11

1K 83 3
                                    

Gun tidak tau salju sedingin apa. Namun ketika rumah berubah suram, Gun butuh kehangatan. Sudah seminggu Chimon enggan bicara, termasuk dengan Pim.

Di kelas pun sama. Win banyak diam. Teman-teman yang lain juga heran. Biasanya meja mereka paling ramai, mendadak jadi paling sepi.

Pekerjaan menuntutmu apapun keadaannya. Masalah pribadi tidak bisa dijadikan alasan projek mandek. Sebagai sikap profesional, mereka tetap pergi bekerja.

"Oke, kita break dulu" teriak sutradara.

Off menyelinap ke dalam mobil yang digunakan syuting. Gun tersentak saat seseorang masuk dan menutup pintu mobil.

"Aku mau bicara" kata Off.

Tidak ada respon verbal. Hanya tatapan sekilas diberikan Gun ketika tersentak.

"Kamu marah?"

"Untuk apa aku marah?" Gun menaikkan ujung alis.

"Karena aku gak bilang soal Win"

Itu agak buat kesal. Tapi setidaknya Gun senang Off tidak tidur dengan orang lain selain dirinya.

"Aku harap ini gak ngubah apa yang udah terjadi diantara kita sekarang"

Off memandangi kaca mobil dengan tatapan kosong. Kemudian berpaling melihat Gun yang juga melihat kearahnya.

"Aku gak mau ngulang lagi, cerita kita harus dilanjut sampai happy ending kayak Te sama Nyuwi"

Off berusaha supaya suaranya tidak kedengaran bergetar. Akhir bahagia. Kesukaan semua orang.

Ibarat terlahir kembali, berapa kali Off melakukannya demi mendapat kisah cinta yang diinginkan. Gun memandanginya nanar.

Oke, mari kita coba luruskan. Gun memulainya dengan menyuruh Off bercerita.

"Coba Mas ceritain kehidupan selama di Jerman"

Off meringkas hari-hari selama di Jerman menjadi singkat dan padat. Terbagi 3 bagian, awal kepindahan, perjodohan yang tak diinginkan, terakhir Win.

"Aku gak deket sama Win dari dia kecil tapi," Off menekankan kata tapi.

"Aku urus kebutuhannya" lanjutnya.

"Yang anterin Win sekolah siapa?"

Off mengerling. "Supir"

"Yang lebih sering masakin buat Win?"

"Pelayan" Off menjawab tanpa ragu.

"Yang habisin malam tahun baru bareng Win?"

"Teman-temannya"

Perubahan mimik di wajah tampak jelas. Off menyadari bahwa mereka tak punya kenangan bersama. Itu kenapa Win kira ia tidak disayang lantara hanya anak tiri.

"Mas, tau gak Win ngomong apa waktu aku suruh pamitan pulang malam?"

Kejadiannya setelah Win ketimpuk bola basket. Mereka makan bersama di resto.

'Papi gak peduli aku pulang jam berapa. Orang jarang ngobrol juga di rumah'

"Win juga bilang kakeknya benci sama dia, itu gara-gara Papa tau Win bukan anaknya Mas?"

Off mengangguk.

"Ayah juga gak nerima Chimon. Sampai sekarang Chimon belum pernah ketemu kakeknya"

"Aku bakal nemuin Ayah, aku jelasin semuanya,"

Rematan tangan Gun ditangan Off menghentikan omongannya.

"Sekarang yang lebih penting itu Win. Dia butuh Papinya, Dia butuh Mas"

Papi is A Good Papa | OffGun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang