Huh, Ternyata Chimon dikerjain. Apa dia yang kemakan omongan guru atau Win sengaja gak kasih tau bisa bahasa indonesia.
"Kenapa gak bilang dari tadi" protes Chimon di depan kelas.
"Kamu gak nanya" jawab Win enteng sambil angkat bahu.
Sifat Win bertolak belakang sama penampilannya. Chimon mendengus tak senang.
"Oke, kita lanjut lagi pembelajarannya. Kamu bisa duduk di bangku yang kosong" bu guru berkata pada Win.
Ada dua bangku tak berpenghuni. Satu tepat di depan meja guru dan satu lagi di samping Chimon.
"Ngapain ikut ke sini?" Chimon terheran saat berbalik dan menemui Win menarik kursi di sampingnya.
Alis Win terangkat. "Kursi ini gak kosong?"
"Enggak" jawab Chimon tegas. Sebenarnya kosong tapi dia gak mau duduk sama Win.
"Terus mana orangnya?"
Sekarang Chimon gak bisa menjawab. Tatapan mata indah Win agak mengintimidasi. Bala bantuan datang dari bangku depannya.
"I-ini kursiku. Pake aja gak apa. Aku suka pindah-pindah kok" kata Neo cengengesan.
Chimon tetap gak sudi duduk bareng. Ia tarik pijakan kursi dengan satu kaki. Alhasil Win terjungkal dan berakhir bokongnya mencium lantai. Anak-anak menertawainya.
"Chimon!"
Chimon berhenti tertawa karena namanya dipanggil dengan lantang.
"Kamu itu ketua kelas, jahil banget"
Omelan guru membuat canda menjadi bumerang bagi Chimon. Kini semua anak menertawainya, termasuk Neo dan Pawat. Win berdiri dan duduk di kursi. Tidak berhenti menatap Chimon yang sedang menahan malu.
Selama pelajaran berlangsung, dua teman baik Chimon sangat penasaran dengan Win. Tapi manusia tipikal bicara seperluanya hanya punya 2 jenis jawaban. Iya atau tidak dan anggukan atau gelengan. Mereka sampai kehabisan topik.
Bel istirahat pertama berbunyi. Pawat berdiri paling semangat, lebih terlihat melompot dari kursinya lalu berbalik.
"Win, kekantin yuk!" ajaknya.
Win bergeleng tapi setelah itu dia berpaling dan bertanya pada Chimon.
"Kantinnya dimana?"
Chimon tercengang. Barusan Pawat nawarin ke kantin terus dia tolak. Sekarang malah nanya ke Chimon. Manusia langka ini suka cari perkara atau suka sama Chimon?
"Chimon,"
Ugh, kenapa namanya gak berhenti dipanggil, gerutu Chimon dalam hati. Bu guru menghampiri mereka berempat sebelum keluar.
"Ajak temanmu keliling sekolah. Barangkali belum familiar, nanti kesasar lagi"
Biarin aja kesasar. Hilang sekalian. Telat masuk kelas terus dimarahin guru habis itu dihukum. Omelannya cuma bisa dalam hati sambil liat Win dari ekor mata.
Sebagai ketua kelas yang baik, mau tidak mau Chimon harus antar Win berkeliling. Dari pos satpam timur sampai di pos satpam barat.
"Ini kantinnya,"
"Kamu bisa pesan apa aja asal punya duit" jelasnya ogah-ogahan.
Bola mata Win berkeliling. "Kalo lupa bawa duit, boleh pinjam ketua kelas gak?" dan berhenti memandang Chimon.
Tuhan, cobaan apalagi ini. Chimon mau pulang aja daripada ladenin anak baru yang mancing jantungnya berdebar. Ngomong kayak gitu kenapa mesti deketin wajah sih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Papi is A Good Papa | OffGun ✔
Fanfiction(selesai) Katanya, "Gak ada orang tua yang sempurna" "Menjadi orang tua itu tidak mudah" Tapi Off Adiputrawan berhasil mendapat gelar "best father of the year" versi anak-anaknya. start: 01/12/22 end: 31/03/23 © nongrah, 2022 do not copy my stories!