12

1K 100 1
                                    

Sesampainya di rumah, Win bergegas ke kamar. Memasukkan baju ke dalam koper berukuran medium. Ia akan terbang ke Jerman malam ini.

Itu rencana 'aku tau harus apa' yang coba ia sampaikan pada Chimon. Pulang ke Jerman. Sayangnya, Off tiba tepat saat Win turun dari kamar.

"Kamu mau kemana bawa koper?"

"Ke Jerman sesuai permintaan Papi"

Win melewati Off tanpa berpaling.

"Gak ada yang minta kamu pergi" Off menepis tangan Win dari koper.

"Papi udah dapat yang Papi mau. Biarin aku urus hidupku sendiri"

"Urus—," Off teringat perkataan Gun.

'...Mau sekesal apapun gak boleh sampai Win terguncang. Itu malah buat dia benci sama kita...'

Off menarik napas dalam-dalam. Mengisi ubun-ubunnya dengan oksigen agar tidak terjadi penumpukan massa yang buatnya meletup.

"Win, Papi minta maaf karena udah nuduh seenaknya,"

"Aku udah gak masalahin itu"

Bagus. Off senang mendengarnya. Tapi masih ada satu hal lagi yang perlu ia akui.

"Soal yang di resto—"

"Itu juga gak perlu dibahas toh semua orang gak mengharapkan aku lahir" tinpal Win sebelum Off selesai bicara.

Win ingin mengambil balik kopernya saat Off merampas kunci mobil di tangannya yang lain.

"Papi antar" cetus Off kemudian memasukkan koper ke bagasi.

Win tidak bergeming. Diam di tempat dan hanya memandangi Off.

"Cepat masuk" Off menyuruhnya sekali lagi dan Win masuk ke mobil.

Tidak mungkin Off membiarkan Win pergi. Alih-alih mengantarnya ke bandara, mereka tiba di rumah sakit. Win tidak protes. Ia mengekor dan menunggu apa yang akan Off lakukan.

Mereka duduk di salah satu deretan kursi di ruang tunggu. Agak jauh dari beberapa orang yang lebih dulu duduk di sana ketika mereka tiba. Win menebak pasti keluarga pasien.

"Kamu liat mereka, kira-kira mereka nunggu apa?" tanya Off menunjuk orang-orang tadi dengan matanya.

Win memandangi lampu indikator di atas pintu ruangan menyala.

"Anggota keluarga mereka ada yang sakit"

Off memberi senyum tipis untuk jawaban Win. Dan memintanya untuk tetap mengawasi. Tidak ada raut tenang dari masing-masing wajah. Semua gelisah. Apakah sakitnya parah?

20 menit kemudian seseorang berpakaian baju operasi keluar dari ruangan. Senyum sumringah menempel pada wajah berserinya.

"Operasinya lancar," ujar si pria agak tersendat. "Anakku laki-laki"

Seketika orang-orang tadi mengucap syukur dan saling berpelukan. Sangat gembira mendengar kabar tersebut.

Oh, istrinya melahirkan, gumam Win.

"Papi gak dampingin Mamamu tapi Papi ada di luar sampai perawat kasih tau kamu udah lahir. Reaksi Papi waktu itu persis kayak mereka"

Win menelisik lewar mata. Siapa tau cerita itu hanya karangan.

"Papi gak bohong. Waktu itu Papi ngerasa lega dan menyambut kamu"

Pemandangan di depan mereka membawa Off ke hari saat Win lahir.

"Papi jadi orang pertama yang peluk kamu. Waktu itu Mamamu belum sadar, kamu menggigil dan dokter minta Papi buat peluk kamu di sini," Off menepuk dadanya dari balik kemeja.

Papi is A Good Papa | OffGun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang