sksb - chapter 19

49 7 0
                                    

Aaron's POV:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aaron's POV:

"Lho kok liftnya berenti?"







Sekarang lampu lift nggak kedap-kedip lagi. Nyala lagi kayak biasa, tapi lift nggak mau gerak.

Udah pasang wajah panik duluan, si cunguk satu itu teken tombol 'OPEN' berkali-kali. "Aduh, kok nggak bisa dibuka sih!?"

Gue ngatur napas gue. Ini nggak mungkin mati lampu sih, soalnya hotel sebagus dan semewah ini pasti punya dana lebih buat beli genset.

Sebanyak tamu undangan dan pengunjung hotel lainnya pasti sering pake lift ini dan nggak ada kejadian lift mati deh.

Apes dong berarti.

Mana gue sama si cunguk lagi. Deuh...

Otomatis gue teken tombol 'CALL' buat nelpon petugas atau security atau siapapun lah yang bisa dihubungin.

Tapi kok malah nggak nyambung juga.

Selagi gue nungguin hape gue nyala (karena sempet gue matiin tadi), gue ngeliat si Karen sibuk teken 'OPEN'-berharap pintu liftnya kebuka. Mana wajahnya udah panik banget.

Shit! Sinyal gue juga jadi ilang semua!

Iya juga sih. Di lift mana ada sinyal.

"Duh... gimana nih?" tanya Karen udah keringetan.

"Pinjem hape lo coba," kata gue.

"Hah?" Karen pasang wajah bloonnya. "Hape aku udah dua persen..."

Ck! Bisa-bisanya hape dia nggak dicas sampai full!

"Aduhh..." Suaranya kayak merintih kesakitan abis dimasukin wkwkwk.

Hush! Mulai deh mikir yang iya-iya.

Padahal gue abis ngambek sama dia tadi gara-gara bajunya.

Gue pun nyuruh Karen buat berenti teken-teken tombol 'OPEN' karena nggak lucu anjir kalo tiba-tiba pintu lift kebuka pas di tengah-tengah lantai lift.

Gue teken semua lantai dari lantai 1-36. Besar harapan sih lift bisa jalan lagi dengan normal.

Nyala sih si tombolnya, tapi nggak sampai lima detik mati lagi si tombolnya.

"Ren, coba kita keluar lewat atas sini," usul Karen yang gue udah nggak ngerti lagi sama jalan pikirannya karena saking paniknya dia.

"Ngaco," kata gue. "Itu lebih bahaya tau."

"Ya terus mau gimana? Coba teken 'CALL' lagi," desaknya nggak sabaran. Gue teken lagi tapi nggak mau juga kesambung.

Jadi ini liftnya mau apa hmm?

Akhirnya dia copot sepatu haknya dan bikin seperti suara ketukan. Pinter juga.

"Adoohhhh..." Karen pegang kepalanya. Nah lho, pusing kan? Saya juga pusing mendengar keluh kesah Anda. "Terus gimana caranya kita mau keluar?"

si kunyuk dan si babi (yuta nct)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang