08. Edisi Bolos Kuliah

3.1K 303 31
                                    

Dua pasang tangan berukuran kecil menepuk-nepuk punggung Naren dan Jevano yang masih terlelap dengan nyenyak. Jenantara dan Narapati baru saja pulang diantar oleh Yudha, bahkan Yudha ikut memperhatikan kedua cucunya itu mengusik tidur Naren dan Jevano.

Lenguhan berat Naren berhasil membuat Narapati memekik senang.

"PAPI BANGUN!" Sontak Naren tersadar dan segera duduk. Dengan posisi tidur yang saling berpelukan dan sama-sama tidak memakai sehelai benangpun membuat Naren marah besar pada Daddynya yang hanya tertawa dihadapannya. Melihat pemandangan seperti ini bisa membuat otak anak-anaknya menjadi rusak!

Bagaimana kalau anaknya mengikuti jejak orang tuanya ketika besar nanti...?

"DAD?! KENAPA GAK NGABARIN AKU DULU SIH KALO MAU PULANGIN NARA SAMA JENAN?!"

"Sengaja sih nggak ngasih tau kamu, soalnya Daddy udah tau kalo Jevano udah pulang dari Bandung, terus pikir Daddy pasti lagi anget-angetan makan sosis, eh ternyata bener dugaan daddy. Enak nggak sosisnya?"

Yudha Maheswara, orang paling gila di Keluarganya, jadi Naren nggak heran kalau ayah kandungnya ini mengatakan hal kotor seperti itu, tapi bisa nggak di kontrol pas ada anak-anaknya?! Pikiran kedua anak kembarnya bisa saja tercemar karena ulah manusia tidak ada adab ini!

Perlahan kedua mata Jevano pun terbuka karena kaget wajahnya ditampar sama Narapati dan ditonjok. Walau pukulannya terhitung pelan, tapi mampu membuat Jevano merasa kesakitan, ditambah lagi dengan kehadiran ayah mertuanya.

"Jev, ini suami kamu minta di service lagi katanya kurang. Urusan Jenan sama Nara nanti di oper ke rumah orang tua kamu aja."

"APAAN SIH DAD?! Mending daddy pulang dari pada gangguin Nana!"

"Oh, jadi daddy diusir nih? Daddy sih oke aja diusir gini, tapi nanti kalo ada apa-apa jangan ngadu ke Daddy ya?"

"Lagian Daddy iseng banget. Jangan bikin pikiran anak aku jadi mesum kayak Jevan dong!"

"Aku diem dari tadi yang!"

"Ya udah nggak usah protes! Always diem, kan itu hobi kamu."

"Yang, kamu nggak langsung hamil, kan?" Tanya Jevano yang langsung mengundang tawa Yudha karena Jevano mendapat pukulan keras dari Naren. Sepertinya anaknya ini tidak perlu bantuannya lagi, Naren sudah sanggup untuk menjaga dirinya dengan baik, anaknya kuat dan punya serpihan sifat galak dari Yudha dan Winata, sama seperti Deran.

"Daddy pulang ya. Biar nggak ganggu kalian yang lagi menikmati kehidupan muda. Itu tadi dapet titipan dari Papa, mangga sama melon, nanti dimakan bareng sama anak-anak kamu." Naren mengangguk dan melambaikan tangan kepada Daddynya yang sudah tertelan pintu kamar. Ia tidak bisa turun untuk mengantarkan ayahnya itu karena kondisinya saja masih tidak berpakaian sama sekali.

"Adek udah mandi belum tadi di rumah Grandpa?" Tanya Jevano.

"Belum, papaa! Nana ingin mandi, mandi bersama papa yaa? Bersama papi juga tidak apa-apa, tapi papi selalu marahi Nana kalau Nana basahi wajah papi. Nana jadi sedih kalau mandi bersama papi..." Keluh Nara seraya mengerucutkan bibirnya lucu. Bahkan Jenan juga turut menimpa dengan anggukannya tanda ia memiliki opini yang sama.

"Ya udah sini papa mandiin, nanti abis mandi kita jalan-jalan mau?"

"MAU PAPA!" pekik Jenantara maupun Narapati.

"Oke, untuk para prajurit, segera ke kamar mandi sekarang juga!"

"SIAP PAK BOSS!!"

Narendra tersenyum melihat moment dimana suaminya masih memiliki sifat kepemimpinan yang bisa membina anak-anaknya menjadi sosok pemimpin yang tangguh ketika SMA dulu.

Asmaraloka || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang