09

937 87 6
                                    

Pagi hari ini Off gak lihat mobil Win di garasi. Anaknya baru turun dari kamar, langsung dicegat.

"Mobilmu dimana?"

"A-aku tinggal di sekolah. Kemarin abis latihan malas nyetir"

"Mau dicariin supir?"

Win menggeleng, tidak setuju. Off menelisik lewat sudut mata. Apakah ia harus mengantar Win ke sekolah hari ini? Kalo hal itu terjadi artinya ia batal menemui Gun di resto.

"Papi gak sarapan?" suara Win membuyarkan lamunan.

"P-papi ada urusan mendadak. Harus pergi sekarang"

Urusan mendadak apaan pagi buta gini? Papi kan yang punya kantor, kenapa mesti buru-buru. Gerutu Win dalam hati.

Kekesalan itu berubah saat melihat senyum berseri di bibir Off. Bertahun-tahun Win cuma lihat ekspresi serius, sikap dingin, dan sedikit bicara dari orang tua itu.

Apa senyum itu untukku?Apa karena sekarang kita banyak berkomunikasi jadi Papi merasa senang? Atau karena urusan mendadaknya? Seketika Win lesu.

"Metawin!"

Teriakan Guru menyadarkan Win dan segera ia sahuti.

"Hadir, Bu" tangan kanannya mengacung.

"Saya sudah absen tadi. Sekarang jawab pertanyaannya, Apa Virus paling berbahaya yang dapat menyerang manusia?"

"Hmm..virus...cinta?"

Satu kelas dibuat melongo lantaran jawaban menyimpang dari Win. Materi biologi gak bahas sampai kesitu, Win.

"Bener sih, cinta emang bahaya tapi bukan itu maksudnya"

Anak kelas menertawainya. Mata Win tersenyum sebagai tanda malu. Kemudian guru mengatur kelas menjadi kondusif kembali.

"Kamu gak apa-apa?" tanya Chimon setelah sebelumnya menatap Win cukup lama.

Win menoleh dengan mata terbuka berkata 'Aku? Aku kenapa?' kepada Chimon.

"Dari tadi kayak...mikir sesuatu"

"Ooh, training yang kupakai kemarin belum kering" Win mengada-ada.

"Tenang aja, Hari ini kan gak latihan. Pulsek mau kemana?"

"Rumahnya Mas Juan?" usul Win. Sudah lama mereka gak main PS bareng.

"Dia les renang sampai malam"

Bibit-bibit penerus bapaknya. Juan dari kecil emang gemar berenang. Dari waktu bayi sering diajak berenang sama Te dan Nyuwi di kolam renang rumah mereka.

Saat Chimon mengatakan itu, Win memikirkan satu tempat. Sepulang sekolah ia ajak Chimon ke rumahnya.

"HAH?! Rumah segede ini cuma berdua?!"

"Berempat, sama satpam sama pelayan"

Penyebutan kata 'pelayan' bagi Chimon sudah kedengaran mewah.

"Huuuh, seumur-umur Papaku gak pernah pake pelayan. Semua harus dikerjain sendiri"

Mereka beranjak ke kamar Win di lantai dua. Saat menaiki anak tangga, Chimon melihat foto keluarga di dalam pigura besar. Diletakkan di tengah seakan menyambutnya.

"EH INI KAN?!" Chimon berpaling dengan gerakan cepat. Begitupula dengan Win.

"Ah, ketahuan juga," ujar Win pelan seraya menuruni anak tangga, menghampiri Chimon.

"Pak Off itu Papimu?"

Alis Win menyentak bersama-sama dengan anggukan kepala.

"Kenapa waktu itu bilangnya teman Papimu?"

Papi is A Good Papa | OffGun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang