Bertahun-tahun kemudian,
.
Cuaca di pagi hari cerah berawan. Setelah semalam hujan deras mengguyur wilayah utara Jogja. Aroma hujan masih melekat. Di rumput, daun, ranting pohon juga lantai teras rumah."Sarapan udah siap!"
Teriakan Gun terdengar sampai kamar anak laki-laki yang sedang merapikan rambut di depan cermin.
"Asli gue ganteng banget" puji anak itu pada pantulan dirinya sendiri.
Kemudian keluar kamar dengan menenteng tas di bahu. Ujung lengannya tiba-tiba ditarik dari belakang.
"Kamu dandan ya?!" nanyanya pakai tenaga dalam sampai Gun yang di ruang makan dengar.
"Ciee! Mau godain siapa di sekolah" goda Pim sambil nunjuk anak laki-laki yang pipinya memanas.
"Apaan sih" sangkalnya lalu kabur.
"Pah, aku diledekin"
Anak manis itu cemberut sambil mengadu. Gun memerhatikan dua manusia yang kalo ketemu kerjanya ribut, giliran pisah saling nyariin.
"Cepetan sarapan. Keburu dijemput" tegurnya pada si anak manis.
Kemudian beralih ke saudara perempuannya.
"Kamu buka resto sendiri hari ini. Aku mau nemenin Ayah ke rumah sakit"
Pim melipat tangan di atas meja. Tidak mengatakan apa-apa dan hanya melihat Gun. Sikapnya amat manis seperti sedang cari muka.
"Kenapa ngeliatinnya kayak gitu?" tanya Gun.
"Mas jadi ambil tawarannya kan?"
Gun tidak mengangguk juga tidak menggeleng. Cuma melihat Pim lalu memberi senyum penuh harapan palsu kepadanya.
"Yeay! Mas kerja jadi bintang iklan lagi" Pim bersorak kegirangan.
Hampir 14 tahun Gun meninggalkan dunia hiburan. Bak ditelan dunia. Kabar mengenai dirinya tidak terekspos lagi semenjak agensi mengumumkan dirinya tidak memperbarui kontrak.
Dan kemarin, secara tiba-tiba Mbak Rara—mantan manajernya, mengatakan ada perusahaan yang menginginkan Gun jadi model produk mereka.
"Kerjaanku ngurus resto" kata Gun.
"Itu mah biar aku sama Ayah. Mas balik kayak dulu. Jadi model iklan kek atau main film atau teater" cerocor Pim tidak berujung.
"Aku udah punya dia," Gun menunjuk bocah di sampingnya. "Masih ngarep tampil di TV"
"Gak apa, Pah. Aku gak masalah Papa sibuk asalkan pas aku butuh, Papa ada buatku"
Pemuda 15 tahun itu mengatakan hal manis seperti parasnya. Gun tersentuh mendengar penuturan anak semata wayangnya yang makin dewasa.
"CHIMOOON!"
Teriakan dari luar rumah menggemparkan hingga ruang makan. Penghuni rumah sudah hapal siapa pemilik suara tersebut.
"Pah, Mas Juan udah datang. Bentar Mas!" sahutnya lantang.
Anak bernama Chimon buru-buru memasukkan bekal ke dalam tas. Berlari ke teras sambil tergopoh memakai kaos kaki.
"Pelan-pelan, nanti jatuh" kata Gun menemani anaknya.
Chimon mencium punggung tangan Gun. Lalu sebelum menemui Juan, ia mencium pipi Papanya yang terdapat lesung pipi.
"Berangkat dulu, Pah"
"Hati-hati"
"Pagi, Pipo"
Suara ceria dan wajah berseri pemuda bernama Juan mengingatkan Gun pada Nyuwi. Anak dan Bapak itu benar-benar seperti kopian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Papi is A Good Papa | OffGun ✔
Fanfic(selesai) Katanya, "Gak ada orang tua yang sempurna" "Menjadi orang tua itu tidak mudah" Tapi Off Adiputrawan berhasil mendapat gelar "best father of the year" versi anak-anaknya. start: 01/12/22 end: 31/03/23 © nongrah, 2022 do not copy my stories!