bawa, Love you."  Usapan lembut pada surai serta kecupan singkat pada bibir Naren mendarat. Ia tatap malaikat manisnya yang sedang tertidur pulas di atas kasur.

Asmaraloka || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang