sksb - chapter 13

44 8 0
                                    

Aaron's POV:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aaron's POV:

Hilih.

Gue sebenernya kaget kenapa makhluk ini bisa ketemu sama gue di tempat biliar?

Gue sontak ngelirik Nando sama Samuel-gue kira mereka yang ngajak. Tapi mereka ngangkat bahu alias nggak tau juga.

Dan sekarang nambah ribet lagi.

Ngapain sih si kunyuk ngijinin Lisa nginep di rumah segala! Mana tiga hari lagi?

Gue heran, kan dia bisa nginep di hotel. Mau marah ke si Karen tapi dia nanti pasti akal pasang muka watadosnya. Jadi males kan.

Tapi gue jadi kepo, apa ya yang dibicarain sama Samuel dan si kunyuk tadi? Kok kayaknya serius banget.

Hmm, mencurigakan nih.

"Aduh, berat~~" rengek Lisa waktu udah sampe rumah sambil berusaha gotong kopernya.

"Sini sama saya aja, Mbak," tawar Karen hendak mau nolongin Lisa.

"Nggak usah, biar dia bisa sendiri," kata gue tapi nggak digubris sama Karen.

Suaminya aja kagak dia gubris. Heran gue!

"Saya bawain ke kamar tamu ya, Mbak," Lagi-lagi Karen nawarin bantuan lagi yang pastinya disusul anggukan setuju Lisa.

"Wah nggak papa nih ngerepotin kamu?"

"Ah, udah biasa bawa barang berat kok, Mbak," kata Karen senyum sambil bawa kopernya.

Baru aja gue mau nawarin diri buat gue aja yang bawa koper Lisa, si Lisa malah gelayutan di tangan gue.

"Rumah lo gede juga ya Ren. Kayaknya gue bakalan betah tinggal di sini," katanya yang bikin telinga gue gatel.

"Jangan berisik. Pembantu sama supir gue lagi istirahat," titah gue.

Tetiba dia ngejatuhin diri di atas sofa dan narik tangan gue. "Eh anjir!" kata gue kaget. Sekarang posisi dia di bawah, gue nimpa badannya. Orang-orang yang liat juga bakalan mikir yang nggak-nggak.

"Lo ngapain sih! Bangun nggak lo?" kata gue berusaha bangun, tapi lagi-lagi tangan gue ditarik. Buset dah tuh cewek tenaganya gede bener.

Nggak hanya itu, tangannya menangkup pipi gue, otomatis wajah kita deketan gitu.

Deket banget malah.

"Gue kangen sama lo, Aaron. Emang lo nggak kangen sama gue?"

Belum sempet gue jawab, si Karen udah muncul aja,

"Mbak Lisa, kopernya udah saya-YA AMPUN MATAKU."

Malah Karen yang tutup matanya.

Ya ampun istri gue polos banget ya. Udah umur seperempat abad aja masih ditutup aja matanya kalo liat ginian.

Baru aja liat ginian, coba kalo disuruh naena sama gue.

Gue buru-buru bangun dan bangkit berdiri, rapiin diri. Sumpah ya gue marah banget sama cewek ular satu ini!

"Kita nggak ngapa-ngapain kok Karen, tenang aja," kata Lisa ketawa manjah.

Pelan-pelan Karen buka matanya. "Fiuh... kirain Aaron sama mbaknya mau ciuman."

YA NGGAK LAH BEGO, ORANG GUE PUNYA ISTRI DAN ISTRI GUE ITU ELO.

Hadeuh.

Suka pinter ya Karenina ini.

"Lo," Gue tunjuk Lisa pake telunjuk gue, "tidur di kamar tamu. Dan elo," nunjuk ke Karen, "tidur di sini. Cepet!"

"Tapi-"

Gue tutup mulutnya pake tangan saking nggak mau ada bantahan lagi dari dia. Sekali-sekali nurut kek ke gue!

Karen nepisin tangan gue sekuat tenaga waktu gue kunci kamar kita. Cie ilah kamar kita. Acikiwir.

"Aaron! Kamu itu apa-apaan sih!" dia liat tangannya yang merah karena gue tarik. "Tangan aku jadi merah kan!"

"Lo yang apa-apaan!" bisik gue kesel sekaligus gemes kecampur jadi satu. "Lo ngapain ngijinin dia nginep di sini? Dia mantan gue dan otomatis gue nggak mau dia ada di kehidupan gue lagi. Lo nggak cemburu apa!?"

"Cemburu? Harus aku bilang berapa kali sih Ren kalo aku nggak ada perasaan apa-apa sama kamu?"

Hah. Gimana, gimana?

Gue salah denger pasti.

Mana mungkin Karen nggak sama gue lagi?

Nggak, nggak. Gue pasti salah denger.

Gue lepasin ikat rambutnya dan dorong dia ke tempat tidur.

"Aaron! Apaan lagi sih kamu!"

"Gara-gara lo nggak mau nurut, Ren," kata gue dengan suara rendah dan ngebuka kancing kemejanya satu-satu nggak sabar.

Badannya udah ngeronta-ronta tapi gue kunci soalnya sekarang posisi gue di atas dan dia di bawah. Percuma dia teriak, nggak bakalan gue gubris yakin deh.

Salah satu tangan gue menyusup ke kaitan branya dan langsung gue cabut. Dan...

HOLY SHIT

.. amazing.

Di depan gue sekarang bener-bener pemandangan paling sempurna yang pernah gue liat.

Untuk pertama kalinya gue liat payudaranya tanpa terbungkus apapun.

"Aaron, stop!" kata dia tutupin nenennya dengan tangan, tapi gue singkirin tangannya.

Putingnya yang berwarna pink kecokelatan bikin gue pengen isap. Apalagi setelah gue remes-remes pake tangan, putingnya malah makin menegang.

Gue liat Karen yang udah meremin matanya. Plis, ngedesah kek.

"Renn, stophhh..."

Gue menyerukkan kepala gue di belahan dadanya dan nguyel-nguyel nenennya sampe puas.

Nggak cuman itu, gue toel putingnya berkali-kali.

"Nggghhhh..."

"Aaronnhhh... hhhhh..."

OMG ini dia yang gue tunggu-tunggu mamen.

Akhirnya dia ngedesah juga.

Bawah gue udah nggak bisa dikontrol lagi. Masalahnya udah berdiri dari tadi. Gue lepasin celana jeans dan baju, cuman ninggalin celana boxer yang masih melekat.

Sedangkan Karen baru telanjang atasnya doang, bawahnya belum. Baru gue mau singkap roknya, dia bangun.

"Ja-jangan yang itu, aku belum siap...," katanya dengan napas tersengal-sengal.

"Gue bakalan pelan-pelan, Ren. Janji deh," kata gue nggak sabar. Abis bawah gue udah berdiri, kan sayang!

"Nggak, nggak. Jangan," ujarnya.

Dan ya udah, gue turutin aja maunya. Lagian kasian juga dia, wajahnya udah memohon-mohon gitu.

Nggak papa deh, lagian gue masih bisa nikmatin nenennya

Gue senyum dan ngelanjutin aktivitas tadi. Dengan ganas gue hisap putingnya yang nggak ngeluarin susu.

Karen ngacak-ngacak rambut gue. "Nggghhh... Aaron, udah stophhh..."

Tapi gue nggak berhenti.

Nggak bakalan berhenti kayaknya. Abis udah kecanduan banget dalam sekali pegang.

Dan untuk pertama kalinya gue bisa tidur dengan nyenyak.

si kunyuk dan si babi (yuta nct)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang