04

1.1K 97 1
                                    

Pria manis yang diyakini adalah Papanya Chimon membawa santapan dari dapur. Dan wanita yang lebih muda bergabung ke meja makan. Chimon memanggilnya Mbak.

"Siapa nama temannya Chi?"

Chi? Papanya manggil seperti Mas Juan. Kebanyakan teman kelas memanggilnya dengan nama lengkap.

"Win, Pah" Chimon memberitahu duluan.

"Tadi pagi aku dipanggil guru kesiswaan terus dikenalin Win, anak baru di kelasku"

Win mengaduk kudapan seraya memerhatikan bagaimana Chimon menceritakan dirinya kepada Papanya.

"Win blasteran tapi bahasa indonesianya lancar banget. Dia juga jago main FIFA, Ngalahin Mas Juan" cerocos Chimon.

Belum selesai Win mengunyah daging tadi Chimon sudah melanjutkan cerita.

"Terus Win suka basket. Aku mau ajakin dia gabung tim sekolah. Iya kan, Win?"

Win menggerakkan alis. Entah setuju atau gerak refleks. Gun menyimak tiap kata yang diucapkan anaknya. Menyambut antusiasnya mendapat teman baru.

Dari penjelasan Chimon, sepertinya Win anak yang menarik. Gun liat mata Chimon berbinar sepanjang bercerita. Bukan cuma Gun tapi juga Pim.

"Hafal banget, kalian..." Pim nunjuk Win dan Chimon bergantian. "Pacaran?"

"Apaan sih," Chimon berkerut dahi kemudian cemberut. "Pah, Mbak Pim ngeledekin tuh"

Win gak keberatan makan malamnya terinterupsi pertengkaran. Justru ia senang bisa merasakan makan malam seperti keluarga.

"Win tinggal sama orang tua sama saudara juga disini?"

Win menelan makanannya sebelum menjawab.

"Aku anak tunggal tinggal sama Papi. Mama udah meninggal waktu aku umur 3 tahun" jelas Win.

Meja makan seketika sunyi senyap. Cuma mata yang saling memandang. Gak nyangka ternyata Win juga punya cerita sedih yang dia simpan sendiri.

Chimon mencondongkan tubuh ke samping dan meletakkan tangan di pundak Win.

"Aku juga dari kecil cuma berdua sama Papa,"

"Eh-aku gak dianggap nih," protes Pim.

"Sama orang nyebelin ini juga" timpal Chimon sambil nunjuk dengan dagu.

"Ngomong apa barusan?"

"Bukan apa-apa" Chimon buru-buru mengibaskan tangan.

Oh, Pantes aku nyaman ngobrol sama Chimon, batin Win.

"Kapan-kapan boleh ajak Papamu ke sini atau ke Resto, kita makan sama-sama"

"Resto?"

Oh, lupa. Selama perjalanan tadi Chimon terus yang nanya soal Win. Sampai gak sempat gantian.

"Papaku punya resto. Nanti kita kesana naik Mcqueen"

"Mcqueen??" gantian Pim yang bertanya-tanya tentang mobil merah Win yang dinamai pembalap kartun favorit Chimon.

Win gak keberatan mobilnya dipanggil apapun, Asalkan dari Chimon.

***

Win sampai rumah pukul 9 malam. Dan seperti biasa tidak ada yang menyambutnya. Paling satpam di pintu depan bukakan gerbang.

Gak lama kemudian, mobil lain tiba di garasi. Pengendaranya turun dan menyempatkan ke pos satpam.

"Win pulang jam berapa?"

Papi is A Good Papa | OffGun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang