18. Pesan Singkat

2.5K 277 15
                                    

Pukul 18.36 Jevano baru saja sampai di rumah yang lagi-lagi sepi tidak ada yang menyambut seperti biasanya. Tugas-tugas kuliahnya sangat mengganggu aktivitas sekarang, ia harus banyak menghabiskan waktu untuk berdiam diri di perpustakaan untuk mencari banyak referensi buku yang menarik dan melakukan observasi ke beberapa wilayah yang tepat demi menyelesaikan semuanya.

Ingat sekali bagaimana dulu Naren merajuk karena selama seminggu Jevano selalu pulang terlambat karena mengatur waktu kerja dan kuliah. Melihat Naren mengomel tiada hentinya membuat Jevano kini tersenyum karena mengingat wajah lucu suaminya itu.

Tentang tadi siang, Jevano sudah mendapatkan banyak jackpot yang akan ia ingat kalau tidak bisa mendapat izin dari mertuanya untuk mengambil Naren kembali. Anak-anak Kampus sudah menyebarkan kedekatan Naren dengannya, hubungan mereka semakin diketahui banyak orang, dan kini beberapa orang mendukung mereka untuk tetap dekat.

Namun, jika dipikir-pikir sekarang percuma saja, toh ia juga akan berhubungan diam-diam dengan Naren agar tidak ketahuan Yudha. Kalau Yudha tahu Naren ia berinteraksi dengan Naren, pasti pria itu akan meminta penjelasan yang beruntut padanya dan mengungkit tentang air mata Naren yang terbuang sia-sia.

Pemuda itu membuang nafasnya yang terasa mengganjal pada dada, kemudian berjalan ke arah kamar mandi untuk menenangkan 'adik' nya yang telah terbangun sejak mengingat lucunya wajah Naren. Jevano harus terpaksa melakukan ini karena Naren sedang tidak ada bersamanya, biasanya ia akan mengganggu Naren yang tengah sibuk melakukan sesuatu sampai akhirnya luluh dengan rayuannya.

"Ahhh sshh Na..."

"Terus sayanghh oh fuck Narendra!"

Jevano terus membayangkan bagaimana Naren berada dibawahnya seraya menjilat dan mengulum kepunyaannya semakin dalam. Sesekali ia membuat skenario Naren tersedak karena ukuran penisnya yang selalu mendapat pujian 'besar' dari Naren. Oh, permainan Jevano semakin panas.

Sekitar 10 menit mengocok penisnya, Jevano akhirnya mendapat puncak dan mengeluarkan cairan putihnya begitu banyak. Setelah selesai 'bermain', Jevano segera mandi dan mencuci pakaiannya yang tidak sengaja terkena cipratan sperma.

"Naren kapan baliknya, ya? Gue capek berbuat kriminal kalo dia lagi ngambek."

Jevano keluar dari kamar mandi setelah 10 menit kemudian. Kaos hitam polos dengan celana abu-abu pendek selutut ia kenakan sebelum akhirnya ia berkutat dengan laptop dan mengecek notifikasi email masuk. Ia pikir dari dosen mata kuliahnya, ternyata orang asing yang mengirimkan sebuah pesan aneh.

Rahang Jeno mengeras, giginya bergesekan karena saking kesalnya. Ia tak kenal siapa orang dibalik akun email itu, tapi ia yakin pelakunya adalah Guntur. Bukan pesan ancaman, melainkan pesan informasi tentang Naren yang di drop out dari Kampus dan...

dirinya yang dikeluarkan dari anggota organisasi.

Sial! Orang jahat mana lagi yang membenci Naren sampai berbuat nekat selain Guntur? Apa pemuda itu tidak berpikir bagaimana Jevano banting tulang hanya demi membiayai uang masuk Kuliah Naren? Kuliah kedokteran itu termasuk jurusan Kuliah paling mahal dari pada jurusan yang lainnya!

Mendekati kelulusannya kenapa Tuhan harus memberikan banyak sekali beban pikiran untuknya? Karma apalagi yang harus ia bayar untuk menebus kesalahannya dimasa lalu?

Jevano memilih tidak peduli dengan pesan itu, ia lebih memilih menyelesaikan tugas-tugasnya yang sudah mepet dengan batas waktu. Sepertinya ia harus lembur malam ini.



Berbeda dengan Jevano yang meninggalkan makan karena sibuk dengan pekerjaannya, kini di kediaman Maheswara tersedia banyak sekali makanan di atas meja makan. Mereka makan dengan hikmat, dan pemandangan lucu tentang Deran yang menyuapi Narapati dan Jenantara dengan banyak gaya.

Asmaraloka || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang