15

1K 89 4
                                    

"Kalo besok Apon marah gimana?"

"Fokus aja ke pertandingan" ujar Win.

Chimon sedang berbicara dengan Win di telpon. Besok mereka akan tanding. Hari yang ditunggu-tunggu tiba.

"Harusnya aku bilang ke Mas Bayu" sesal Chimon.

Chimon gak tau kalo Apon ketemu Win. Chimon juga gak tau soal Win nabrak pembatas jalan. Jadi dia gak tau kalo Apon menantikan pertandingan ini.

"Besok ikut rombongan dari sekolah atau dianter Papa Gun?" Win mengalihkan kegelisahan Chimon.

"Aku ikut yang di sekolah. Papa buka resto"

"Besok aku samperin. Kita berangkat bareng ke sekolah"

"Lah, Papi gak datang?"

"Gak. Biasa sibuk kerja. Nanti aku minta anterin satpam rumah"

Saking rajinnya, Win yakin 100% Off gak bakal datang ke pertandingan perdanannya. Ditambah ada projek baru. Off makin sibuk.

Akhirnya pagi ini Win pergi diantar satpam rumah ke rumah Chimon. Kemudian menuju sekolah bersama.

"Udah datang semua?" tanya Bayu keras-keras.

"Udah" jawab beberapa teman saut-sautan.

"Oke kita berangkat"

Satu persatu masuk ke bis, Bayu sembari menghitung. Selama perjalanan, Bayu mengulang strategi yang telah ia susun. Pelatih pun turut menyemangati.

"Tiap ada peluang, sikat. Kita tutup pergerakan lawan. Siapapun yang bisa shoot, shoot. Kita cari poin sebanyaknya"

Nasihat pelatih berputar-putar di kepala. Sampai Chimon melihat Apon di pinggir lapangan. Menatapnya dengan tatapan mematikan.

Win melihat arah pandang Chimon dan segera berdiri di depannya. Menutup akses Apon melihat Chimon.

"Fokus ke permainan bukan pemainnya" kata Win pada Chimon.

Chimon menundukkan pandangan kemudian bergabung dengan tim yang sedang pemanasan.

PRIIIT. Pertandingan dimulai.

Begitu bola dilambungkan, Win pertama menyentuhnya. Menggiring ke daerah lawan dengan cepat berkat kaki panjangnya.

"Win!"

Teman setimnya siap menerima operan bola. Win mengoper.

10 menit pertama cukup ketat. Selisih skornya tipis. Permainan dilanjut babak kedua. Win mengejar Bayu agar dapat operan bola.

"Win geraknya gesit ya Mas" bisik Gun ke orang di sampingnya.

Off merhatiin lapangan basket. Bola matanya bergerak mengikuti kemana Win berlari. Hingga Win berhasil melempar bola dari lingkaran tiga poin. Sontak Off berdiri dan bersorak bersama penonton lain.

"Bagus, Win!" teriak Off.

Teriakannya mengundang perhatian. Beberapa penonton kaget kemudian kagum melihat momen manis antara anak dan bapak.

Babak kedua selesai. Babak ketiga berjalan. Apon makin agresif, Bayu makin defensif. Bayu selalu ingatkan timnya untuk bermain tenang. Tidak perlu tergesa cetak poin. Kapanpun bisa masukin bola ke ring, lempar.

"Dion, kamu main dibabak terakhir gantiin Chimon" kata pelatih.

Saat istirahat, Win melihat papan skor. 63-61, tertinggal dua angka. Mereka harus bisa mengejar.

"Win," panggil Chimon sambil mendekat.

Chimon tau Win takut tim mereka kalah. Dia butuh penyemangat. Diangkatnya jari telunjuk, Chimon mengarahkan ke kursi penonton. Tepat menuju Off dan Gun. Win terperanjat.

"Jangan ngecewain Papi sama Papa"

Masih ingat percakapan Chimon dan Off di resto ramen sepulang latihan?

"Masih ada lagi?"

Off menanyakan syarat lain yang belum Chimon sampaikan. Tentu jawabannya banyak. Sampai buat Chimon menyeringai licik.

"Ada. Om harus nonton pertandingan basketnya Win"

"Itu tergantung kerjaan,"

"No. Harus bisa. Mau sesibuk apapun, proritas Om itu Win bukan kerjaan"

Kurang lebih kalimat itu yang buat Off sadar dan akhirnya minta asistennya menggeser jadwal rapat hari ini.

Babak terakhir di mulai. Babak penentuan. Ini menjadi 10 menit terlamanya Off. Yang biasanya kerja gak kenal waktu, saat itu merasa waktu berjalan sangat lambat.

"Ya ampun baru 7 menit" keluhnya.

Dimenit terakhir, Win menguasai bola. Membawanya menuju Apon yang menghadang di depan. Saat makin dekat, Win segera menghindar. Menjauhkan bola dari Apon.

PRIIIT. Pertandingan berakhir tepat setelah Win berhasil memasukkan bola dari lingkaran 3 poin. Artinya mereka unggul 2 angka dan keluar sebagai pemenang.

Semua bersorak. Teman-teman yang lain berhamburan ke lapangan, memeluk satu sama lain. Off dan Gun turut merayakan kemenangan.

Selepas tanding, Off dan Gun mengunjungi Win dan Chimon di ruang ganti. Win langsung memeluk Off setibanya.

"Aku jago kan mainnya?" tanya Win.

"Iya. Papi sampe bingung kamu dapat bakat basket dari siapa"

"Papi semangat banget nyemangatin kamu" sahut Gun.

Gantian Win memeluk Gun.

"Makasih, Pah" tanpa sadar Win memanggil Gun Papa.

"Abis ini kita makan dulu. Ajak teman-teman sekalian" kata Off.

"Beneran, Pih?" tanya Win tidak percaya.

"Iya"

"Kalo gitu makan di resto Papa aja"

Chimon melakukan promisi dengan baik. Semua setuju dan bersiap pergi ke resto. Teman-teman lain naik bis, sedangkan Win dan Chimon pergi dengan mobil Off.

"Sini, Pih, biar aku yang nyetir" tawar Win.

Off melempar kunci ke Win lalu duduk di kursi belakang bersama Gun. Chimon menemani Win di depan.

Saat berhenti di lampu merah, kebetulan Apon dan temannya juga sedang berhenti. Tapi beda jalur dengan mobil Win.

"Itu bukannya Win si anak baru" ujar salah satu teman Apon yang menyetir.

"Iya itu. Gara-gara dia kita jadi kalah"

"Pon, kita habisin aja gimana kayak waktu itu?"

Apon cuma menoleh. Sebenarnya dia udah malas berurusan sama hal yang namanya balas dendam. Gak guna. Tapi tidak merespon justru diartikan setuju oleh teman-temannya.

Mobil pun berpindah jalur saat lampu berganti hijau. Mereka akan menekan Win ke bahu jalan sampai menabrak pembatas jalan. Tapi Apon sadar kalau Win tidak sendirian di dalam mobil.

"Awas—" jerit Apon.

DEEEER!

Tubuhnya terguncang. Apon membuka mata perlahan. Memeriksa dirinya yang baik-baik saja. Semua temannya juga tidak ada yang terluka. Lalu bunyi apa tadi?

Keramaian terjadi di luar sana. Apon melihat dari kaca jendela. Mobil hitam sasaran mereka terbalik di tengah jalan. Kaca depan truk pengangkut juga terlihat pecah karena menabrak.

Mereka semua panik melihat laka yang terjadi. Teman Apon yang berada di balik kemudi segera menyalakan mesin. Tancap gas dan kabur. Terakhir yang Apon lihat, penumpang di kursi belakang berhasil dikeluarkan. Ia belum sempat melihat keadaan  Chimon dan Win, mobil sudah berbelok.

Papi is A Good Papa | OffGun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang