Author's POV:
Nggak kerasa aja tiga bulan berlalu begitu cepet. Aaron dan Karen sama-sama ngelanjutin pekerjaan mereka seperti biasa. Aaron jadi general manager dan Karen jadi guru SD.
Perut Karen belum keisi momongan--yang tentu aja melegakan dia, tapi bikin Aaron dag-dig-dug serrr karena dia kepengen banget jadi papa muda. Karen sih biasa-biasa aja soalnya dia pengen kerja dulu, belum mau punya anak.
Orang tua mereka fine-fine aja, nggak mempermasalahkan mereka punya momongan atau belum.
Tapi malah gengnya Aaron yang sibuk nanyain terus, apalagi Nathan, "Apa!? Masa udah setengah taun lebih tapi perut si Karen belom bunting!? Lo ngapain aja sih Ren? Makanya yang rajin dong kalian!"
"Udah woy, tapi belum rencananya Tuhan aja," jawab Aaron seadanya, nggak seheboh Nathan. Abis dia juga bingung, iya juga ya, udah enam bulan lebih tapi perut Karen belum keisi-isi.
Sekarang dia lagi duduk melamun menatapi berkas-berkas yang belum dia tanda tangani, tapi mager. Dia ngelirik chat dari istrinya yang baru masuk itu.
| Ren, Kak Eva nitipin barang ke km, nanti km terima ya. Dangke
Hari ini, Karen minta tolong ke Aaron karena dia nitipin barang-barang ke kakaknya. Kenapa Aaron yang diminta tolongin Karen? Karena letak rumah Eva dan suaminya lumayan deket ke hotel di mana Aaron bekerja. Jadi Eva nggak usah jauh muter-muter ke rumah mereka.
Barang yang dititipin Karen juga dia nggak tahu. Tapi kayaknya penting sih.
Baru aja dipikirin, nggak lama kemudian Oliv masuk setelah ngetuk pintu kantor Aaron tiga kali. "Ada titipan dari Godelva. Katanya sih kakaknya Karen...?"
Aaron nenggak, "Oya, bawa sini Liv."
Oliv nyerahin sebuah paket warna cokelat yang berukuran lumayan besar ke Aaron. "Oya, jam dua nanti jangan lupa ada meeting."
"Hmm, tolong siapin aku kopi ya di meja meeting aku nanti," kata Aaron yang perhatiannya seratus persen tertuju pada paket itu.
"Siap! Selamat bekerja!" Oliv pun menutup pintu.
Aaron pun membuka paket punya Karen. Istrinya emang nggak bilang sih, paket itu boleh dia buka atau nggak. Tapi karena dia dihantui oleh rasa penasaran, dia buka aja. Toh Karen nggak bakalan marah kalo dia lihat.
Udah Aaron duga sih, isinya ada beberapa kemeja dan sebuah liptint merah. Namun ada selembar kertas yang dia rasa dia pernah ngeliat kertas itu sebelumnya.
"Kok gue kayak pernah liat kertas ini ya...?"
Tanpa ragu-ragu, Aaron pun meraih kertas itu dan membacanya,
Bandung, 19 Agustus 2012
Dear Aaron,
Nggak tahu kenapa aku nulis beginian. Aku juga nggak bisa nulis sepuitis dan seromantis penyair.
KAMU SEDANG MEMBACA
si kunyuk dan si babi (yuta nct)
Fanfic"Ren, Ren!" "Et dahh malah noleh bareng."